BERANDA

Senin, 01 Juli 2024

SUARA KESUNYIAN BUKU KUMPULAN PUISI KORRIE LAYUN RAMPAN SASTRAWAN ANGKATAN 2000



SUARA KESUNYIAN BUKU KUMPULAN PUISI KORRIE LAYUN RAMPAN
 SASTRAWAN ANGKATAN 2000



rajasastra-us.blogspot.com Korrie merupakan pencetus penyusun buku Sastrawan Angkatan 2000 terbitan Gramedia Pustaka Utama yang memuat lebih dari seratus sastrawan, terdiri dari penyair, cerpenis, novelis, esais, dan kritikus sastra. Beberapa nama besar yang masuk dalam angkatan tersebut antara lain Afrizal MalnaAhmadun Yosi HerfandaSeno Gumira AjidarmaAyu UtamiDorothea Rosa Herliany.

Riwayat Singkat Korrie Layun Rampan

Korrie merupakan pencetus penyusun buku Sastrawan Angkatan 2000, Lahir di Samarinda, Kalimantan Timur, 17 Agustus 1953. Selama kuliah di Yogyakarta, sempat bergabung di Persada Studi Klub. Novelnya Upacara dan Api Awan Asap meraih hadiah sayembara mengarang roman Dewan Kesenian Jakarta, tahun 1976 dan 1998. Juga menulis cerpen, esai dan kritik sastra, cerita anak, cerita film, resensi buku, dan karya jurnalistik. Kumpulan puisinya yang lain: Matahari Pingsan di Ubun-ubun, Cermin Sang Waktu, Alibi, Mata, Sawan, Mata Kekasih dan Upacara Bulan    

Buku Kumpulan Puisi Kesunyian



Data buku kumpulan puisi

Judul : Suara Kesunyian

  • Penulis : Korrie Layun Rampan
  • Cetakan : I, 1981
  • Penerbitan khusus : Budaya Jaya & Dewan Kesenian Jakarta, Jakarta
  • Dicetak : Mitra Srangenge, Bandung
  • Tebal : 92 halaman (75 judul puisi)
  • Gambar jilid : Nana Banna 

Catatan lain

Di sampul belakang buku ada tertulis seperti ini: SUARA KESUNYIAN ini merupakan nyanyian jiwa dalam berbagai nuansa kehidupan. Nyanyian tentang sepi, keterasingan, dambaan kekasih, cinta asrama, lagu alam, lagu derita, lagu harapan dan spirit keimanan. Semuanya dilantun dalam getaran nyanyian jiwa lewat lirk-lirik yang memuji Sang Kekasih. Sang Maha Sukma. Yang adalah Dia di Singgasana Keabadian. Sajak-sajak ini boleh dikata semuanya berangkat dari keterpesonaan atas eksistensi manusia terhadap Dia Sang Maha Tinggi.   

Halaman persembahan berisi ungkapan berikut: “Kepada wanita yang paling terkasih, bundaku:/Martha Renihay dan ayahku Paulus Rampan.”

BACAAN LAINNYA:

Beberapa Pilihan Puisi Korrie Layun Rampan dalam Suara Kesunyian

1. Bertahan Kita dalam Ayunan Waktu


Terayun kita dalam saat, dalam terban hari

Dingin pun memekat, membasuh jasmani

Sejuta makna terlepas dari jari, raib

Menghunjam khayalmu ke wilayah ajaib


Pekik gema pun menampar ruang, rintih yang sedih

Tikaman mata belati, sayap-sayap Kasih

Engkau membayang di hati, pijaran Kata-Kata salih

Menyadarkan kita dari mimpi tidur yang letih


Bertahan kita dalam ayunan Waktu, menganyam duka Kasih

Berjalan dalam luka hari. Dalam kibaran dendam rindu


(1975)

2. Sawan


Aku terkurung dalam lautan gelagah yang terbakar

Memburu tujuh matahari yang menyulut kota jadi puing dan debu

Di mana-mana kebakaran, huma, hutan dan tanah datar

Terik-Mu tangis darah, sejuta laskar yang menyerbu!


Siang menjadi merah penuh raung gagak-gagak keji

Yang membunuh kebeliaan kudus, menyungkurnya ke bumi

Kegemilangan mengarak jenazah sepanjang hari-hari mati

Perih kita melekapkan muka pada nyala derita abad ini


Kesilauan padang api menyala di atas kuburan-kuburan raksasa

Sungai membanjir darah, menyapu seluruh kota yang kalah

Kita bagai debu kembali kepada duli

Kepala menjunjung langit, kaki membenam dasar bumi


Udara yang busuk memintal hari-hari hitam

Memangkas pohon-pohon Kebesaran

Kata-Mu: ”Telah kuhirup mersik darah bumi

Darah langit dan kehidupan untuk harga Kematianmu yang belia!”


Aku terus terkurung dalam lautan api yang berkobar

Menjeritkan kekosongan: ”Hari ini telah kugenapkan Firman

Dan seluruh ayat-ayat Kitab Keabadian!” Tertawa Kau mengucap kelakar

Memahat nisan jiwa dari sisa nafas yang berangkat perlahan-lahan.


(1975)

3. Diri


Apakah yang masih tertinggal dari percakapan

Busa telah mengental di dasar gelas, pohon-pohon limbung

Sementara kelasi menghabisi sisa maboknya


Alam murni tiba-tiba melepaskan isyarat ke arah kita

yang terperas tuntas. Angka-angka telah sampai pada kewujudan

tentang mula Penciptaan, sepi yang dalam


Lama aku jadi fasik, lilih-letih mengeja Firman

Kutinggalkan lembah yang membuai musik mati. Kuraih Aku

Diri yang telanjang di depan mata-Nya sendu


(1975)


4. Pantun


Segamang-Mu kah lagu

Tergantung di cakrawala merah

Serawan-Mu kah ujung sedu

Pecah di hati melayah


Singgah di manakah Sukma

Istirah menuju Keabadian

Meludah wajah bumi tua

Memadam bakaran Zaman


Tinggal keasingan purba

Karib mengukur diri

Rawan-Mu menyalib Kata

Membaca 1000 ayat para Nabi


(1976)


5. Rahasia


Seperti sejumlah kata

Yang menggelepar di luar

Meniti buih demi buih

Dunia yang terlantar


Seperti sejumlah musim

Yang kering, basah dan mandi cahaya

Merangkak pada sumbu

Jantung kita


Seperti sejumlah risau, benci dan cinta

Yang berpendar pada waktu

Menggaram akar-akar nafsu

Antara Adam lagu impian ziarahmu


Seperti sejumlah kata

Yang menyalin nama-nama

Meniti buih demi buih

Jiwa kita


(1973)

KLIK DI SINI

6. Kutulis


Kutulis dalam senyum

Hari-hari yang ranum

Sekepal puisi cinta

Membaun sukma kehidupan


Kutulis dalam tangis

Hari-hari yang manis

Sekepal puisi cinta

Gairah dada remaja


Kutulis dalam tawa

Hari-hari berlumur duka

Sekepal puisi cinta

Melayah bicara


(1973)


7. Serenade Hampir Penghabisan


Dari pantai itu masih terdengar ujung siul

Dan lagu burung menyambut matahari dan mega timbul


Adalah taman dan bulan mengeras pada padas

Dan sepotong sajak dari bait terlepas


Selebihnya tapak kaki pada pasir tertimbun

Ketika angin mati gemetar menyinggahi rumpun


(1973)


8. Doa Seorang Bocah Tuna


Berikan padaku pagi

Cahaya dan kebun bunga

Sungai yang membelah cakrawala

Lubuk-Mu kaca


Berikan padaku siang

Terik didih warna kehidupan

Benua hitam dan tanjung pulau

Tugu-Mu yang kukuh di tengah desau


Berikan padaku senja

Cangkir kopi, perapian dan buku tua

Kaca rabun dan pantai sejarah

Bukit-Mu megah


(1973)


9. Momento Mori


Irama nyanyian mengangkat sayap-sayap burung ke angkasa

Ai, wanginya angin kemerdekaan, wanginya taman Kekasih

Cinta mekar di padang-padang tanah janjian

Mengelus dada insan, menerobos dinding Kerajaan Tuhan


Menderap kuda putihku dalam angin, memacu waktu

Ai, wanginya mawar batu, wanginya padang rindu

Kudaku memintas padang cahaya, melagu jerit langit

Meraih kodrat yang meluncur menunjam dataran benua


Kucium tanganmu di luar jamah, wahai Junjunganku

Ai, wanginya belantara telanjang, wanginya jiwa yang basah

Berperang dalam sepi, berbenah di bilik Waktu

Memanjat ke Tuhan, ke Hati yang Indah!


