BERANDA

Minggu, 22 Oktober 2023

PENDEKAR ROMANTIS 06 KITAB PANCA LONGOK BAGIAN 4

PENDEKAR ROMANTIS 06 KITAB PANCA LONGOK 
BAGIAN 4

Karena itu tak heran jika Pandu Puber mempunyai kecurigaan bahwa Belati Binal adalah jelmaan Dian Ayu Dayen. Pandu ingat kata-kata Dian Ayu Dayen kala men-janjikan sebentuk keindahan yang kirakira bunyinya begini:
pendekar Romantis 06 itab Panca Longok Bagian 3

RAJA SASTRA-Karena itu tak heran jika Pandu Puber mempunyai kecurigaan bahwa Belati Binal adalah jelmaan Dian Ayu Dayen. Pandu ingat kata-kata Dian Ayu Dayen kala men-janjikan sebentuk keindahan yang kirakira bunyinya begini:

"Kecantikanku ada di antara wajah-wajah di sekelilingmu. Kecup keningku dan aku akan berubah menjadi wujud asliku.Jika kau dapat cabut bunga mawar yang tumbuh di dadaku ini, maka kau akan kurenggut dalam pelukanku selama-lamanya."

Kira-kira begitu bunyi janji sang bidadari yang cantiknya "wow' sekali itu, Pandu sadar dari renungannya setelah ia melihat tubuh Ken Warok berkelebat di depan hidungnya. Wuuut...! Orang kurus itu jatuh terbanting lagi. Bruhgg...! Wajahnya menyeringai sambil memandang Pandu yang terbengong kaget.

"Kenapa lagi kau" Ayan"!"

"Ayan gundulmu! Aku dibanting dia lagi hanya karena ngajak senyum!"

Geli juga hati Pandu melihat geru-tuan Ken Warok. Ia pandangi si Belati Binal, ternyata gadis itu tak punya senyum sedikit pun. Alangkah kakunya itu bibir" Tak bisakah, untuk nyengir sedikit saja"

Pikir Pandu. "Kalau temanmu itu masih kurang ajar lagi padaku, kubanting nyawanya biar keluar dari raga!" ancam Belati Binal. "Kau tak akan berani" ujar Pandu kalem, sengaja berkesan meremehkan.

"Siapa bilang nggak berani hah" Siapa bilang"!"  Belati Binal sewot dan segera hampiri Ken Warok. Tapi langkahnyaterhenti setelah Ken Warok lari ke belakang Pandu, punggung Pandu ditaboknya.

"Janga n ngomong gitu, Goblok! Dia bisa benar-benar membunuhku!"

Pandu hanya tertawa geli. Tawanya surut karena si gadis buka mulut,

"Ken Warok, aku tak punya waktu la-gi untuk bertenggang rasa padamu. Kuhitung sampai tiga kali kalau kau tak mau tunjukkan di mana kitab itu disimpan oleh kakekmu, aku terpaksa mengirimu ke nera-ka!"

"Hei, sudah kubilang, namaku bukan Ken Warok!" kata Pandu agak ngotot.

"Hmmm...! Aku tak mungkin salah. Saudara sepupumu tadi memberitahukan bahwa kau pergi ke arah sini bersama tamu istimewamu!"

"Siapa yang kasih unjuk aku kemari"Jaitun"! Kurang ajar dia. Dibilangin jangan ngomong sama siapa-siapa kok malah ngomong sama kuntilanak ini tuh anak"

Awas nanti kalau aku pulang!" Ken Warok mencak-mencak.

"Kalau tak kupaksa dengan pukulan

'Racun Kejujuran', tak mungkin ia mau mengaku!" ucapnya sinis. Lalu katanya lagi sambil menatap Pandu dalam-dalam,

"Apakah kau mau kupukul dengan 'Racun Kejujuran'-ku ini?"

"Silakan!" tantang Pandu Puber Baru saja mulut Pandu berhenti berkata begitu,

tiba-tiba pukulan 'Racun Kejujuran' yang berupa seberkas sinar hijau mirip anak panah kecil itu melesat dari ujung jari tengah Belati Binal.

Clapp...! Wuut...! Duarrr...!

Rupanya Pendekar Romantis sudah siap juga dengan jurus penangkisnya. Jurus 'Salam Sayang' dipergunakan oleh Pandu sebagai penangkisnya, yaitu dua kali sentakan tangan bergelombang tenaga dalam tinggi menghantam ke arah Belati Binal.

Gelombang tenaga dalam dari tangan kiri menghantam sinar hijau dan meledak seketika, gelombang tenaga dalam dari tangan kanan kenai bagian bawah pundak kanannya Belati Binal. Sentakan gelombang itu membuat tubuh Belati Binal terhempas mundur tiga tindak. Limbung sesaat, hampir saja jatuh kalau tak segera berpegangan batang pohon. Belati Binal tarik napas. "Sakit juga dada kananku, Setan! Rupanya dia punya ilmu yang boleh diperhitungkan. Gerakan begitu saja dapat menghancurkan pukulan

'Racun Kejujuran'ku. Apakah aku harus gunakan jurus yang lebih tinggi lagi" Nanti kalau dia mati bagaimana?" pikir-nya.

"Racun apa lagi yang kau punya" Kalau belum puas dan belum percaya bahwa aku

bukan Ken Warok, keluarkanlah jurus racunmu lagi," kata Pendekar Romantis dengan agak jengkel. "Ayo, keluarkan lagi racunmu, aku siap mati di tangan gadis secantik kau, Belati

Binal. Aku bangga mati di pelukan-mu! "Belati Binal diam. Matanya memandang tajam sekali. Ken Warok cemas, takut kalau Pandu terluka, maka ia segera lepaskan pukulan jarak jauh berupa gelombang dingin.

Wusss...! Clapp...! Sinar kuning berbentuk bundar seperti kelereng lebih dulu menghantam dada Ken Warok, menerobos pukulan hawa dingin tersebut. Dess...! Ken Warok jatuh terku-lai, tulangnya bagaikan dipresto seperti bandeng. Lunak semua. Napasnya masih ada dan terengah-engah dalam posisi bersandar di kaki pohon.

"Pandu... Pandu... kenapa aku jadi begini"!"

"Bangkit, Tolol!"

"Tak... tak bisa. Tulangku... oh, tulangku di mana, Pandu"!"

Pandu Puber segera pandangi Belati Binal dengan serius. Kelembutan sorot pandangnya berubah tajam bagaikan mata tombak. Suaranya pun terdengar lebih ber-wibawa dari yang tadi. "Kau keterlaluan, Belati Binal! Kau telah bikin sahabat baruku jadi menderita

begitu! Kau harus merasakan penderitaan yang sama!" Keseriusan Pandu Puber membuat hati Belati Binal berfirasat lain. "Tunggu dulu," katanya sambil mendekat. "Kudengar orang itu memanggilmu Pandu. Apakah... apakah..."

"Aku yang bernama Pandu Puber, bukan Ken Warok!"

"Ooh..."!" Belati Binal tercengang, wajahnya menggambarkan rasa sesal dan sedikit gentar. Ia pandangi dada Pandu yang bertato bunga mawar itu, lalu hatinya membatin,

"Astaga..., kenapa baru sekarang kuingat cerita orang-orang itu tentang ciriciri Pendekar Romantis yang bernama Pandu Puber ini"! Ya, ampun... kalau begitu aku tadi benar-benar tolol! Pantas serangannya sederhana tapi membahayakan. Pantas wajahnya begitu menawan hatiku. Pantas... ah, pokoknya apa saja pantas deh! Aduh, bagaimana sikapku berikutnya,

ya" Aku jadi salting nih!" Saat mereka beradu pandang dan saling bungkam, tiba-tiba sekelebat bayangan terlihat melintas di sekitar situ.

Wuuttt...! Mereka sama-sama kaget, dan lebih kaget lagi melihat Ken Warok hilang

dari tempatnya. "Celaka!" geram Pandu Puber.

"Seseorang telah menyambar temanmu itu! Kulihat ia bergerak ke lereng bukit!"

kata Belati Binal. Pandu Puber berseru memanggil, "Ken Warok...! Keeen...! Waroook...! Jawab seruanku!" Tak ada suara apa pun kecuali suara Belati Binal yang tampak resah dan tegang, "Bayangan itu bergerak cepat. Pasti dia sudah membawa temanmu ke tempat yang

jauh!" "Aku harus mengejarnya!" "Aku ikut...!" seru Belati Binal sambil berkelebat cepat, hampir menyamai gerakan Pandu yang pergunakan jurus

'Angin Jantan' itu.

 Kehilangan jejak. Gadis yang mengaku utusan dari Lembah Nirwana itu sengaja hentikan langkahnya. Tangannya menyambar lengan Pandu membuat si Pendekar Romantis jadi hentikan langkah pula.

"Kita salah arah. Aku yakin orang itu tidak lari ke arah sini!"

"Dari mana kau tahu?"

"Bau keringat Ken Warok tidak kute-mukan di daerah ini."

"Bau keringat..."!" Pendekar Romantis heran dan sedikit geli.

"Penciumanku mudah mengenali bau keringat tiap orang, dan aku bisa hafal bau

keringat satu persatu dari orang yang pernah kutemui."

"Hebat!" gumam Pandu kagum. "Ilmu apa yang kau gunakan itu?"

"Ini bukan ilmu, tapi suatu kelebi-han yang sudah ada padaku sejak lahir.

Bahkan aku masih ingat bau keringat dukun beranak yang menolong kelahiranku

dulu!" "Ck, ck, ck, ck...," Pandu geleng-geleng kepala. 

"Benar-benar kau seorang gadis pelacak yang cantik!"

"Kau pikir aku anjing" Pakai isti-lah pelacak segala! Kalau anjing pelacak

memang ada, tapi kalau gadis pelacak...."

"Kaulah orangnya!" sahut Pandu dengan senyum tipis menawan. Tapi Belati Binal tak membalas senyuman sedikit pun. Mesem sedikit pun tidak, sampai-sampai Pandu penasaran ingin melihat seperti apa si mungil yang cantik jelita itu jika tersenyum"

Belati Binal berdiri di bawah pohon, tangan kirinya bersandar di batang pohon itu, tangan kanannya bertolak ping- gang, matanya memandang sekeliling. Waktu itu Pandu Puber sedikit memunggungi Belati Binal untuk menyapu sekeliling dengan penglihatannya yang jeli. Kejap kemudian Pandu Puber berpaling memandang Belati Binal, tepat waktu gadis itu

pandangi Pandu secara curi-curi. Gadis itu pun sempat menggeragap dan salah tingkah dalam membuang pandangan, namun ia berusaha agar tetap kelihatan serius dan seakan berpikir tentang Ken Warok yang hilang itu.

BACA JUGA:

"Kurasa orangnya Ratu Cadar Jenazah yang bawa lari Ken Warok," ujar si gadis yang bajunya berbelahan dada agak lebar, sehingga sisi atas belahan dada itu terlihat mengintip nakal dan menggemaskan Pandu Puber.

"Bagaimana kau bisa yakin kalau Ken Warok dibawa lari oleh orangnya Ratu Cadar Jenazah?" "Karena tak ada pihak lain yang inginkan kitab itu kecuali pihakku dan pihak Ratu Cadar Jenazah."

Gumam lirih Pandu terdengar di sela anggukan kepala. Sesaat kemudian ia mencabut sehelai rumput berbatang kecil, sebelum digigit-gigit ia berkata kepada Belati Binal, "Apakah kau tahu persis tentang Ra-tu Cadar Jenazah?"

"Sangat tahu, karena dia adalah adik tiri guruku; Nyai Cemara Langit."

"Ooo...," Pandu manggut-manggut la-gi. "Apakah dulunya Nyai Cemara Langit satu perguruan juga dengan Ratu Cadar Jenazah dan Ki Mangut Pedas?"

"Tidak. Tapi guruku tahu bahwa Ratu Cadar Jenazah mengincar Kitab Panca Longok milik Ki Mangut Pedas. Hal itu sudah diketahui lama oleh Guru, karena sebelum peristiwa itu terjadi beberapa tahun yang lalu, Ratu Cadar Jenazah pernah terlepas bicara dengan Guru soal kitab yang diin-carnya itu. Begitu mendengar Ki Mangut Pedas wafat, Guru segera menugaskan diriku untuk selamatkan kitab itu agar jangan sampai jatuh di tangan Ratu Cadar Jenazah."

Dahi si tampan beranting-anting sa-tu itu mulai berkerut. Jaraknya dengan Belati Binal diperdekat lagi. Suaranya cukup pelan, tapi jelas didengar telinga si cantik yang tak budek itu.

"Dari mana gurumu dapat kabar tentang kematian Ki Mangut Pedas" Karena akulah orang yang menguburkan jenazah Ki Mangut Pedas! Beliau ditemukan terkapar sendirian dalam keadaan sekarat. Masa' gurumu bisa tahu kalau Ki Mangut Pedas tewas" Padahal aku belum bicara kepada siapa pun sebelum aku tiba di desanya Ken Warok." Gadis tanpa senyum itu bicara bernada ketus, tapi sebenarnya serius, "Se-habis Tengkorak Tobat yang bertarung dengan Ki Mangut Pedas berhasil melukai lawannya, ia lari dalam keadaan luka beracun. Ia bertemu dengan Guru yang saat itu sedang pulang dari lawatannya ke NPulau Kelambu. Tengkorak Tobat sujud di depan Guru dan mohon pertolongan atas luka ra-cunnya, karena menurut perkiraan Tengkorak Tobat, racun itu akan merenggut nyawanya sebelum ia sampai di Bukit Gulana. Tengkorak Tobat berjanji akan damaikan pertikaian lama antara Guru dengan adik tirinya itu. Guru pun obati Tengkorak Tobat, lalu ia ceritakan sendiri bagaimana pertarungannya dengan Ki Mangut Pedas yang berhasil dilukai dengan golok beracunnya. Golok beracun itu tidak akan bisa disembuhkan oleh obat apa pun, karena ob-atnya hanya dimiliki oleh Tengkorak Tobat sendiri." Entah yang keberapa kali Pandu Puber manggut-manggut, antusias sekali dengan cerita yang dituturkan si gadis mungil menggemaskan itu. Lalu, Pandu pun bertanya lagi dengan mata melirik kembali ke arah belahan dada si gadis yang syuuur itu, "Persoalan apa yang terjadi antara pihak gurumu dengan pihaknya Ratu Cadar Jenazah" Apakah aku boleh mengetahuinya?" Belati Binal menengok Pandu sebentar, lalu wajah dan matanya menghadap ke arah lain seperti semula. Agaknya dalam pertimbangan benak si gadis, tak ada je-leknya jika ia ceritakan masalah yang mengakibatkan bentrokan antara pihaknya dengan pihak Ratu Cadar Jenazah.

"Sebetulnya masalah pribadi, tapi akhirnya menjadi masalah antar golongan." Belati Binal menarik napas sebentar, posisi duduknya berubah dengan menyandarkan punggung ke batang pohon dan kedua tangannya bersidekap di dada. Matanya masih memandang arah lain, raut wajahnya tanpa senyum sedikit pun, berkesan cemberut terus. 

"Ratu Cadar Jenazah membunuh ayah tirinya, karena sang ayah tiri tidak mau turunkan sebuah ilmu andalan yang amat diidam-idamkan Ratu Cadar Jenazah. Padahal ayah tirinya itu adalah ayah kandung-nya Nyai Cemara Langit. Tentu saja Guru marah besar dan menantang Ratu Cadar Jenazah. Hampir saja Ratu Cadar Jenazah tewas di tangan Guru. Untung ia diselamatkan oleh Tengkorak Tobat dan dibawa lari. Sejak itulah Tengkorak Tobat menjadi orang kepercayaan Ratu Cadar Jenazah. Tapi agaknya sang Ratu masih memendam dendam yang suatu saat. akan dilampiaskan kepada Guru. Satu-satunya ilmu yang dita-kuti oleh Guru adalah ilmu dari Kitab Panca Longok. Maka ketika Guru mendengar Ki Mangut Pedas tewas di tangan Tengkorak Tobat, Guru menjadi khawatir kalau Kitab Panca Longok berhasil dikuasai oleh Ratu Cadar Jenazah. Maka aku diutus untuk temui Ken Warok, mendesaknya untuk bisa dapatkan kitab tersebut sebelum sang Ratu mendahuluinya."

"Lalu, apakah Nyai Cemara Langit yakin bahwa permasalahannya dengan Ratu Cadar

Jenazah bisa didamaikan oleh si Tengkorak Tobat?"

"Guru hanya menolong orang yang sedang terdesak dan terancam bahaya, tanpa mengharapkan apa-apa dari si Tengkorak Tobat. Pada dasarnya, Guru mengikuti saja

apa maunya si Ratu Cadar Jenazah. Berda-mai mau, meneruskan pertarungan juga mau!" "Sikap yang baik itu," puji Pandu dalam gumam kecil. 

"Menurut rencana gurumu, apa yang akan dilakukan jika Kitab Panca Longok ada di tangannya" Dipelajari sendiri atau dihancurkan, atau malah di-gadaikan ke orang lain?"

Gadis pelacak itu diam saja. Entah apa yang dipikirkan. Tapi wajahnya tidak kelihatan seperti sedang memikir sesuatu. Ia mirip orang sedang melamun. Sebentar kemudian mirip orang mencium bau nasihangus. Hidungnya mengendus-endus. Matanya melirik Pandu sebentar, lalu memandang lurus ke depan bagaikan sedang menerawang. Pendekar Romantis memendam keheranan. Mengapa gadis cantik itu kini diam saja"

Apakah karena pertanyaan Pandu me-nyinggung perasaannya atau merupakan pertanyaan yang sangat pribadi" Menurut Pandu sendiri, pertanyaannya tidak terlalu pribadi. Cuma, mungkin gadis pelacak itu mempertimbangkan : apakah perlu memberi jawaban jujur atau jawaban palsu" Pandu Puber mencoba untuk bersabarmenunggu, tapi lama-lama nggak sabar juga. Mau tak mau Pandu menanyakan hal itu.