(1976)


10. Satu April 1976


yogya? masih juga emha dan linus

dan angin malioboro yang terpendam

tiang-tiang malam dan pergulatan kita yang dulu juga


ke mana lagi hari? umbu sudah jenuh

psk terlantar dan warno menyurukkan mimpi ke tengah kelam

bayi-bayi lahir di antara duri di sekitar hutan larangan


dinding-dinding kota ini masih juga bersaput debu

dulu kaugosokkan puisi-puisimu segairah sunyi merapi

tak terasa hari lenyap dan kita tersaruk-saruk kefanaan


yogya? masih juga kosong dalam keajaiban semula

membentangkan padang-padang terkukur. Di sini lengang

daerah perpuisian, perjalanan baja

gairah sejuta kaki bianglala!


(1976)


11. Siang Bening


Siang bening dalam bayang abad

Terkaca gurat-gurat wajah, luka dunia

Ada puing sejarah, reruntuk kota-kota Asia

Seorang raja Jawa dan derap pasukan-pasukan berkuda


Dalam kidung orang-orang menyanyi cinta

Derita puteri puri gunung

Kulihat wajahku yang asing terlelap di tengah kota

Aku mandi. Ciumlah aku, o, Pelindung!


(1977)


12. Paradise Lost


Aku berjalan di sepanjang goa-goa tanah mati

Memandang Kemegahan: o, bukit-bukit purba

Derita-Mu Kota, Kesunyian yang tegak di seantero pintu

Menyekap dingin memuruk, rindu berkabut ke pucuk-pucuk


Buah-buah di lembah menyala bagai kunang-kunang

O, jiwa yang Agung, bersua kita di ruang Niskala

Di sini Tangan Raksasa membelah hari dan puncak gunung

Menghumbalang sungai, dan Kau tiba-tiba tersedu di depan

            ranjang mati


Api membakar tepi-tepi malam yang garang

Kaukah itu selubung Rahasia, o, Kekasih yang berduka

Percakapan ini tinggal suara, ayat-ayat warna Bianglala

Dan Kau terus tersedu membenam muka ke ufuk yang hilang


Tangan-Tangan Waktu terus gemetar menuding padaku

Menyerahkan darah dan beribu nyawa para Habil

Tuhanku, begini memerih elegi sepanjang Abad Kami

Sejuta sayatan torehan Wajah: beku dan Mati!


Aku berjalan di sepanjang goa-goa ufuk rembang petang

Memandang Telaga Kemegahan: o, Diri yang hilang

Terlindas rahasia-Mu yang dingin dan Sunyi

Yang terus menjajar angka-angka Nasib dalam rabun Kaca Misteri!


(1976)


13. Kita Berpisah dalam Kuyup Waktu


Kita berpisah dalam kuyup Waktu

Menapak lengang Sejarah, menyadap resah tempat demi tempat

Membongkar padang akal di tengah hiruk-pikuk dunia

Yang penuh tawa dan tangis dan usungan keranda


Para relaki meninggalkan jejak membekas pada beranda

Langit Tuhan yang purba meneteskan sejumlah rahasia

Pada Nasib pada sampan pada lanting dan pada Kata

Mengembalikan bayang kepada bayang dan diri kepada Diri


Tak kukenal lagi keindahan rawan ini

Apakah kasar atau lembut. Sukma kotaku telah mati

Dari gairah nyanyian

Wajahnya asing dalam sisa gemuruh Keabadian


Kita berpisah dalam kuyup Waktu

Bocah-bocah menyanyikan senandung tak bernama

Tentang kampung halaman, tentang derita sebuah tempat

Aku terhenyak mengusap debu pada pelupuk, meneguk kelelahan

pahit liur dan asin keringat!


(1976)


14. Puisi


Jalan ini berdebu, kekasih

Terbentang di padang rasa

Enam belas matahari memanah dari enam belas ufuk

Siang garang sepanjang kulminasi


Bahak malam mengikut pelan langkah tertatih

Ketipak bulan putih

Di taman kekasih


Pengantinku

Antara kerikil dan pasir merah

Tersembunyi jejak-jejak yang singgah


(1973)


15. Dari A ke Z


Lengan-lengan yang capai

Suara gaib itu

Pohon-pohon kedasai

Berjajar membisiki waktu


Ujung cakrawala

Daun violet sayap rama-rama

Sepotong bulan sabit

Mengintip celah-celah luka berdarah


Riap lalang dan kaki-kaki kerbau

Lumpur rawa dan suara serangga

Gigir bukit yang sunyi

Menanti teka-teki


(1973)


16. Terapung-apung Aku di Laut-Mu


Terapung-apung aku di laut-Mu. Menyelam tak teraba ke dalam

Beginilah karam Hidup. Bagai Tiram

Menganga dan mengatup. Sedang cambuk waktu-Mu di pundakku

tak bosan

Melecut!


Siapa dapat mengambil hara. Dunia atau Tangan-Tangan Raksasa?

Ia kah Peramal itu. Yang tak kuyup dalam basah hari. Tak lekang

dalam kemarau panjang. Hei! menghadaplah padaku wahai Seteru!

Mari kita perpanjang jalan! Mari...

Mari kita menanam pohon-pohon Khuldi yang Baru!


(1974)

KLIK DI SINI


Sumber bacaan dari Bku kumpulan Puisi Suara Kesunyian Karya Korrie Layun Rampan

11 SENJATA TRADISIONAL JAWA BARAT SEKALIGUS SEBAGAI PEKAKAS YANG MERUPAKAN WARISAN BUDAYA LELUHUR

11 SENJATA TRADISIONAL JAWA BARAT SEKALIGUS  SEBAGAI PEKAKAS YANG MERUPAKAN WARISAN BUDAYA LELUHUR 

Senjata Tradisional Jawa Barat – Apakah Grameds mengetahui apa saja jenis senjata tradisional Jawa Barat? Ya, Indonesia memang memiliki beragam kekayaan budaya daerah. Termasuk senjata tradisional yang dimiliki oleh setiap daerah di Indonesia yang memiliki makna dan sejarahnya sendiri sebagai identitas budaya daerah.

11 SENJATA TRADISIONAL JAWA BARAT SEKALIGUS  SEBAGAI PEKAKAS YANG MERUPAKAN WARISAN BUDAYA LELUHUR 

rajasastra-us.blogspot.com  Senjata Tradisional Jawa Barat – Apakah Grameds mengetahui apa saja jenis senjata tradisional Jawa Barat? Ya, Indonesia memang memiliki beragam kekayaan budaya daerah. Termasuk senjata tradisional yang dimiliki oleh setiap daerah di Indonesia yang memiliki makna dan sejarahnya sendiri sebagai identitas budaya daerah.

Berikut ini beberapa senjata tradisional Jawa Barat yang perlu Grameds ketahui sebagai warisan budaya Indonesia.


11 Senjata Tradisional Jawa Barat

Berikut ini merupakan beragam senjata tradisional dari wilayah Jawa Barat beserta sejarah budaya dan fungsinya.

1. Kujang

Kujang ialah salah satu senjata tradisional Jawa Barat yang bentuk aslinya mirip kudi yang awalnya digunakan sebagai alat pertanian, namun karena perubahan zaman, kudi menjadi senjata tradisional. Senjata tradisional ini dibuat dalam berbagai variasi yang merupakan inti dari ajaran budaya Sunda berupa burung dan unggas, hewan berkaki empat, juga katak.