"Kenapa diam saja?"

"Aku mencium bau keringat orang lain; bukan bau keringat kita berdua." Jawaban pelan itu mengerutkan dahi Pandu kian tajam.

"Maksudmu bagaimana?"

"Ada orang sedang mencuri percakapan kita."

Pandu mulai melirik ke sana-sini sambil berbisik, "Di mana orang itu?"

"Di arah belakangku!" jawab Belati Binal yang tiba-tiba berbalik arah secara

cepat dan melepaskan pukulan bersinar merah dari telapak tangan kanannya yang disentakkan ke depan.

Wuuutt...! Blaarr...!

Semburan sinar merah terang berpendar menyebar dari semak-semak yang dihantamnya, bersamaan dengan itu meledaklah tempat tersebut bagai dipasangi granat.

Dari ledakan tersebut melesat sesosok tubuh berkelebat dan berjungkir balik di udara dua kali.

Wuuk... wuukk...!

Sepasang kaki mendarat di depan Pandu Puber dan Belati Binal. Sepasang, kaki itu sedikit merenggang, bercelana putih dengan bajunya yang putih pula, ta-pi dirangkapi baju jubah lengan panjang

warna abu-abu. Orang itu adalah seorang lelaki berusia sekitar empat puluh tahunan, rambutnya tidak terlalu panjang tapi diikat memakai kain hitam. Di pinggangnya yang bersabuk hitam terselip sebilah golok bergagang hitam pula. Lelaki berwajah sangar dengan badan besar dan agak tinggi itu memancarkan sinar matanya ke arah Belati Binal, karena gadis itulah yang menyapa kemunculannya lebih dulu. Sedangkan Pandu Puber masih tampak kalem, berdiri dalam jarak satu langkah di samping kanan si gadis pelacak itu.

"Dupa Dulang, apa maksudmu cari perkara di depanku, hah"!"

Orang berkumis lebat itu menjawab,

"Aku tak bermaksud cari perkara denganmu, Belati Binal. Tapi kau sendiri yang

cari masalah dengan cara menyerangku secara tiba-tiba!"

"Kalau kau tak mencuri dengar percakapanku, aku tak akan menyerangmu, Dupa Dulang!"

Dupa Dulang diam tak membalas ucapan. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Pandu untuk bertanya kepada Belati Binal dalam suara berbisik, KLIK DI SINI

Sabtu, 21 Oktober 2023

The Effect of Rubber Band Temperature on The Distance Traveled when Stretched


PROPOSAL
The Effect of Rubber Band Temperature on The Distance Traveled when Stretched

 

A. Introduction

RAJA SASTRA-In this research, we investigate the influence of temperature on the stretching capabilities of rubber bands and the distance they can travel when stretched. By comparing the distances they can travel when stretched, we aim to provide insights of which temperature of rubber bands can travel farther. 

B. Background Data and Information Research 

Based on previous research, it can be concluded that observing the effect of rubber band thickness on distance traveled is quite difficult. Some of the results do not support the hypothesis due to the thin and thick rubber band giving the equal result. In this follow up experiment, we are going to focus on another condition that can influence the distance traveled of rubber bands. The conditions that we choose are different temperatures of rubber bands, but with the same thickness and diameter. 
Variations in temperature influence how far rubber bands can stretch primarily by affecting the molecular composition of the rubber. At lower temperatures, rubber bands tend to become less flexible and exhibit reduced elasticity because the cold temperature causes the rubber's polymer chains to contract and become more rigid. This restricts the rubber band's ability to stretch and return to its original shape, resulting in a shorter distance traveled when stretched. Conversely, at higher temperatures, rubber bands become more pliable and elastic. The increased heat encourages the polymer chains to loosen and expand, allowing the rubber band to stretch further and recover its original form more readily.

Reference:

Finio, B.  (2015, April 9). Stretch it! How does temperature affect a rubber band? Scientific American.https://www.scientificamerican.com/article/stretch-it-how-does-temperature-affect-a-rubber-band/

C. Research Question  : 

1. Is there a significant change in the stretching behavior and distance traveled when rubber bands are exposed to different temperatures?
2. Is there a difference in the distance traveled when rubber bands are stretched at higher temperatures compared to lower temperatures?
3. How do temperature fluctuations affect the stretching behavior and distance traveled by rubber bands, and can these effects be explained through a comprehensive model that considers thermal expansion and material properties?

D. Hypothesis

If the hotter rubber band is stretched, then it will go farther than the colder rubber band stretched at the same amount 

E. Protocol

1. Materials and Equipment

Rubber bands
Ruler
Ice Water
Boiling water
Plastic container

2. Procedure

a. Making the different temperatures of rubber bands
Prepare 5 rubber bands you want to cool. Ensure that the rubber band is at room 
        temperature or 
        around room temperature before starting the cooling process.
Prepare a container large enough to accommodate the rubber band and enough cold  
        water to fully 
        submerge it.
Fill the container with cold water from the tap and add ice cubes to make the water 
       very cold.
Fully immerse the rubber band in the cold water.
Let the rubber band soak in the cold water for 5 minutes.
Repeat steps a to f but replace the cold water with boiling water 


b. Stretching the rubber band

Hold a ruler on its long edge, with the front end (0.0 mm) flush with the end of the                 launch surface.
Place the cold rubber band so that one end of it just catches the end of the ruler.
Pull the other end of the rubber band back one cm beyond its unstretched length and 
        hold it down 
         flat against the ruler with one finger.
Release the rubber band and measure the distance that the rubber band travels, and 
        record it. 
       Measure to the point where the rubber band finally comes to rest, not where it first 
       touches - the 
        rubber band may bounce.
Conduct nine more trials with that same band.
Calculate the average distance from only five data which has the smallest differences 
        and record it 
         on the table.
Repeat steps a to f but change the amount of stretch to 2 cm, 3 cm, and 4 cm.
Swap your cold rubber band with the hot rubber band, measure, and record the details 
        in the table. 
       Carry out steps a to f with the new band.

c.After collecting your data, make a graph based on it and write at least two sentences explaining your graph. You can use excel or draw it manually on paper. Klik di sini

Senin, 16 Oktober 2023

KESEHATAN MENTAL DAN 12 LANGKAH UNTUK MENJAGA KESEHATAN MENTAL

KESEHATAN MENTAL DAN 12 LANGKAH 

UNTUK MENJAGA KESEHATAN MENTAL

KESEHATAN MENTAL DAN 12 LANGKAH  UNTUK MENJAGA KESEHATAN MENTAL
KESEHATAN MENTAL DAN 12 LANGKAH  UNTUK MENJAGA KESEHATAN MENTAL

RAJA SASTRA- Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar.

Seseorang yang bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta menjalin hubungan positif dengan orang lain. Sebaliknya, orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, serta kendali emosi yang pada akhirnya bisa mengarah pada perilaku buruk.

Penyakit mental dapat menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya dapat merusak interaksi atau hubungan dengan orang lain, namun juga dapat menurunkan prestasi di sekolah dan produktivitas kerja. oleh sebab itu, sudah saatnya kita menjalankan pola hidup sehat

Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar. Seseorang yang bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta menjalin hubungan positif dengan orang lain. Sebaliknya, orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, serta kendali emosi yang pada akhirnya bisa mengarah pada perilaku buruk.

Penyakit mental dapat menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya dapat merusak interaksi atau hubungan dengan orang lain, namun juga dapat menurunkan prestasi di sekolah dan produktivitas kerja. oleh sebab itu, sudah saatnya kita menjalankan pola hidup sehat

Baca judul lainnya

12  LANGKAH UNTUK MENJAGA KESEHAN MENTAL 

Kesehatan mental, merupakan hal yang utama dalam menjalani kehidupan, 

1. Jangan tetrlalu keras terhadap diri sendiri

2. Jangan berusaha untuk menyenangkan semua orang

3. Jangan takut mengatakan tidak

4. Jangang takut mengatakan iya

5. Jaka satu hal merasa salah jangan lakukan

6. Relaklan hal yang tidak dapat kamu control

7. Jangan berbicara negative terhadap dirimu sendiri

8. Jangan menyerah akan mimpimu

9. Percaya dengan instingmu

10. Cintai dirimu sendiri

11. Selalu berkata jujur

12. Jauhkan diri dari negatifitas dan drama hidup orang lain

KLIK DI SINI

Sumber : Dari Media Nasional

PENDEKAR ROMANTIS 06 KITAB PANCA LONGOK BAGIAN 3

PENDEKAR ROMANTIS 06 KITAB PANCA LONGOK BAGIAN 3

Wajahnya sih cantik, bodinya juga oke punya, karena dia punya ilmu pengawet kecantikan dan kemudaan. Tapi tingkah lakunya kayak setan kurang sesajen.
PENDEKAR ROMANTIS 06 KITAB PANCA LONGOK BAGIAN 3

Yu kita lanjutkan baca ceritanya!