Berdasarkan variasi ini berbagai kelompok senjata kujang diberi nama tergantung pada morfologi flora dan fauna budaya Sunda. Misalnya, Kujang Jago, Kujang Kunnu, atau Kujang Naga. Lalu, ada juga yang disebut Kujang Ciung yang menjadi salah satu senjata populer dan juga berlaku sebagai senjata khas Jawa Barat. Pada umumnya kujang memiliki bentuk ujung runcing yang estetis.

Fungsi Kujang

Grameds dapat melihat fungsi kujang tergantung pada ukuran bilahnya. Jika ukuran bilahnya 10 sampai 15 cm, senjata kujang ini dipercaya berfungsi sebagai jimat. Jika ukuran bilahnya 20 sampai 35 cm, senjata itu tergolong kategori pusaka. Jika panjang bilah pisau adalah 40 sampai 50 cm, maka kujang tersebut termasuk dalam kategori kapak yang berfungsi sebagai kepala kapak atau mata tombak.

Selain itu, sebagai senjata tradisional Jawa Barat, kujang juga memiliki fungsi sebagai berikut.

Digunakan sebagai simbol ,seperti logo pemerintah atau organisasi

Dapat digunakan sebagai alat pertanian dan berdasarkan teks Sanghyang kuno orang Sunda biasanya menggunakan senjata ini untuk menebang pohon, memotong tanaman, dan nyaker, atau Grameds bisa menyebutnya alat pemangkasan.

Dapat digunakan sebagai hiasan atau pajangan. Senjata ini biasanya bisa dilihat di tembok rumah-rumah Sunda.

Pusaka Kujang adalah senjata perang. Kapak pusaka dapat dijadikan sebagai lambang kehormatan dan perlindungan.

Bagian Senjata Kujang

Senjata Kujang tradisional ini juga memiliki bagian yang berbeda. Berikut ini bagian detail dari kujang.

  • Papatuk atau Congo yang berada di tepi pisau dan berbentuk seperti anak panah. Pepatuk biasanya digunakan untuk menyongkel.
  • Seluk atau Silih yang berada di bagian punggung dan berfungsi sebagai pencabik ke arah musuh.
  • Tadah yang berbentuk lengkungan yang menonjol pada bagian perut dan runcing pada bagian depannya. Ini berfungsi untuk menusuk tubuh musuh.
  • Mata dengan jumlah 5 sampai 9 lubang kecil pada kujang. Namun, jika kujang tidak memiliki lubang atau mata, senjata ini disebut kapak buta.
  • Tonggong adalah bagian tajam pada bagian belakang kujang.
  • Paksi adalah cincin runcing atau cincin di bagian belakang kujang.
  • Selut adalah pegangan atau cincin di ujung kujang.
  • Combong adalah lubang di pegangan kujang.
  • Ganja atau Landaian adalah sudut lancip ke arah tepi kujang.
  • Kowak adalah sarung senjata dari kayu dan juga memiliki aroma yang unik
  • Pamor adalah serangkaian baris sulungkar atau berupa titik-titik yang digambar pada kujang. Pamor biasanya berperan sebagai nilai seni dan juga sebagai penampung racun.

2. Bedog

Bedog adalah senjata tradisional Jawa Barat yang berukuran lebih besar dari kujang tetapi lebih pendek dari pedang dengan bilah yang tebal dan lebar. Senjata ini juga terbuat dari logam. Namun, saat ini pengrajin biasanya menggunakan bahan baku dari pelat mobil bekas.

Penggunaan senjata bedog dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni bedog gawe atau perkakas untuk peralatan rumah tangga seperti pertanian dan bedog soren atau ahli yang biasanya digunakan sebagai pola petarung atau jagoan dalam pencak silat dan jawara.

Fungsi Senjata Bedog

fungsi bedog ialah sebagai ciri-ciri simbolik yang digunakan untuk meningkatkan harkat dan martabat pemiliknya. Jika dilihat dari segi estetika, bedog digunakan sebagai objek koleksi. Dan jika dilihat dari fungsi ekonominya, bedog mampu memberikan penghidupan bagi masyarakat.

Biasanya senjata tradisional sunda ini terkenal dengan namanya yang bertujuan untuk menghilangkan efek seram dari senjata ini. Namanya adalah “Salam Tunggal”, yang berarti bahwa meskipun membawa bedog, kamu harus memastikan keselamatan dengan mengabdikan diri kepada Yang Maha Kuasa.

Jenis-jenis Bedog atau Golok

Senjata tradisional Jawa Barat ini juga tersedia dalam berbagai bentuk. Berikut beberapa jenis bentuk bedog beserta ciri-cirinya.

  • Bedog Gaplok biasanya digunakan untuk memotong atau mencabut rumput dan tanaman lain di kebun.
  • Bedog atau Golok Pamencitan memiliki panjang 25-27 cm dan lebar hingga 3 cm. Senjata ini berasal dari kata peuncit, yang berarti pertempuran dalam bahasa Sunda. Oleh karena itu, bedok jenis ini biasanya digunakan untuk penyembelihan hewan
  • Bedog atau Pamoroan Golok atau Parang Kelangsungan Hidup Internasional. Parang ini biasanya berukuran 40-50 cm dan lebar hingga 3,5 cm. Jenis senjata ini biasanya digunakan untuk berburu
  • Bedog atau Golok Tani adalah senjata yang biasanya memiliki panjang 25-30 cm dan lebar sekitar 4 cm. Dilihat dari namanya, orang Sunda biasanya menggunakannya untuk kegiatan yang berhubungan dengan pertanian dan perkebunan
  • Bedog atau Golok Pamugeulan memiliki panjang 23 hingga 24,5 cm dan lebar sekitar 6 cm. Orang biasanya menggunakan senjata tradisional ini untuk kegiatan berat seperti penebangan. Hal ini didukung dengan bentuk parang yang cukup besar
  • Bedog atau Golok Sotogayot berukuran panjang 25-27 cm dan lebar 6 cm. Orang Sunda biasanya menggunakan senjata ini untuk memotong bambu atau mengolah bahan bambu
  • Bedog atau golok dapur berukuran 20-23 cm dan lebar 4 cm. Jika namanya menunjukkan “dapur”, dapat disimpulkan bahwa orang Sunda menggunakan senjata ini untuk keperluan dapur seperti memasak dan memotong bahan bakar
  • Golok Panguseupan berukuran panjang sekitar 17-2 cm dan lebar 3 cm. Nguseup berasal dari bahasa Sunda yang berarti “memancing”, sehingga parang ini biasanya digunakan untuk memancing di sungai dan laut
  • Bedog Cepot berukuran mulai dari 15 hingga 17 cm dan lebarnya lebih dari 9 cm. Parang ini biasanya digunakan untuk membelah

3. Patik

Patik adalah senjata tradisional di Jawa Barat yang dalam bahasa Indonesia artinya kapak. Bentuk patik hampir sama dengan kapak modern di perkotaan. Secara tradisional, senjata tradisional ini digunakan oleh masyarakat untuk menebang pohon. Pada zaman dahulu, nenek moyang orang Sunda menggunakan Patik sebagai alat ekspansi.

Yang dimaksud ekspansi adalah membuka areal baru dengan membuka hutan. Tidak hanya itu, penggunaan kapak yang bertahan hingga saat ini adalah sebagai alat untuk mencari kayu bakar atau melakukan pekerjaan berat lainnya. Senjata ini terbuat dari besi dan memiliki ujung yang kuat dan tajam. Panjang gagang kelelawar biasanya sekitar 30-35 cm.

Bilah di ujung senjata ini panjangnya kira-kira 10 cm dan tebalnya mencapai 4 cm. Keunggulan Petik Jawa Barat tradisional adalah kekuatannya. Oleh karena itu, ini adalah alat yang berat, tetapi sangat efisien untuk mendukung pekerjaan masyarakat di bidang kehutanan dan pertanian. Senjata ini juga termasuk dalam senjata tradisional yang sangat populer dan populer di kalangan orang Sunda. Artinya mayoritas petani dan pemburu kayu di sebagian besar wilayah pedesaan menggunakan Patik sebagai senjata.