RAJA SASTRA- Wajahnya sih cantik, bodinya juga oke punya, karena dia punya ilmu pengawet kecantikan dan kemudaan. Tapi tingkah lakunya kayak setan kurang sesajen. Makanya dia nggak laku kawin, karena nggak ada lelaki yang betah beristrikan dia. Biasanya nyawa lelaki itu yang nggak betah dekat dengannya, lalu pergi ke akhirat."

"Dibunuh olehnya, begitu?" "Iya! Kata kakek sih, Ratu Cadar Jenazah punya cita-cita ingin kuasai rimba persilatan. Dia ingin diakui oleh dunia persilatan sebagai ratu rimba persilatan. Jadi maunya semua tokoh rimba persilatan tunduk kepadanya dan patuh kepadanya pula. Padahal kesaktiannya nggak seberapa."

"Ya, mungkin demi menunjang cita-citanya itulah maka ia ingin pelajari Kitab Panca Longok tersebut.

Baru mau bicara, tiba-tiba tubuhKen Warok yang duduk itu ditendang kaki Pandu Puber. Brruss...! Ken Warok terjengkang.

Hampir saja ia marah karena perbuatan Pandu. Tapi niat marahnya lenyap seketika setelah melihat sebilah pisau menancap di pohon yang tadi dibuat sandaran tubuhnya. Wuuttt...! Jrrubb...!

"Hahh..."!" Ken Warok terbelalak tegang. Matanya yang menjadi lebar bagai habis operasi kelopak itu pandangi pisau tersebut.

Pisau itu kecil, ukurannya sejengkal, gagangnya dari besi dengan hiasan rumbairumbai benang merah. Mata pisaunya putih mengkilap dan runcing. Kalau nyolok mata sakit. Apalagi nyolok jantung, pasti bocor. Pandu Puber dan Ken Warok sama-sama terperanjat lagi ketika melihat kulit pohon tersebut bergerak-gerak mengelupas dalam keadaan mengering. Pasti disebabkan karena pisau itu beracun ganas. Ken Warok jadi merinding membayangkan nyawanya yang nyaris melayang tadi. Hatinya membatin, 

"Kalau kulit pohon aja bisa jadi keriting begitu, apalagi kulitku. Pasti keriput seperti jeruk purut."

Baru saja Pandu Puber mau cabut pisau itu, tiba-tiba Ken Warok berseru,

"Awaaass...!" Pandu tidak menoleh ke belakang. Tapi tangannya segera berkelebat ke belakang sendiri dan, jaab...! Sebilah pisau yang dilemparkan ke arahnya tertangkap oleh tangan Pandu, terselip di sela jemarinya. Ken Warok menghempaskan napas lega melihat Pandu selamat, tapi hatinya ter-bungkus perasaan takjub melihat kecepatan tangan Pandu menangkap pisau itu.

"Padahal dia nggak nengok segala lho, kok bisa langsung tangkap itu pisau, ya"

Jangan-jangan tengkuknya punya mata"

Coba lihat, ah...!" Ken Warok sengaja bergeser ke belakang Pandu dan memperlihatkan tengkuk Pandu.

"Siapa pemilik pisau ini" Pasti ada yang ingin membunuh kita, Ken! Entah kau atau aku yang ingin dibunuhnya."

"Semoga saja bukan aku," kata Ken Warok gemetar. Kedua lelaki muda itu sama-sama memandang ke arah semak-semak, tempat datangnya dua pisau terbang tersebut. 

Pendekar Romantis melepaskan pukulan jarak jauhnya ke arah semak-semak itu, sang semak-semak buyar seketika. Sesosok tubuh melayang bersalto dari balik semak. Wukk, wukk...! Jlegg! Kini ia berdiri di depan Pandu Puber dan Ken Warok.

Kemunculan itu membuat dua pemuda beda kwalitas tampang itu sama-sama terbengong sesaat. Terkesima memandangi wajah ayu di depan mata mereka. Wajah ayu itu milik seorang gadis berusia sekitar dua puluh tahun, matanya bundar indah, bibirnya mungil, hidungnya kecil bangir, karena wajah itu memang wajah mungil yang cantik sekali, enak dipandang mata. Beda dengan wajahnya Ken Warok; enak dicolok matanya

Gadis cantik bertubuh seksi dengan bagian dadanya melenuk mirip mangkok bakso

itu, mengenakan pakaian serba biru. Biru muda yang cerah. Kontras dengan warna kulitnya yang kuning langsat. Gadis itu mengenakan ikat pinggang yang punya pisau cukup banyak. Hampir seluruh pinggangnya dilingkari dengan pisau, ada yang besar ada yang sedang, ada yang kecil. Andai tak cantik, ia mirip pedagang keliling door to door. Tetapi dengan rambut disanggul kecil di bagian tengah, sisanya dibiarkan meriap sepanjang punggung.

Meski wajahnya tanpa senyum tapi kecantikannya justru tampak menggemaskan bagi Pandu Puber. Sejak tadi yang dipandangi bagian bibir si gadis dan permukaan mangkok baksonya itu. Maklum,

pendekar yang satu ini memang punya mata nakal dan otak sedikit seronok, sehingga hobinya mengincar tempat-tempat yang mestinya tak boleh dipegang sembarang orang. Jika sudah memandang ke arah sana, Pandu sering lupa daratan dan lupa lautan. Malah kadang-kadang ia sering lupa berkedip.

"Biar kuhadapi dia. Lama-lama bisa kurang ajar kalau didiamkan terus," ujar Ken Warok dengan lagak sok berani.

"Hmmm..., giliran tahu musuhnya cewek mau main seruduk aja!" gumam hati Pandu.

Ia biarkan Ken Warok mendekati gadis cantik itu.

"Nona cantik, apa maksudmu melempar pisau kepadaku, hah"! Apakah begitu cara-mu kalau naksir seseorang"!"

Gadis itu masih diam saja. Matanya memandang makin tajam. Kedua tangannya dicantolkan pada ikat pinggang, kedua kakinya sedikit merenggang, kelihatan tegar dan siap tarung. Mata itu sengaja

dituju-kan tajam-tajam ke arah Ken Warok. Makin lama makin membuat hati Ken Warok ciut sendiri dan mulai salah tingkah antara ngeri dan berani, antara takut dan ingin ikut. Sesekali ia melihat Pandu Puber, dan hatinya menjadi tenang saat

ia tahu Pandu masih di situ. Pandu sendiri sengaja diam, memberi kesempatan pada

Ken Warok sambil pelajari sikap si gadis cantik itu.

Ken Warok yang salah tingkah itu akhirnya berkata lagi, "Nona cantik, apakah kau tuli sehingga tak bisa mendengar pertanyaanku tadi?"

Gadis itu tetap diam, merapatkan kedua bibirnya yang menggemaskan Pandu sejak tadi. Matanya sesekali melirik ke

arah Pendekar Romantis. Hanya sekilas-sekilas saja tapi membuat sang pendekar tampan berdebar-debar indah.

Ken Warok berkata lagi kepada gadis itu, "Apa maksudmu datang kemari dengan lempar-lempar pisau, hah" Kayak anak kecil aja! Apa nggak punya mainan lain"!

Lain kali nggak boleh begitu, ya?" Ken Warok berlagak seperti guru yang ngomelin muridnya karena nggak kerjakan 'PR'. Tapi gadis itu justru berkata dengan nada ketus yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan Ken Warok tadi.

"Siapa di antara kalian berdua yang bernama Ken Warok"!"

Ken Warok bertanya pada Pendekar Romantis, "Siapa nih enaknya" Kau atau aku yang bernama Ken Warok?"

Senyum di bibir sang pendekar ganteng tipis saja, namun sempat bikin mata si gadis cepat-cepat di lemparkan ke wajah Ken Warok. Lalu terdengar suara Pandu berkata kepada Ken Warok,

"Jujur sajalah. Nggak perlu pura-pura, nanti dia malah lebih galak lagi."

"Makin galak makin cantik lho. Sum-pah kempot deh!"

"Jawab pertanyaanku!" bentak gadis itu. Ken Warok tersentak hampir lompat di tempat. Ia jadi makin malu, kemudian nyengir sambil garuk-garuk kepala. Pandu tertawa pula sambil tetap gigit-gigit rumput.

"Akulah orang yang kau cari. Aku yang bernama Ken Warok!"

"Bohong!" sentak gadis itu lagi.

"Pasti dia, yang pakai anting-anting satu itu!" sambil menuding Pandu. Tentu saja Pandu makin geli dalam tawanya yang tanpa suara itu. Ken Warok memandang Pandu dengan bingung, lalu memandang gadis itu la-gi dengan dahi berkerut dan sedikit ngotot,

"Hei, Nona... yang namanya Ken Warok itu ya aku ini!" katanya sambil menepuk dada. "Mana pantas wajah sepertimu jadi kunci rahasia Kitab Panca Longok"!  KI Mangut Pedas nggak akan sudi punya murid bego kayak kamu!"

"Yeee... nggak percaya nih anak"!" gumam Ken Warok dengan meringis kecut.

Gadis itu melangkah dekati Pandu Puber dan berhenti dalam jarak empat langkah di depan si ganteng berbaju ungu itu. Lalu suaranya yang ketus terdengar bernada sok tegas,

"Mengakulah, pasti kau si murid Mangut Pedas itu, kan"!"

"Bukan aku yang bernama Ken Warok, melainkan dia!"

"Bohong besar kau! Kiramu aku ini anak kecil yang mudah ditipu?"

Ken Warok menyahut kata, "Nona... hei, aku inilah yang bernama Ken Warok dan tahu seluk-beluk tentang kitab tersebut!"

"Diam kau!" bentak gadis itu. Berani sekali ia menuding Ken Warok dengan mata mendelik lincah dan bikin betah begitu. Agaknya dia benar-benar tidak pedu-li

lagi dengan keberadaan Ken Warok di situ. Langsung saja ia bergerak lebih dekat pada Pandu Puber dan dalam jarak satu langkah ia berkata tegas,

"Bicaralah! Jangan hanya bengong saja kayak monyet ompong! Katakan di mana kitab itu, hah"!"

Dengan tenang dan iringan senyum

menawan, Pandu Puber justru balik bertanya, "Siapa kau sebenarnya, Nona" Mengapa kau sekeras itu menganggapku sebagai Ken Warok?"

Bacaan Lainnya

"Jangan berlagak pilon!" bentaknya dengan wajah semakin ketus. "Katakan sa-ja, di mana kitab itu disimpan oleh kakekmu! Kau pasti tahu, Ken Warok!" Ken Warok geleng-geleng kepala antara jengkel dan geli. Ia dekati gadis itu dari belakang dan ia colek punggungnya, tapi niat tersebut terpaksa gagal karena tiba-tiba kaki gadis itu menendang ke belakang tanpa memandang yang ditendang.

Wuut...! Buhgg...!

"Heggh...." Ken Warok mendelik, tubuhnya mental sejauh empat langkah ke belakang dan jatuh terkapar dalam keadaan seperti dibanting. Bhaggh...! Ken Warok diam seketika. Matanya berkedip-kedip memandang langit. Mulutnya hanya bisa terbuka, tapi suaranya tak mampu keluar karena napasnya bagaikan tersumbat di tenggorokan dan hidung. Pandu Puber kian tersenyum geli melihat Ken Warok terkapar begitu. Si gadis sendiri tidak memandang Ken Warok sedikit pun. Seakan begitu cueknya dengan hasil ten-dangannya tadi. Yang dipandangi adalah Pandu dan pandangan itu tak mau bergeser sedikit pun. Tajam, tapi juga menyimpan tendensi tertentu. 

Akhirnya pendekar tampan kembali pandangi wajah di depannya yang amat dekat sekali itu. Hanya satu ayunan maju saja bibir bisa langsung nyosor bibir si gadis. Tapi Pandu punya perhitungan, jika saat itu ia langsung menyosorkan diri ke bibir si gadis, maka tangan si gadis dapat bergerak menghantamnya dengan cepat. Karena Pandu tahu, gadis itu punya kecepatan gerak cukup tinggi. Terlihat saat ia menendang Ken Warok, gerakan kakinya nyaris tak terlihat menendang ke dada Ken Warok. 

"Baru sekarang aku melihat kecantikan yang sempurna. Ck, ck, ck...!" Pandu berdecak sambil geleng-geleng kepala. Gadis itu merasa tersanjung, tapi berlagak tak suka sanjungan itu. Ia mencibir sinis, membuang pandangan ke arah lain. Sementara itu Ken Warok bergegas bangkit perlahan-lahan sambil menyeringai, merasakan sisa sakit yang masih tertinggal di dada. Pandu sengaja pandangi gadis itu

dengan sorot pandangan mata yang lembut, tutur katanya pun terdengar pelan danpenuh kelembutan, "Kurasa kau orangnya Ratu Cadar Jenazah, Kuakui sang Ratu cukup pandai memilih utusan secantik kau, Nona. Pria mana yang tak akan luluh hatinya melihat kecantikanmu" Sekalipun sebenarnya hatiku sudah kutahan untuk tidak menyerah padamu, nyatanya aku tak bisa menahan ke-kerasan hatiku demi melihat kecantikanmu dari jarak sedekat ini."

"Aku bukan orangnya Ratu Cadar Jenazah!" ketus gadis itu.

"Ah, kau sembunyikan identitasmu, Nona. Tak perlu berbohong, nanti nilai kecantikanmu berkurang."

"Aku nggak bohong! Aku memang bukan orangnya Ratu Cadar Jenazah. Aku utusan dari Lembah Nirwana. Namaku.... Belati Binal."

Pandu tertawa seperti orang menggumam. Ia melangkah tinggalkan gadis itu, namun hanya tiga langkah segera berhenti dan berbalik lagi, memandang penuh pesona, membuat sang gadis menjadi gundah.

"Akhirnya kau mengaku juga siapa dirimu," kata Pandu pelan bagaikan menge-jek. Belati Binal kian mengetuskan mulutnya pertanda dongkol terhadap pancingan Pandu tadi. Ia bergegas maju dengan menampakkan kegalakannya yang dipaksakan, lalu menghardik dengan suara geram,

"Jangan mempermainkan diriku, Ken Warok!" Pandu sempat berpikir, 

"Jangan-jangan dia bidadari Dian Ayu Dayen, calon istriku itu" Ah, benarkah dia jelmaan Di-an Ayu Dayen" Aku kok jadi curiga?"

Dian Ayu Dayen adalah bidadari penguasa kecantikan yang selalu membayang-bayangi Pandu Puber. Anak Dewa Batara Ka-ma itu memang ditugaskan oleh sang Ayah untuk menundukkan Dian Ayu Dayen dan men-gawininya. Karena jika Pandu Puber menga-wini

Pandu, sang bidadari penguasa kecantikan itu, maka ia akan hidup di kayangan di antara para dewa dan berhak menggunakan namanya sebagai Dewa Indo. Tapi jika Pandu kawin dengan perempuan lain, maka ia tak akan bisa naik ke kayangan dan ia akan menjadi manusia biasa, tanpa gelar kebangsaan sebagai Dewa Indo. Dalam perjalanannya mencari sang calon istri, Pandu Puber selalu dibayang-bayangi Dian Ayu Dayen yang dapat menjel-ma sebagai perempuan dengan seribu macam kecantikan. Dian Ayu Dayen mempunyai se-tangkai bunga mawar yang terselip di ce-lah gumpalan dadanya. Tugas Pandu Puber adalah mencabut bunga mawar itu sebagai tanda ditundukkannya kekuatan sang bidadari tersebut. Namun Pandu selalu saja tak berhasil menjebak penyamaran Dian Ayu Dayen, 

Pendekar Romantis dalam kisah: "Hancurnya Samurai Cabul" 

Klik di sini


Rabu, 11 Oktober 2023

RAMALAN PRABU SILIWANGI SOAL PRESIDEN INDONESIA 2024 YANG DI BOCORKAN KERAJAAN BANTEN

RAMALAN PRABU SILIWANGI SOAL PRESIDEN INDONESIA 2024
YANG DI BOCORKAN KERAJAAN BANTEN

Calon presiden indonesia 2024

RAJA SASTRA- Sebuah ramalan yang berasal dari kerajaan Banten salah satu kerajaan yang pernah berjaya di Nusantara, yang mengklaim telah mengetahui sosok calon presiden RI 2024. Ramalan tersebut disampaikan oleh Sultan Banten Sepuh XIV, Maulana Hasanuddin, dalam sebuah acara dialog interaktif. Silakan mau percaya atau tidak, itu Kembali kepada hati masing-masing Menurut Sultan Banten, calon presiden RI 2024 adalah seorang keturunan langsung dari Prabu Siliwangi, raja legendaris dari Kerajaan Pajajaran.

"Dia adalah keturunan langsung dari Prabu Siliwangi, raja terakhir dari Kerajaan Pajajaran. Dia memiliki darah biru yang murni dan tidak tercemar. Dia memiliki wajah yang tampan dan gagah, serta tubuh yang kuat dan sehat. Dia memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam, serta keterampilan yang beragam dan unggul. Dia sangat disegani dan dihormati oleh semua orang," kata Sultan Banten.

Sultan Banten mengatakan bahwa ramalan tersebut didasarkan pada kitab pusaka Kerajaan Banten, yaitu Kitab Sang Hyang Kersa. Kitab tersebut berisi tentang silsilah, warisan, dan ramalan Kerajaan Banten.

Sultan Banten mengaku telah mempelajari kitab tersebut sejak kecil dan menemukan banyak kebenaran dalam kitab tersebut.

"Kitab Sang Hyang Kersa adalah kitab pusaka yang diturunkan oleh leluhur kami. Kitab ini sangat jitu dan terpercaya. Kitab ini telah meramalkan banyak peristiwa penting dalam sejarah Indonesia, seperti penjajahan, revolusi, kemerdekaan, reformasi, pandemi, dan lain-lain. Kitab ini juga meramalkan tentang sosok presiden RI 2024," ujar Sultan Banten.