4. Congkrang

Congkrang adalah salah satu senjata tradisional Jawa Barat yang berbentuk seperti cangkul, tetapi jauh lebih kecil. Senjata tradisional ini tidak digunakan sebagai senjata tempur, sehingga umumnya kurang tajam atau tidak runcing. Senjata tradisional congkrang terutama digunakan untuk mencabut rumput liar dari tanah. Tidak hanya itu, senjata ini juga digunakan untuk membersihkan rerumputan dan tumbuhan liar di persawahan dan kebun. Senjata Congkrang juga memiliki beberapa keistimewaan, seperti kemampuan mengikis rumput hingga ke akar-akarnya. Senjata tradisional ini sudah ada sejak lama dan masih menjadi alat berkebun yang digunakan wanita untuk membantu suaminya.
BACAAN LAINNYA:

5. Ani-Ani (Ketam)

 

Dalam bahasa Sunda, Ani Ani atau dikenal dengan sebutan Etem atau Ketam. Senjata tradisional Jawa Barat ini digunakan untuk memanen padi. Senjata ini biasanya berbentuk pisau kecil yang bisa disembunyikan di telapak tangan.

Senjata tradisional pemanen padi ini menjadi pilihan karena berkembangnya kepercayaan bahwa orang Sunda dan Jawa tidak boleh menggunakan parang dan arit. Dalam kepercayaan ini, Dewi Padi dan Nyai Pohaci Sang Hyang Sri diyakini memiliki kepribadian yang tenang dan lembut, serta ditakuti oleh senjata tajam seperti parang dan arit. Karena itu, jika sang dewi takut, hasil padi yang diperoleh akan buruk. Memanen padi dengan batang yang terpotong tidak hanya membutuhkan waktu, tetapi juga membutuhkan waktu untuk memotong batang. Jadi saat itulah para petani harus menggunakan senjata Ani Ani untuk membantunya. Namun, senjata ini memiliki kelemahan yaitu membutuhkan waktu yang cukup lama, karena setiap pegangan harus dipanen secara akurat.

6. Sulimat

Senjatajata tradisional Jawa Barat yang dikembangkan untuk bekerja di sektor perkebunan, khususnya industri kelapa. Senjata ini biasanya digunakan untuk merobek atau mengupas kulit kelapa. Senjata tradisional ini memiliki dua sisi, bidang horizontal dan bidang vertikal. Sisi horizontal didorong ke tanah untuk bertindak sebagai kaki atau alas, dan sisi vertikal bergerak ke kanan karena digunakan di sisi itu untuk memisahkan buah kelapa dan seratnya. Senjata tradisional ini memang jarang ditemukan, namun kegunaan senjata ini sangat membantu dalam membuat batok kelapa bekerja lebih cepat.

Mengupas kelapa lebih efisien jika menggunakan sulimat. Bahan yang digunakan untuk membuat Sulimat disambung dengan besi untuk membuat kedua sisi senjata, seperti yang telah disebutkan di atas. Namun seiring berjalannya waktu, senjata ini semakin langka ditemukan dan menjadi salah satu senjata tradisional Sunda yang paling canggih.

7. Gacok

Gacok adalah senjata tradisional Jawa Barat dengan bentuk runcing seperti garpu besar. Gacok biasanya digunakan untuk pertanian dan peternakan yang biasanya digunakan untuk mengumpulkan rumput kering, membersihkan kandang, dan membersihkan jemuran. Senjata tradisional ini memiliki gagang berbentuk cangkul. Namun bedanya dengan yang lain, senjata ini tidak bisa menggunakan Gacock untuk menduduki tanah. Berbeda dengan cangkul. Senjata tradisional ini merupakan senjata yang populer di kalangan petani. Selain harganya yang relatif murah, senjata ini juga sangat ringan, hemat energi dan mudah digunakan.

8. Bajra dan Gada

Bajra dan Gada adalah senjata tradisional Jawa Barat yang digunakan pada zaman pra-kemerdekaan sebagai alat perlawanan untuk mengusir penjajah. Bentuk senjata ini merupakan senjata yang digunakan dengan cara mengayun dan memukul. Senjata tradisional Jawa Barat ini biasanya berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan penggunanya.

Gada juga ditemukan saat ini dan memiliki paku di kedua ujungnya, jadi jangan meremehkan goresan dan vajra yang ditimbulkan Gada. Dalam Pertarungan tangan kosong, musuh yang diserang penderita luka dan pendarahan yang sangat mematikan, dan bahkan bisa melihat kepalanya.

Pada zaman dahulu senjata ini populer karena bahan yang digunakan sangat sederhana. Dengan kata lain, bisa dibuat dari bahan yang keras seperti kayu jati dan besi. Namun, seiring berjalannya waktu, senjata ini sudah begitu dilupakan sehingga keberadaannya biasanya hanya bisa ditemukan di museum.

9. Balincong

Balincong adalah senjata tradisional Jawa Barat berbentuk kapak dengan dua sisi tajam. Senjata ini biasanya digunakan untuk membantu dalam pekerjaan pertanian. Hal ini menjadikan senjata Balincong jadi salah satu senjata paling populer di sekitar pedesaan. Senjata tradisional ini memiliki ujung besi. Meskipun gagangnya terbuat dari kayu. Ujung sendiri sendiri memiliki dua sisi dengan bilah yang sama. Sekilas, senjata itu menyerupai kapak. Namun, Balincong tidak memiliki sisi senjata yang datar dan lebar. Senjata Balincong digunakan sebagai alat untuk menggali tanah dan memecahkan batu di ladang. Senjata ini juga berguna untuk tugas-tugas seperti membangun saluran irigasi di sawah dan memperkuat aliran sungai.

Balincong terbagi menjadi 2 jenis yakni Balincong panjang yang biasanya memiliki panjang sekitar 52 cm dengan lebar mencapai 10 cm berbentuk horizontal. Balincong jenis ini biasanya digunakan untuk pekerjaan yang sangat berat. Sedangkan Balincong kecil memiliki ukuran panjang sekitar 38 cm dengan lebar pipihnya 6 cm dan digunakan sebagai senjata alternatif kebutuhan kerja lainnya.

10. Baliung

Baliung adalah senjata tradisional Jawa Barat berbentuk kapak modern. Senjata ini biasanya digunakan untuk menebang pohon besar. Di daerah lain ada senjata seperti Baliung yang hanya berbeda nama dan penyebutannya. Panjang gagang senjata tradisional ini adalah 30-35 cm. Gagang senjata ini terlihat sangat tebal dan berat. Hal ini dikarenakan tingkat tekanan dan daya potong yang sangat tinggi dari senjata ini. Selain itu, senjata ini juga memiliki sisi dan ketebalan yang tajam sehingga dapat menggores kulit pohon yang keras. Bahkan hingga saat ini senjata-senjata tersebut masih banyak digunakan oleh masyarakat, terutama untuk menunjang kegiatan di hutan.

11. Arit

Arit adalah salah satu senjata tradisional Jawa Barat yang masih eksis hingga saat ini. Arit adalah senjata tradisional berbentuk bulan sabit, dengan beberapa fungsi yang digunakan untuk mencari rumput dan senjata lainnya. Di beberapa daerah lain, masih banyak ditemukan jenis senjata tradisional berbentuk arit. Seperti senjata tradisional Madura yang disebut clurit atau senjata tradisional Betawi yang disebut sabit.