Sultan Banten menambahkan bahwa ramalan tersebut juga sesuai dengan ramalan lain yang berasal dari kerajaan-kerajaan lain di Indonesia, seperti Ramalan Jayabaya dari Keraton Yogyakarta, Ramalan Kerajaan Kutai, dan Ramalan Kerajaan Bali.

Sultan Banten mengatakan bahwa semua ramalan tersebut memiliki kesamaan dalam menggambarkan sosok calon presiden RI 2024.

"Saya yakin bahwa ramalan-ramalan tersebut saling mendukung dan melengkapi. Saya juga yakin bahwa sosok calon presiden RI 2024 sudah ada di antara kita. Dia adalah orang yang sangat spesial dan berjodoh dengan Indonesia. Dia akan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik dan lebih maju," tutur Sultan Banten.

Namun, Sultan Banten juga mengingatkan bahwa ramalan tersebut tidak berarti bahwa sosok calon presiden RI 2024 akan memiliki jalan yang mudah untuk mencapai kursi kepresidenan.

Sultan Banten mengatakan bahwa sosok calon presiden RI 2024 akan menghadapi banyak rintangan dan musuh yang akan mencoba menghalangi dan menggagalkannya.

"Dia akan menghadapi banyak rintangan dan musuh. Dia akan dihadapkan dengan berbagai masalah dan tantangan yang sulit dan kompleks. Dia akan dikhianati oleh orang-orang dekatnya dan difitnah oleh orang-orang jahatnya. Dia akan diserang oleh berbagai pihak yang tidak suka dengan visi dan misinya," kata Sultan Banten.

Sultan Banten mengatakan bahwa hal tersebut adalah ujian dari Tuhan untuk menguji keimanan dan keteguhan hati sosok calon presiden RI 2024.

Sultan Banten berharap agar sosok calon presiden RI 2024 dapat bertahan dan bersabar dalam menghadapi semua cobaan tersebut.

BACAAN LAINNYA

Sultan Banten juga berdoa agar sosok calon presiden RI 2024 dapat mendapatkan bantuan dan dukungan dari orang-orang baik dan bijak.

"Dia harus bertahan dan bersabar. Dia harus tetap berpegang pada prinsip dan nilai-nilai yang benar dan baik. Dia harus tetap berjuang untuk kepentingan rakyat dan bangsa. Dia harus tetap berdoa dan berserah diri kepada Tuhan. Saya yakin bahwa pada akhirnya, dia akan berhasil dan menang," pungkas Sultan Banten.

Namun, Sultan Banten tidak mau menyebutkan nama atau inisial dari sosok calon presiden RI 2024 tersebut. 

Sultan Banten mengatakan bahwa hal tersebut adalah rahasia yang hanya diketahui oleh Tuhan dan para leluhur.

Sultan Banten hanya berpesan agar rakyat Indonesia bersabar dan berdoa agar dapat mengetahui siapa sosok calon presiden RI 2024 tersebut. PENDEKAR ROMANTIS 2

"Saya tidak bisa menyebutkan nama atau inisialnya. Itu adalah rahasia yang harus dijaga dengan baik. Saya hanya bisa memberikan petunjuk-petunjuk umum tentang sosoknya. Saya harap rakyat Indonesia bisa bersabar dan berdoa agar Tuhan memberikan petunjuk kepada kita semua. Saya yakin bahwa pada saatnya nanti, kita akan mengetahui siapa sosok calon presiden RI 2024 tersebut," pungkas Sultan Banten.

di sini

Sumber dari Tribun New.

Selasa, 10 Oktober 2023

PENDEKAR ROMANTIS 06 KITAB PANCA LONGOK BAGIAN 2

 

PENDEKAR ROMANTIS 06 
KITAB PANCA LONGOK

(BAGIAN 2)

(Scan/E-Book: Abu Keisel)
Juru Edit: Fujidenkikagawa
wajahnya sedih, hampir menangis. Pandu Puber buru-buru buang muka karena ia tak berani melihat gadis menan-gis. Ia selalu ingat ibunya dan bisa jatuh pingsan atau lemas tanpa daya.
PENDEKAR ROMANTIS 06  KITAB PANCA LONGOK BAGIAN 2

Pembaca yang budiman cerita silat  bagian ke dua dari judul di atas, kami sajikan mungkin kedepan untuk cerita silat akan kami sajikan setiap yangjadwalnya  hari Rabu dan sabtu, namun kali ini kami belum bisa menentukan jadwal. Kepan kami sajikan cerita-cerita silat yang berlatar belakang dan berlatar tempat di wilayah Tasik selatan, atau sekitat Kabupaten Tasikmalaya. Konon klabarnya dulu di mana dunia persilatan masih menguasai dunia, bermunculan pendekar-pendekar silat dari Kab Tasikmalaya sekarang, terutama dari pesieir Tasik selatan, Insya Allah sumbernya sedang kami sunting.
tapi yang penting silakan baca cerita ini sampai selesai
Selamat membaca!
Kami terbuka terima saran dan kritik pembaca

RAJA SASTRA- Wajahnya sedih, hampir menangis. Pandu Puber buru-buru buang muka karena ia tak berani melihat gadis menan-gis. Ia selalu ingat ibunya dan bisa jatuh pingsan atau lemas tanpa daya.

Sri dekatin Jaitun, "Kalau benar itu nama kakekmu, kenapa kamu nggak tahu yang namanya Ken Warok?"

"Ki Mangut Pedas adalah kakak dari kakekku. Jadi dia kan termasuk kakekku Juga"

Sedangkan... o, ya. Aku baru ingat. Yang namanya Ken Warok itu sebenarnya adalah kakak sepupuku. Nama aslinya Kendayun. Di antara keluarga kami dia di-panggil Dayun. Tapi aku ingat, dia memproklamirkan diri di depan umum dengan nama Ken Warok. Soalnya dia gemar nonton

pertunjukan reok kepala singa."

"Lalu, rumah Ken Warok itu di ma-na?" tanya Pandu.

"Di belakang rumahku, Kang! Kalau begitu, yuk kuantar ke rumahnya!"

Sri agak iri karena Jaitun pulang bareng pemuda tampan. Sri hanya bilang pada Jaitun dengan suara agak keras, 

"Biarin kamu pulang sama dia! Aku mau di si-ni dulu nyelesain cucian sambil menunggu siapa tahu Mas Pandu Puber lewat sini!"

Tentu saja si tampan bermata kebi-ru-biruan itu hentikan langkah dan berpaling ke belakang memandang Sri yang masih merendam di air. Maksudnya, Pandu kaget mendengar namanya disebut oleh Sri dan ia ingin mengatakan bahwa dialah yang bernama Pandu Puber. Tetapi Jaitun segera menarik lengan Pandu dengan sopan sambil berkata,

"Sudahlah, jangan hiraukan ocehan Sri gendut itu. Dia memang lagi tergila-gila sama Pandu Puber. Padahal menurutku sih, Pandu Puber pemuda yang nggak layak untuk digila-gilain. Apalagi dibangga-banggakan, huuh... nggak pantes. Sekadar diakui kehebatan ilmunya dan keramahannya sih boleh saja, tapi kalau sampai dibangga-banggakan rasanya kok nggak pada tempatnya."

"Memangnya kenapa?" tanya Pandu semakin berlagak bego.

"Soalnya...," Jaitun tersenyum ma-lu. "Soalnya... Pandu Puber nggak sehebat kamu, Kang."

"Maksudnya nggak sehebat bagaimana?" desak Pandu kian memancing perasaan si gadis manis berkulit kuning itu.

"Yaah... pokoknya nggak hebatlah. Bisa dilihat dari wajahnya, perawakannya, kegagahannya, semuanya nggak kayak kamu. Pasti masih lebih hebat kamu, Kang."

"Masa' sih...?" Pandu senyum-senyum saja sambil tetap melangkah bersebelahan.

"Iya. Nggak lebih tampan dari kamu.

Pandu Puber itu kan, yaaah... namanya ju-ga anak masih puber, tentu saja masih imut-imut. Tua sedikit juga peot."

Pandu tertawa geli tapi tidak dilepas semuanya. Jaitun bagaikan lupa dengan kematian kakeknya. Ia tersenyum-senyum seraya sesekali menunduk. Menjinjing bakul menenteng ember karet. Dalam tunduk-nya itu ia melirik Pandu sebentar dan bertanya, 

"Ngomong-ngomong... namamu siapa sih, Kang?"

"Namaku...?" Pandu tersenyum lebar, tampak ragu-ragu. Tiba-tiba dari arah depan mereka muncul seorang anak lelaki remaja berusia sekitar lima belas tahun. Anak itu memakai rompi dan celana abu-abu, ikat kepalanya merah, badannya agak kurus, wajahnya polos. Anak itu terkejut dan hentikan langkah melihat Pandu berjalan bersama Jaitun.

"Sumo..."! Sumo Banjir..."!" Pandu menyapa lebih dulu. Wajahnya berseri-seri. Tapi wajah Sumo Banjir lebih ceria lagi.

"Kaaang..."! Kang Pandu..."! Ooh...aku kangen kamu, Kang! Aku kangen kamu, Kang Pandu...!" Sumo Banjir memeluk Pandu Puber

dengan kegirangan. Tubuh anak itu diguncang-guncang oleh Pandu seperti pohon ceremai yang ingin dirontokkan buahnya. Pandu Puber

sempat terbayang masa pertemuannya dengan Sumo Banjir dalam peristiwa patung pembawa bencana itu, (Kalau mau tahu patungnya kayak apa, cari aja di serial Pendekar Romantis dalam kisah : "Patung Iblis Banci"- bukan dari Taman Lawang kok. Bener!). "Bagaimana kabarmu, Sumo?"

"Aku sekarang kerja di tempat Ki Lasoka, ikut bikin keramik, Kang."

"Syukurlah kalau kau punya kesibukan. Nggak kepingin jadi pendekar lagi?"

"Ya kepingin, Kang. Tapi... gimana lagi, habis Kang Pandu nggak mau jadi guruku sih." Kemudian Sumo Banjir memandang Jaitun karena punggungnya dicolek-colek gadis itu. 

Jaitun bertanya, "Kok kamu kenal dia, Mo" Memangnya dia itu siapa?"

"Dia kan Pandu Puber, si Pendekar Romantis itu!"

"Hahh..."!" mata Jaitun membelalak lebar, hampir saja copot dan menyambar wajah Sumo Banjir. Bibirnya gemetar, wajahnya pucat, napasnya sesak, kepala nyutnyutan, pandangan mata makin suram, akhirnya... brruukk! Jaitun pingsan. Hebat ya"


💢💢

Namanya memang seram. Ken Warok. Yang namanya warok itu biasanya bertubuh besar, tinggi, tampang angker, kumis sebesar lontong sate, badan kekar berotot, galaknya kayak setan lagi beranak.

Tapi warok yang ini ternyata benar-benar men-gejutkan Pandu Puber. Ken Warok bertubuh kecil, pendek, kurus, rambutnya potongan cepak, mirip hansip sedang masa pendidikan. Usianya sekitar dua puluh enam tahun. Mengenakan pakaian serba hitam, komprang. Bajunya tak dikancingkan sehingga tampak tulang iganya

yang bertonjolan mirip tangga berjalan. Hampir-hampir Pandu Puber tidak mempercayai kalau orang yang mirip sebatang korek api itu bernama Ken Warok.

"Aku ingin bertemu dengan Ken Warok, bukan kamu Kang."

"Lha ya, aku ini Ken Warok!"

"Masa' sih..."!" Pandu sampai bilang begitu, karena penampilan dan potongan orang itu tidak pantas menyandang na-ma Ken Warok. Setelah orang itu menjelaskan seperti apa yang dijelaskan Jaitun, barulah Pandu Puber percaya bahwa orang itu adalah cucunya Ki Mangut Pedas.

Berita tentang kematian Ki Mangut Pedas bukan saja membuat Ken Warok sedih, namun menjadi berang dan sorot matanya yang kecil itu penuh cahaya dendam membara. "Siapa yang membunuhnya?"

"Aku tidak tahu. Ketika aku tiba di lembah itu, kakekmu sudah terkapar tak berdaya. Aku ingin sembuhkan lukanya, ta-pi dia menolak. Karena dia bilang memang hari itu sudah jatahnya untuk mati. Aku tak berani memaksa. Cuma dia sebutkan sa-tu nama orang yang habis bertarung dengannya."

"Lha iya, yang kutanyakan tadi adalah nama orang yang habis bertarung dengannya itu!" ujar Ken Warok dengan jengkel. 

"Siapa namanya?"

"Tengkorak Tobat."

"Setan!" geram Ken Warok.

"Mungkin saja setan, namanya saja Tengkorak Tobat. Barangkali setan yang menyamar sebagai seorang pendeta."

"Bukan itu maksudku!" kata Ken Warok semakin tampak gusar. "Aku tahu Tengkorak Tobat. Aku kenal dia, karena namanya memang sudah dikenal! Aku harus temui dia sekarang juga!"

Ken Warok bergegas pergi, tapi Pendekar Romantis segera berkata, "Apakah kau berani menghadapi dia?"

Ken Warok berhenti, berbalik badan pelan-pelan. Wajahnya tampak sayu, lalu berkata dengan nada lemah, "Kalau sendirian ya nggak berani."

"Kok kamu mau ngamuk menemuinya?"

"Kan sama kamu?"

"Aku nggak ada urusannya dengan Tengkorak Tobat. Mau apa aku mencak-mencak sama dia?" 

"Yaaah... kirain kamu mau ikut menemui dia?" ujarnya makin lemah. Pandu Puber tertawa pelan. 

"Kau ini aneh. Kalau merasa nggak berani ya jangan galak begitu dong! Salah salah nyawamu dicabutnya sambil ber-siul!"

"Tengkorak Tobat adalah orang kepercayaan Ratu Cadar Jenazah."

"Kayaknya memang begitu, sebab amanat yang harus kusampaikan padamu ada hubungannya dengan nama Ratu Cadar Jenazah."

Ken Warok dekati Pandu Puber dan berkata pelan, 

"Apa amanat dari kakekku itu?"

"Kau harus bersembunyi dari jang-kauan Ratu Cadar Jenazah."

"Kenapa begitu?"

"Entahlah. Kakekmu tak mau jelaskan. Ia terburu-buru mau mati. Setelah ngomong begitu, dia menghembuskan napas terakhir. Buuuss...! Begitu!"

Ken Warok diam termenung, melangkah sedikit jauhi Pandu Puber. Sementara itu,

Pandu Puber sedang jadi pusat perhatian perempuan-perempuan yang ada di rumahnya. Ken Warok, termasuk Jaitun sendiri yang masih shock sehingga hanya terbengong me-lompong memandangi pendekar tampan yang tak disangka-sangka justru berjalan ber-duaan dengannya. Sedangkan Pandu Puber berlagak cuek walau hatinya agak tak enak karena jadi bahan intipan para wanita, baik yang sudah bersuami maupun yang belum. Mereka bicara di depan rumah Ken Warok yang penuh dengan pohon bambu, sebab dulunya kakeknya Ken Warok pengusaha anyaman bambu. Ken Warok sendiri sekarang mewarisi profesi sang kakek menjadi penganyam bambu, tukang bikin pagar.

Pandu Puber mendekati Ken Warok karena terlalu lama ditinggalkan sendirian di tengah pelataran. Mirip tiang bendera. Saat itu Ken Warok memang baru akan temui Pandu untuk mengatakan sesuatu, tapi Pandu lebih dulu perdengarkan suaranya yang kalem itu.

"Apakah kau punya urusan pribadi dengan Ratu Cadar Jenazah?"

"Tidak. Tapi..., rasa-rasanya ada sesuatu yang harus kulakukan. Ki Mangut Pedas, kakekku, dulu adalah seorang jagoan, pengawal istana kerajaan Balekam-bang. Kakek pernah berguru di puncak Gunung Sahari. Dan menurut cerita beliau, Ratu Cadar Jenazah adalah rekan seperguruannya, tapi kakek lebih senior."

"Kalau begitu," kata Pandu menyim-pulkan, "Pasti ada hubungannya dengan perguruan kakekmu dulu."

"Kayaknya sih begitu," kata Ken Warok. "Pasti soal Kitab Panca Longok."

Pandu Puber cepat memandang Ken Warok dengan dahi berkerut. Yang dipandang juga sedang menatapnya dalam renungan.

Tanpa diminta, Ken Warok segera jelaskan persoalan itu.

"Kitab Panca Longok hanya diberikan kepada kakekku, karena kabarnya dulu kakek adalah murid teladan yang selalu tampil sebagai ranking pertama setiap kenai-kan kelas." 

"Apa yang ada di dalam Kitab Panca Longok itu?"

"Jurus maut yang bernama 'Lima Setan Bingung'. Tapi sampai sekarang kakek tak mau pelajari Jurus 'Lima Setan Bingung', sebab jurus itu katanya sih jurus sesat. Bisa berubah wujudnya menjadi li-ma. Kabarnya, setiap orang yang berhasil pelajari jurus 'Lima Setan Bingung' tak dapat mengendalikan nafsu maksiatnya.

Ha-wanya kepingin membunuh, memperkosa, me-rampok, memfitnah dan mengadu domba. Makanya kakek tidak mau mempelajari jurus tersebut. Tetapi Kitab Panca Longok tetap disimpannya, dan tak pernah diajarkan atau diberikan kepada siapa pun.Sebab kakek takut kedamaian di bumi terancam karena seseorang yang berhasil pelajari Kitab Panca Longok."

Pandu Puber manggut-manggut. Dalam pengertian batinnya, Ki Mangut Pedas adalah orang baik. Tokoh berilmu lumayan ta-pi beraliran putih. Tidak menyukai keributan. Padahal kalau ia mau, ia bisa menjadi orang sakti dan menjadi super jagoan dengan bermodalkan jurus dari Kitab Panca Longok itu. 