Nah, itulah senjata tradisional Jawa Barat yang yang sekaligusa sbagai pekakas  yang meryupakan warisan leluhur Orang Jawa Barat. Selain senjata tradisional, ada beberapa hal tentang budaya Indonesia yang perlu diketahui juga, seperti alat musik tradisional, pakaian daerah, dan makanan tradisional. KLIK DI SINI

Minggu, 30 Juni 2024

BIANGLALA CINTA SEORANG KELANA BAGIAN 5

 BIANGLALA CINTA SEORANG KELANA BAGIAN 5
Karya :  Undang Sumargana,

(Cerita bersambung bagian 5)

Catatan:
teman-temanku yang baik, pembaca yang Budiman, penulis mohon maaf baru bisa melanjutkan ceritanya, hal ini karena kesibukan yang tentu harus lebih dulu diutamakan, selamat membaca cerita bagian 5 dan sengaja penulis, tayangkan kembali bagian akhir dari cerita bagian 4 untuk mengingat Kembali cerita lama.
Selamat membaca 


Tiba-tiba bayangan dan suara itu seolah lenyap disapu angin, seolah -olah membangkitkan kesadaranku dari lamunan berkepanjangan. Ya memang aku tak boleh berlarut-larut dalam kesedihan yang terus-terusan, 3 hari lagi aku di Wisuda, seharusnya dijalani bersamaYanti kekasihku tapi, takdir Allah menentukan lain. (Bersambung ke bagian 5 )

Hari itu hari wisudaku, seharusnya aku bergembira, tapi hari itu aku tak begitu bergairah. Ingatanku pada Yanti sulit kuhapus, tapi aku tak mau kelihatan sedih di depan teman-temanku, di depan orang tuaku, biarlah hati seolah olah disayat sembilu, tapi roman muka harus nampak seperti orang bergembira. Akhirnya acara wisuda yang aku rasakan membosankan itu selesai juga.
Pulang dari Wisuda setelah bersih-bersih dan istirahat, ku duduk depan wisma, dalam suasana mentari terperangkap dalam senja. Cahya yang menguning berbaur dengan cahya lembayung yang hampir mengelam, ada goresan kenangan yang melajur dalam guratan usia, mengiris tipis pedih seperti sayatan sembilu menoreh hati. Usia yang merayap ke ujung waktu, seperti ingin menghempas helaan napas, hidup rasanya ingin berakhir
Hidup harus berakhir ?
Tidak!
Tidak......! “Jangan bodoh kau jangan kau sia-siakan hidupmu saat ini kau telah melampoi berbagai rintangan”.
“Tapi terasa hidupku tak berarti, setelah berusaha memberi arti dalam hidupku”.
“Hidupmu tidak boleh berakhir dengan kematian kekasihmu, masih tersisa perjalanan hidup yang harus kau tempuh”.
“Aneh rasanya apa yang kuidamkan berbuah pahit, seperti pahit buah maja, sepahit empedu yang tak mampu kutelan”.
“Pahit manis kehidupan ada yang mengatur, sadarlah kau sadar...” Seolah olah suara hatiku terus membangkitkan kesadaranku.
“Semuanya karena kematian Yanti”
“Jangan salahkan kematian, itu takdir tuhan yang berlaku dalam kehidupan”
Lembayung langit semakin kelam, rasa hidupku seperti meniti kelam, terasa tak ada sedikitpun binaran cahya. Kulangkahkan kaki menuju sopa, di sana kutumpahkan air mata, tak mampu ku bendung, deras mengalir seolah menyisir relung hati yang tiada bertepi.
“Relakan Yanti kak, Yanti sudah Bahagia di sini, kalau kakak kasihan pada Yanti kakak harus kuat, bangkitlah kak, bangkitlah jangan tepuruk dalam kesedihan” Suara itu terus berbisik ditelingaku.
“Suara Yantikah itu?”
“Ya apapun yang terjadi aku harus Kembali menata kehidupan” Aku harus kembali membuat rencana agar hidup bisa berlanjut.
“ Dua bulan kemudian aku mengajukan perpindahan tugas mengajar, ke daerah tempat asalku di Desa Cikukulu, masih dalam Kec. Karangnunggal, hal ini kulakukan dengan pertimbangan yang matang, setelah berunding dengan orang tuaku, serta dengan pertimbangan agar kesedihanku tak berlarut. Setelah diterimanya SK perpindahan aku berpamitan dengan anak-anak, dengan guru dengan masyarakat, serta orang tua Yanti yang tetap kuhormati, malah dalam jiarah sebelum aku meninggalkan Dusun Citoe, aku panjatkan doa di dekat kuburan Yanti dengan penuh khusu meskipun disertai derai air mata.

“Ya Allah Tuhan Yang Maharahman, Dia gadis baik, tempatkanlah dia di sisimu,

Ya Allah ya Mujibba Syaillin
Ya Allah |ya Mujibba darojatin
Pertemukan aku disurgamu Ya Robb, kepada Mu-lah kutitipkan Yanti gadis baik yang pernah jadi kekasihku, dan kepada Mu-lah aku mohon bimbinganmu agar hidupku lebih baik dan selalu dalam bimbinganmu. Terasa agak lega pikiranku kini.
“Semangat, semangat, semangat ... !” aku mencoba memaotivasi diriku sendiri, mencoba untuk bertekad meraih hidup yang lebih baik.
Kutinggalkan tempat yang penuh kenangan, ada rasa haru berbaur di dalam kalbu, ada rasa lirih dalam bisikan angin, ada gelora rasa yang berbaur dengan deburan ombak lautan, tapi aku harus tetap melangkah uantuk melanjutkan kehidupan. Pamitan terakhir dengan orang tua serta saudara Alm Yanti membangkitkan kesedihan yang sulit kuhindari. Berjalan menyusuri jalan setapak menuju tempat mangkal kendaraan. Sepanjang perjalanan terlihat tanah hangus terbakar api. Tanah yang terbakar api akan menjadi subur, tempat menanam palawija dan buah buahan. Tanah akan melahirkan tetumbuhan , tetumbuhan memberikan kehidupan kepada manusia. Manusia akan melahirkan generasi manusia.
“Tetapi api sendiri menghaguskan dirinya sendiri.”
“Api menghaguskan segalanya, seperti itulah cinta menghanguskan kayu menghanguskan logam mulia, bahkan Cinta menghanguskan hati”
“Jadi cinta adalah menyakitkan?”
“Ya cinta adalah perasaan sedih”
“Dua kekasih dipisahkan dengan maut, yang hidup harus putuskan tali kasih, agar hidup tak larut dengan kesedihan”.
“Hidup tak boleh berhenti pada cinta, jika hidup berhenti, berarti itu sudah mati” .
”Ya mati seperti kekasihmu, maka carilah pengganti yang masih hidup”.
“kalau cari pengganti berarti berkhianat”.
“Ya melupakan yang mati tak berarti berkhianan, sebab yang hidup mesti berlanjut”.
Dialog-dialog terus merasuki pikiranku tak terasa sampai juga di tempat mangkal kendaraann, yang terus membawaku ke tempat tujuan.
Sudah sebulan aku berada di tempat baru, tepatnya aku bertugas di SDN Neglasari berada di Desa Cikukulu, meskipun Desa ini tempat kelahiranku tapi rasanya masih terasa asing. Ku jalani hidup ini dengan penuh kesibukan di berbagai organisasi, di organisasi pemuda, Lembaga Lembaga Desa bahkan dalam organisasi-organisasi lain kuterjuni. Terasa kesedihan mulai berkurang aku larut dalam berbagai kegiatan yang menyita waktu walaun terus berusaha tapi ingatanku pada Yanti sulit untuk kulupakan.
Dua tahun terlewati usia yang terus merayap semakin tua, malah orang tuaku menasehatiku agar aku cepat beristiri.
“Aku harus beristri?”
“Masih adakah perempuan yang ku Cintai?”
“Ya persyetan dengan cinta yang penting aku berumah tangga, dan menjalankankewajibanku sebagai kepala rumah tangga?”
“Menikah tanpa cinta?”
“Haruskah itu kulakukan?”.
“Ya niat dan itikad baik akan menumbuhkan cinta, yang penting kau menjalankan dan memperlakukan istrimu nanti dengan baik yang akhirnya menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang”.
Aku terus berkelana mengembara, untuk mencoba mengepakan sayap, seperti naik kea awang-awang, melintasi cakrawala luas, kemudian meluncur di landasan yang tak kusadari. Aku terus berselancar melayang seperti abu yang diterbangkan hanya melayang tanpa arah, ya memang hidupku seperti abu mengikuti sang bayu yang menerbangkan aku. Akhirnya karena dorongan usia yang semakin tua serta saran dari kedua orang tuaku aku memasuki Babak baru kehidupan berumah tangga, 05 Juli 1991 tepatnya aku mulai membangun bahtera rumah tangga.
Sebagai Kepala Rumah tangga aku berusaha menjadi kepala rumah tangga yang baik, sebagai suami aku berusaha menjadi suami yang baik, walau sulit tumbuhkan cinta tapi dalam berumah tangga cinta bukan segala-galanya, berbuat baik menjalankan kewajiban itu yang harus kulakukan, aku berharap itu merupakan ibadah yang dapat menuntun aku kearah yang lebih baik.karena pada hakekatnya hidup itu adalah ibadah, yang membawa diri kita dalam kasih sayang Allah yang tak tertandingi.
Hidupku terus kujalani dalam kehidupan rumah tangga kelahiran putriku dalam tahun ke dua belas dari pernikahanku membuat aku harus terus bersemangat menjadi kepala RumahTangga dan suami yang baik. Bahkan perjalanan terus berlanjut aku terus melanjutkan pandidikan ke jenjang S2. Kujalani perkuliahan menjelang akhir perkuliahan istriku dilanda sakit, yang membuat aku menjadi sedih dan menambah beban kesibukan yang harus kujalani, Saat itu aku sudah bertugas menjadi Kepala SD di SDN Cibatu 1, banyak meninggalkan tugas pada waktu itu karena istriku menjalani oprasi di salah satu rumahsakit di Bandung. Oprasi telah dijalani setelah menjalani perawatan akhirnya diperbolehkan pulang, meskipu keadaan istriku masih terlihat parah, tapi dengan ijin dokter di bawa pulang.
BACAAN LAINNYA:
Takdir berkata lain kehendak Allah tak terbendung akhirnya isriku meninggalkan kehidupan menghadap Illahi.
Sedih, ya pasti sedih, aku berpelukan dengan putri tercintaku yang saat itu baru kelas 4 SD. Aku telah berusaha mencoba mengobati istriku dengan pengobatan dokter, tapi disini membuktikan bahwa yang menyembuhkan bukan dokter tapi Allah lah yang mempunyai kuasa segalanya. Dadaku seperti tak mampu lagi berguncang ketika menyaksikan kesedihan putriku yang ditinggal ibunya. Tapi apa hendak dikata takdir telah berkata lain, aku yang telah berusaha jadi suami yang baik. Hidupku sendiri sendiri dengan putriku harus kujalani dalam siklus kehidupan itu sendiri. Disaat aku mencoba memahami bahtra perkawinan, kini harus tenggelam kembali dalam lautan kesedihan, tapi harus tegar aku punya tanggung jawab buat ptriku tercinta.
KLIK DI SINI
(Bersambung ke bagian 6)