Niat Ki Mangut Pedas perlu didukung, menurut Pandu Puber. Jika si pemilik kitab maut itu saja bisa menahan diri untuk tidak pelajari jurus berbahaya itu, tentunya sebagai seorang pendekar kebenaran Pandu Puber pun perlu memperta-hankan agar kitab itu jangan jatuh ke tangan orang sesat. Setidaknya jangan sampai dipelajari oleh seseorang yang punya niat jadi orang sesat.

"Kata kakek," ujar Ken Warok lagi, "Orang yang pelajari isi Kitab Panca Longok itu selalu punya gairah untuk bercumbu dengan lawan jenisnya, siapa saja. Karena kekuatan jurus 'Lima Setan.

Bingung' akan hadir melalui percumbuan. Satu kali bercumbu, satu kali kekuatan gaib meresap dalam diri orang tersebut."

"Apakah kakekmu beristri banyak?"

"Malah nggak punya istri, sejak nenekku meninggal akibat rindu ditinggal kakek berguru. Sejak itu kakek tak pernah mau punya istri lagi."

"Kenapa?"

"Memang dia lemah syahwat sih."

"Ooo... pantas!" Pandu Puber cengar-cengir saja.

"Ada kemungkinan kakek khawatir kalau nyawaku akan terancam oleh Ratu Cadar Jenazah." 

"Apakah kau murid tunggalnya kakekmu?"

"Kakek tak pernah punya murid. Tapi dia pernah ajarkan sebagian ilmunya padaku.

Sebagian kecil saja. Kata kakek, kalau semua ilmunya diajarkan kepada cucucucunya, bisa-bisa para cucu menjadi orang sesat, sebab ilmu yang dimiliki kakek adalah ilmu yang perlu disaring dulu

penggunaannya. Makanya aku cuma diberi sedikit dari sejumlah ilmunya yang juga sedikit itu."

"Dan kau tahu di mana kitab itu disimpan kakekmu?"

Ken Warok diam sebentar, kemudian menjawab dengan agak gugup. "Aku nggak tahu di mana kitab itu disimpannya."

BACA JUDUL LAINNYA

"Jangan bohong! Kau pasti tahu," kata Pandu sambil tersenyum. "Kau pasti punya niat mau pelajari sendiri kitab itu, kan?"

"Ah... siapa bilang?" Ken Warok bersungut-sungut.

"Iya aja. Ngaku deh, ngaku...," go-da Pandu Puber, mendesak secara halus.

"Ah nggak kok!" Ken Warok ngotot. Walau usianya lebih tua dari Pandu, tapi sikapnya kadang seperti berusia lebihmu-da dari Pandu. Si Pendekar Romantis tetap sabar menghadapi kebohongan itu.

"Ka ta kakekmu, hanya kau yang tahu tempat ia menyimpan Kitab Panca Longok itu?"

"Aaah... kakek bohong! Hobinya memang ngebohongin anak muda. Ternyata sampai mau masuk liang kubur aja masih bisa berbohong padamu."

"Bukan begitu," kata Pandu kalem sambil mengusap-usap punggung Ken Warok.

"Soalnya kakekmu bilang padaku supaya aku menyarankan padamu selain bersembunyi da- ri incaran Ratu Cadar Jenazah, aku juga disuruh membimbingmu untuk pelajari ilmu 'Lima Setan Bingung' itu. Kau harus secepatnya pelajari isi kitab tersebut sebelum orang lain merampas dan mempelaja-rinya."

"O, gitu ya?" Ken Warok tampak berseri. "Tapi, kau sendiri bagaimana" Apakah kau menyanggupi permintaannya?"

"Ya, kusanggupi untuk membimbingmu kalau memang kau mau pelajari ilmu itu."Senyum si pemuda kurus itu kian mengembang. Ia tahu siapa Pandu Puber. Ia pernah dengar cerita tentang kehebatan Pendekar Romantis, sebab itulah ia bangga dan gembira sekali jika Pandu Puber mau membimbingnya dalam mempelajari ilmu dalam Kitab Panca Longok itu. Bisabertemu muka dengan Pendekar Romantis saja sudah merupakan kebanggaan tersendiri bagi Ken Warok, apalagi bisa dibimbing oleh sang pendekar, rasa girangnya melebihi dilamar bidadari.

"Kalau begitu, sebaiknya  sekarang kita ambil saja kitab itu, Pandu."

"Lho, katanya kamu nggak tahu tempat penyimpanan kitab itu?"

Ken Warok cengar-cengir dan garuk-garuk kepala. 

"Sebenarnya sih... tahu. Cuma, yaah... seperti apa katamu tadi, aku memang ingin pelajari isi kitab itu biar menjadi orang sakti." Pandu Puber geleng-geleng kepala sambil tersenyum. Hatinya membatin, "Dasar penyu got! Akal bulusmu nggak akan bisa mengalahkan akal bulusku deh. Sebaiknya kubiarkan dulu dia mengambil kitab tu, setelah kitab ada di tangannya baru akan kubujuk agar ia mau hancurkan kitab itu demi menjaga kedamaian di bumi. Rasa-rasanya memang lebih baik kitab itu dihancurkan daripada dipelajari olehnya, nanti dia jadi orang terjahat di dunia!" 

Ternyata Kitab Panca Longok tidak disembunyikan di dalam rumah. Mungkin takut kalau dibaca para cucunya, Ki Mangut Pedas sembunyikan kitab itu jauh dari rumah. Pandu Puber diajak pergi ke sebuah bukit oleh Ken Warok.

"Kakek pernah ceritakan tempat penyimpanan itu, dan aku pernah ke sana tapi nggak ngapa-ngapain. Soalnya kakek masih hidup sih," katanya sambil melangkah menuju kaki bukit.

"Jadi kitab itu disembunyikan di puncak bukit?"

"Ya, sebab di puncak bukit itulah terdapat gua tempat kakekku dulu bertapa. Namanya gua Panas Dingin." Pandu tertawa pendek. 

"Gua kok namanya panas-dingin" Gua penyakitan itu sih!"

"Kata kakek, kalau kita berada di dalam gua itu udaranya bisa jadi panas dan bisa jadi dingin, tergantung kata batin kita. Kalau kita membatin; 'wah, kok gua ini panas, ya"', maka udara di dalam gua akan semakin panas. Kalau batin kita bilang 'dingin', ya dingin."

"Kau pernah masuk ke dalamnya?"

"Nggak berani. Kakek melarangku masuk ke gua itu. Tapi kalau melihat dari luar saja, memang pernah."

"Kenapa kakekmu melarangmu masuk?"

"Katanya, gua itu penuh jebakan yang mematikan."

Pandu Puber berpikir, "Kalau begitu, dia tak boleh ikut masuk, nanti langkahnya dapat membawa kematian baginya. Biasanya gua seperti itu memang dipasangi  jebakan cukup banyak dan maut dating tidak diduga-duga. Berarti aku nanti harus pertajam kewaspadaan serta pertajam ra-sa." 

Perjalanan menuju bukit memakan waktu tak terlalu lama. Sedikit melelah-kan, tapi perjalanan tidak banyak melalui semak belukar. Ketika mereka tiba di kaki bukit, Ken Warok minta istirahat sebentar, karena ia perlu kumpulkan tenaga untuk mendaki. Mereka beristirahat di tempat yang teduh, di bawah pohon besar yang bercabang dan berdaun mirip payung raksa-sa. "Setelah aku bisa kuasai isi kitab itu, aku akan balas dendam pada Ratu Cadar Jenazah," kata Ken Warok. "Akan kuo-brak-abrik istananya, kuratakan dengan tanah, bahkan kalau perlu kutenggelamkan ke dasar bumi. "Mendengar sesumbar itu, Pendekar Romantis hanya tersenyum saja. Tenang sekali sikapnya. Ia menggigit-gigit sebatang rumput yang belakangan ini menjadi acara kesukaannya jika sedang santai.

"Di mana istana Ratu Cadar Jenazah itu?"

"Di sana... di dekat pantai. Arah timur dari sini. Di sana ada bukit yang terlihat jelas dari lautan, namanya Bukit Gulana. Di bukit itulah Ratu Cadar Jenazah membangun istananya yang dikelilingi dengan benteng batu kokoh. Di sana ia punya murid dan tidak melarang muridnya lakukan pembajakan atau perampokan asal ada komisinya buat sang ratu."

"Jahat sekali dia, ya?"

"Huuh... bukan saja jahat, tapi ju-ga galak, angkuh, semena-mena dan pokoknya memuakkan deh. KLIK DI SINI


Featured Post

HABIB ALI ALHABSYI DENGAN KAROMAHNYA

KHARAMAH HABIB ALHABSYI:  BISA DENGAR SUARA TASBIH DAN BENDA MATI HABIB ALI ALHABSYI DENGAN KAROMAHNYA Habib Ali Alhabsyi nama lengkapnya H...