TUHAN BERI AKU MAWAR HARUM

TUHAN BERI AKU MAWAR HARUM

RAJA SASTRA Judul di atas merupakan sebuah judul puisi yang menggambarkan keagungan cinta. Begitu agungnya Cinta Begitu agungnya cinta sehingga dapat dikatakan bahwa dalam cinta ada misteri yang sulit untuk di buka runtuyan kata yang sangat romantic sekalipun, belum tentu dapat menyimak rahasia di balik cinta. Cinta bisa datang dan pergi tanpa permisi Dengan buaian cinta orang bisa merasakan Bahagia, tapi dengan dahsyatnya gelombang cinta orang bisa terpuruk dalam kesedihan yang tiada ujung.Cinta kadang bergejolak dalam dada para remaja, tapi cinta juga tak pernah mengenal usia.

Para pembaca yang budiman, sesuai dengan judul di atas penulis mencoba menyingkap rahasia cinta dalam gambaran sebuah puisi yang berjudul “TUHAN BERI AKU MAWAR HARUM” Silakan untuk di apresiasi, semoga tulisan ini dapat sedikit menyibak pintu cinta yang penuh misteri.

Selamat membaca:

BACAAN LAINNYA:

TUHAN BERI AKU MAWAR HARUM 

(Undang Sumargana)

Tuhan beri aku mawar harum

Bukan duri-duri cinta yang menyakitkan

Jika aku bisa ingin mencium bibir delimamu

Sepanjang hari darahku  mendidih

Dan berbuih bersama hasrat;

Takdirkan aku jadi pemilik baibir

Atau rambut serta leher indahmu

 

Tuhan, jangan biarkan dia  menggigitku                       

dengan bibir yang sedang kuimpikan.

biarkan api cintaku mendidih dalam  bejana hatiku

aku terlalu banyak menangis sejak

kau hilang dari pandanganku

ku gigit jari manismu

ketika tebangun ternyata yang tergigit jariku

 

Tuhan beri aku mawar harum                                         

bukan duri-duri cinta 

yang mengiris pedih di hati

setiap ujung hujan menyentuh kalbu

adalah mekaran beribu mawar harum

sementara aku bertahan hidup,

bertahun-tahun sanggup tak mati                                

menanti cintamu

 

tuhanku beri aku mawar harum

dalam hening menangkup malam

merajut jaring sutra di denyut jantung                                             

tak akan ku biarkan  binar purnama memudar              

akan tetap kulangitkan harapan                                                    

demi sebuah pencapaian sbuah impian

 KLIK DI SINI

Tasik selatan 04 Juni 2023

src='//pl22704148.highrevenuenetwork.com/50/55/c8/5055c859f9e30182803847ad16e81be5.js'>


RAYAP BERGEROMBOL DAN BERKELIARAN MENGHISAP DARAH RAKYAT

RAYAP BERGEROMBOL DAN BERKELIARAN  

MENGHISAP  DARAH RAKYAT 



RAYAP BERGEROMBOL DAN BERKELIARAN  MENGHISAP  DARAH RAKYAT 

Para pembaca yang Budiman…..!

Mari kita ucapkan selamat datang era kolonialisme baru dan salam Pancasila buat Rayap penghisap Darah rakyat . 

  • Rayap berkeliaran di mana-mana dan sulit dibasmI  karena mereka saling melindungi 
  • Rayap berkeliaran di seantero negeri disetiap intansi rayap bergerombol di mandor-mandor  bangunan rayap memakan semen-semen untuk bahan bagunan , sehingga takarannya dikurangi,
  •  Rayap bergerombol dijalan jalan sehingga takaran aspal banyak dikurangi.
  •  Rayap brkumpul digunukan beras-beras BANSOS, sehingga rakyat melarat banyak yang tidak mendapat bagian kadang jatahnya diambil rayap  berdasii.  
  • Rayap menggerogoti uang uang jatah pakir miskin  sehingga uangnya rusak bahkan sampai musnah dan berkurang . merongrong kewibawaan negeri, di perpajakan rakyat datang menggerogoti setoran rakyat,  di beberapa kementrian rayap datang memanipulasi anggaran. Bahkan dianggota Dewanpun rayap menyerang mengisap darah rakyat. Bahkan sampai dipedesaan di kelurahan di ke RT-an banyak rayap mencari mangsa.  
  • Rayap memang jahat kadang datang bergerombol saling melindungi kejahatan yang dilakukannya.

Berbicara masalah Rayap, Taufik Ismail dalam puisinya yang berjudul ” Negeriku Sedang Dilahap Rayap" menggambarkan keadaan negeri kita berada  dalam tatanan kehidupan yang semerawut penuh dengan kejahatan yang dilakukan oleh manusia berdasi.

Negeri ini memang sedang diserang rayap sehingga keadaannya tidak baik-baik saja. Anggota Dewan yang dipilih rakyat, banyak yang mengambil kepurtusan menyakiti rakyat. Fakta banyak oknum pejabat  yang tersandung kasus korupsi, gratifikasi menggambarkan bahwa banyak dari mereka lebih memilih mementingkan diri sendiri , mereka banyak yang jadi maling makan uang rakyat.  Beban hutang negara membuat negri ini sepertinya telah tergadaikan. Kolonialisme baru telah melanda negeri kita.

Para maling-maling negeri berjalan berjamaah, saling menutupi, sehingga sulit untuk ditembus oleh hukum. Rakyat sengsara cari kerja sulit pengangguran merajalela. Sulit rasanya rakyat merasakan kesejahtraan, karena negeri ini sudah banyak dikuasai maling.

Pembaca yang Budiman, Penulis mengajak para pembaca untuk mencoba mengapresiasi dua Puisi Karya Taufik Ismail dengan judul yang sama dibuat dalam waktu yang berbeda, namun gambaran isinya hampir sama. Mari kita bandingkan dan apresiasi dua puisi tersebut.

Selamat membaca  dan mengapresiasi karya sastrawan ternama ini.

 

Negeriku Sedang Dilahap Rayap

(Karya Taufik Ismail)

  

Kita Hampir Paripurna

menjadi Bangsa Porak- Poranda,

Terbungkuk Dibebani Hutang

dan Merayap Melata Sengsara di dunia.

Pergelangan Tangan dan Kaki Indonesia “DIBORGOL” di Ruang Tamu Kantor Pegadaian Jagat Raya.

Negeri kita “Tidak Merdeka Lagi”,

Kita sudah jadi Negeri Jajahan Kembali.

Selamat Datang dalam

“Zaman Kolonialisme Baru,”

Saudaraku.

Dulu penjajah kita “Satu Negara”,

Kini penjajah kita “Multi-Kolonialis”

banyak bangsa.

Mereka “Berdasi Sutra”,

Ramah-Tamah luar biasa

dan Banyak Senyumnya.

Makin banyak kita

“Meminjam Uang,

Makin Gembira”

karena “Leher Kita

Makin Mudah Dipatahkannya”.

Bergerak ke kiri “Ketabrak Copet”

Bergerak ke kanan “Kesenggol Jambret”,

Jalan di depan “Dikuasai Maling’,

Jalan di Belakang penuh “Tukang Peras”,

Yang di atas “Tukang Tindas.”

Lihatlah PARA MALING itu

kini mencuri secara Berjamaah.

Mereka berSaf-Saf Berdiri Rapat,

Teratur Berdisiplin dan Betapa Khusyu’.

Begitu rapatnya mereka berdiri

susah engkau menembusnya,

Begitu Sistematis.

Itukah rezim yang kalian banggakan dan di bela-bela.

Lalu dari sisi mana hebatnya rezim sekarang ini.

NEGRIKU SEDANG DILAHAP RAYAP

(Karya Taufik Ismail)




Anak-anak tak bisa bersekolah 11 juta murid, pecandu narkoba 6 juta anak muda, pengungsi perang saudara 1 juta orang, VCD koitus beredar 20 juta keping, kriminalitas merebat disetiap tikungan jalan

dan beban hutang di bahu 1600 trilyun rupiahnya.

Pergelangan tangan dan kaki Indonesia diborgol diruang tamu Kantor Pegadaian Jagat Raya, dan dipunggung kita dicap sablon besar-besar:

Tahanan IMF dan Penunggak Bank Dunia.

Kita sudah jadi bangsa kuli dan babu,

menjual tenaga dengan upah paling murah sejagat raya.

Ketika TKW-TKI itu pergi

lihatlah mereka bersukacita antri penuh harapan dan angan-angan di pelabuhan dan bandara,

ketika pulang lihat mereka berdukacita karena majikan mungkir tidak membayar gaji, banyak yang disiksa malah diperkosa

dan pada jam pertama mendarat di negeri sendiri diperas pula.

Negeri kita tidak merdeka lagi,

kita sudah jadi negeri jajahan kembali.

Selamat datang dalam zaman kolonialisme baru, saudaraku.

Dulu penjajah kita satu negara,

kini penjajah multi kolonialis banyak bangsa. Mereka berdasi sutra,

ramah-tamah luar biasa dan banyak senyumnya.

Makin banyak kita meminjam uang, makin gembira karena leher kita makin mudah dipatahkannya.

Di negeri kita ini, prospek industri bagus sekali. Berbagai format perindustrian, sangat menjanjikan, begitu laporan penelitian.

Nomor satu paling wahid, sangat tinggi dalam evaluasi, dari depannya penuh janji, adalah industri korupsi.

Apalagi di negeri kita lama sudah tidak jelas batas halal dan haram, ibarat membentang benang hitam di hutan kelam jam satu malam. Bergerak ke kiri ketabrak copet,

bergerak ke kanan kesenggol jambret, jalan di depan dikuasai maling,

jalan di belakang penuh tukang peras, yang di atas tukang tindas.

Untuk bisa bertahan berakal waras saja di Indonesia, sudah untung. Lihatlah para maling itu kini mencuri secara berjamaah.

Mereka bersaf-saf berdiri rapat, teratur berdisiplin dan betapa khusyu’. Begitu rapatnya mereka berdiri susah engkau menembusnya.

Begitu sistematiknya prosedurnya tak mungkin engkau menyabotnya. Begitu khusyu’nya, engkau kira mereka beribadah.

Kemudian kita bertanya, mungkinkah ada maling yang istiqamah?

Lihatlah jumlah mereka, berpuluh tahun lamanya, membentang dari depan sampai ke belakang, melimpah dari atas sampai ke bawah,

tambah merambah panjang deretan saf jamaah.

Jamaah ini lintas agama, lintas suku dan lintas jenis kelamin. Bagaimana melawan maling yang mencuri secara berjamaah?

Bagaimana menangkap maling

yang prosedur pencuriannya malah dilindungi dari atas sampai ke bawah? Dan yang melindungi mereka, ternyata,

bagian juga dari yang pegang senjata dan yang memerintah. Bagaimana ini?

Tangan kiri jamaah ini menandatangani disposisi MOU dan MUO (Mark Up Operation),

tangan kanannya membuat yayasan beasiswa, asrama yatim piatu dan sekolahan.

Kaki kiri jamaah ini mengais-ngais upeti ke sana kemari, kaki kanannya bersedekah, pergi umrah dan naik haji.

Otak kirinya merancang prosentasi komisi dan pemotongan anggaran, otak kanannya berzakat harta,

bertaubat nasuha

dan memohon ampunan Tuhan.

Bagaimana caranya melawan maling begini yang mencuri secara berjamaah? Jamaahnya kukuh seperti diding keraton,

tak mempan dihantam gempa dan banjir bandang,

malahan mereka juru tafsir peraturan dan merancang undang-undang,

penegak hukum sekaligus penggoyang hukum, berfungsi bergantian.

Bagaimana caranya memroses hukum maling-maling yang jumlahnya ratusan ribu, barangkali sekitar satu juta orang ini,

cukup jadi sebuah negara mini,

meliputi mereka yang pegang kendali perintah, eksekutif, legislatif, yudikatif dan dunia bisnis, yang pegang pestol dan

mengendalikan meriam, yang berjas dan berdasi. Bagaimana caranya?

Mau diperiksa dan diusut secara hukum?

Mau didudukkan di kursi tertuduh sidang pengadilan? Mau didatangkan saksi-saksi yang bebas dari ancaman? Hakim dan jaksa yang bersih dari penyuapan?

Percuma

Seratus tahun pengadilan, setiap hari 8 jam dijadwalkan Insya Allah tak akan terselesaikan.

Jadi, saudaraku, bagaimana caranya?

Bagaimana caranya supaya mereka mau dibujuk, dibujuk, dibujuk agar bersedia mengembalikan jarahan yang berpuluh tahun

dan turun-temurun sudah mereka kumpulkan.

Kita doakan Allah membuka hati mereka, terutama karena terbanyak dari mereka orang yang shalat juga, orang yang berpuasa juga, orang yang berhaji juga.

Kita bujuk baik-baik dan kita doakan mereka.

Celakanya,

jika di antara jamaah maling itu ada keluarga kita, ada hubungan darah atau teman sekolah,

maka kita cenderung tutup mata, tak sampai hati menegurnya.

Celakanya,

bila di antara jamaah maling itu ada orang partai kita, orang seagama atau sedaerah,

Kita cenderung menutup-nutupi fakta, lalu dimakruh-makruhkan

dan diam-diam berharap

semoga kita mendapatkan cipratan harta tanpa ketahuan.

Maling-maling ini adalah kawanan anai-anai dan rayap sejati. Dan lihat kini jendela dan pintu Rumah Indonesia dimakan rayap.

Kayu kosen, tiang,kasau, jeriau rumah Indonesia dimakan anai-anai. Dinding dan langit-langit, lantai rumah Indonesia digerogoti rayap.

Tempat tidur dan lemari, meja kursi dan sofa, televisi rumah Indonesia dijarah anai-anai.

Pagar pekarangan, bahkan fondasi dan atap rumah Indonesia sudah mulai habis dikunyah-kunyah rayap.

Rumah Indonesia menunggu waktu, masa rubuhnya yang sempurna.

Aku berdiri di pekarangan, terpana menyaksikannya.

Tiba-tiba datang serombongan anak muda dari kampung sekitar. “Ini dia rayapnya! Ini dia Anai-anainya! ” teriak mereka.

“Bukan. Saya bukan Rayap, bukan!” bantahku.

Mereka berteriak terus dan mendekatiku dengan sikap mengancam.

Aku melarikan diri kencang-kencang. Mereka mengejarkan lebih kenjang lagi. Mereka menangkapku.

“Ambil bensin!” teriak seseorang. “Bakar Rayap,” teriak mereka bersama.

Bensin berserakan dituangkan ke kepala dan badanku.

Seseorang memantik korek api. Aku dibakar.

Bau kawanan rayap hangus. Membubung Ke udara.

KLIK DI SINI

Jakarta, 2008


Sabtu, 29 Juni 2024

CITA RESMI ATAU DYIAH PITALOKA RELA MATI DEMI HARGA DIRI DAN KESETIAAN PADA AYAH DAN KERAJAAN

 CITA RESMI ATAU DYIAH PITALOKA RELA MATI
DEMI HARGA DIRI DAN KESETIAAN PADA AYAH DAN KERAJAAN

(Judul Asli :Ajen Diri di Tegal Pati)

Cita resmi atau Dyiah Pitaloka rela mati demi harga diri  dan kesetiaan pada ayahnya dan kerajaan . Ini cerita berkaitan dengan Perang Bubat  dalam naskah Sunda. Dalam naskah Sunda Kono juga yang di ceritakan di Tanah Jawa dalam “Paruruton dan Kidung Sundayana”, yang pernah terjadi dibahas lagi. Dalam cerita Parahiyangan disebut “Perang Campuh” kalau dalam “Paruruton” disebutnya “Pasundan Bubat”.

 CITA RESMI ATAU DYIAH PITALOKA RELA MATI
DEMI HARGA DIRI DAN KESETIAAN PADA AYAH DAN KERAJAAN

Naskah Naskah Yang Berkaitan dengan Cerita

rajasastra-us.blogspot.com  Cita resmi atau Dyiah Pitaloka rela mati demi harga diri  dan kesetiaan pada ayahnya dan kerajaan . Ini cerita berkaitan dengan Perang Bubat  dalam naskah Sunda. Dalam naskah Sunda Kono juga yang di ceritakan di Tanah Jawa dalam “Paruruton dan Kidung Sundayana”, yang pernah terjadi dibahas lagi. Dalam cerita Parahiyangan disebut “Perang Campuh” kalau dalam “Paruruton” disebutnya “Pasundan Bubat”.

Cita resmi atau Dyiah Pitaloka rela mati demi harga diri  dan kesetiaan pada ayahnya dan kerajaan . Dalam “Kidung Sundayana”  cerita ini  digambarkan hampir secara keseluruhan dan   dalam naskah ini menceriterakan apa yang dialami oleh Raja Sunda dan Pengiringnya dalam perang Bubat. Perang Bubat digambarkan sampai bagian  yang sekecil-kecilnya, apa lagi yang menjadi penyebab dan akibatnya. Cerita dibangun dalam bentuk puisi Tembang jawa. Namun karena banyaknya penggambaran suasana yang dibikin sedih sehingga jalannya cerita tidak sejalan dengan kejadian sebetulnya.

Sementara Naskah Kuno yang membahas kejadian perang Bubat yaitu Naskah “Pangeran Wisangkerta yang disusun dalam akhir abad ke-17 kalau dibaca secara teliti dapat pada tragedy kejadian tersebut.

Cerita Perang Bubat

Dalam waktu yang telah ditentukan yaitu bulan Agustus 1357 Prabu Maharaja Bersama rombongan  berangkat ke Maja Pahit mau menikahkan Putrinya yang bernama Dewi Citaresmi atau yang dikenal pula Dyia Pitaloka. Usia Citaresmi pada waktu itu 18 tahun. Ibunya tidak ikut berangkat karena  putranya yang dua masih kecil, Niskala Wastyukencana baru berusia 9   tahun dan Ratna Parwati masih bayi.

Berangkat dari Kawali berjalan kaki sampai Pelabuhan  Muara Gunung Jati  (Di basisir Gunung Jati  di Cirebon Sekarang. Dari Muara Jati naik perahu  layer menyebrang lautan menuju kearah Timur mengarah ke Basisir selatan Tanah Jawa dan melewati selat Madura  dan sampai di muara Sungai Brantas, akhirnya sampai Pelabuhan Bubat (daerah Mojo Kerto Sekarang) Rombongan akhirnya berhenti dan naik ke darat dan beristirahat. 

Sesampainya ke Bubat, Prabu Maharaja merasa heran karena hampir sampai ke pusatr Kerajaan Maja Pahit tidak ada yang menjemput dari pribumi sebagai mana mestinya. Padahal rombongan itu adalah Rombongan Raja dari kerajaan lain apalagi ini rombongan Calon Suami Raja Kerajaan Maja Pahit Hayam Wuruk. 

Prabu Maharaja mengirim utusan bahwa rombongan Calon Pengantin sudah hampir sampai, Tapi Jawaban Gajah Mada yang menjadi pemimpin rombongan dari Maja Pahit sungguh menyakitkan hati dan merendahkan pihak  Prabu Maharaja dan negaranya. Kata Gajah Mada Putri Sunda harus dipasrahkan sebagai upeti suatu tanda bahwa Kerajaan Sunda tunduk menjadi bawahan Maja Pahit.  Kalau tidak mau Rombongan Kerajaan Sunda akan di bunuh oleh pihak Kerajaan Maja Pahit.

Tentu saja Raja Bersama rombongan merasa dihina dan dalam tekad yang kuat untuk menjaga kehormatan diri dan negara. Prabu Maharajadan dan rombongan bersumpah daripada menyerah lebih baik mati, akhirnya terjadlah perang yang disebut “Perang Bubat” terjadinya perang Bubat di Tegal Bubat Hari Selasa tanggal 13 paropeteng Bulan Bhadrawada tahun 1276 Saka (4 September 1357 Masehi.

Dalam peperangan yang memang jumlahnya tak seimbang pasukan Kerajaan Sunda berusaha melawan memporak-porandakan pasukan Maja Pahit. Akhirnya Prabu Maharaja terbunuh beserta rombongan kerajaan. Melihat Ayahnya meninggal Dewi Cita Resmi mengambil senjata milik pribadinya Patrem, Dia menusukan Patrem tersebut ke dirinya. Menandakan kesetiaan kepada Ayahnya menjungjung Harga diri membela negara dan lemah cai.

BACAAN LAINNYA:

Berita dari kejadian tersebut sampai pada Hayam Wuruk. Hayam wuruk mengetahui bahwa Cita Resmi yang menjadi pujaan hatinya telah meninggal merasa sakit dan merasa malu karena terhadaporang Sunda telah berkhianat. Menyayangkan dengan sikap Patih Gajah Mada yang menjadi penyebab runtuhnya kebenaran di Maja Pahit dan matinya Cita resmi yang jadi pujaannya. Secepatnya mayat mayat Putri Cita resmi serta ayahnya dan para pengiringnya di kuburkan dengan kehirmatan sebagaimana pembesar kerajaan. Secepatnya mengirimkan utusan ke Tanah Sunda menjelaskan kejadian dan sekaligus minta maaf.

Hayam Wuruk sakit keras sulit untuk diobati, Dewan Keluarga  Keraton  berniat menghukum Patih Gajah Mada, tapi Gajah Mada melarikan diri dari pusat negara melarikan diri ke hutan.

Kata Pangeran Wisangkerta  di Negarakertabumi saat perang bubat Bumi Sunda bergemuruh dann kejadian Gemba bumi yang besar dan mengalami Gerhana matahari, kata maharesi sunda pertanda bahwa Karajaan Sunda bakal mengalami kejadian yang menyedihkan luar biasa.

Dari sejak kejadian itu dari tragedy yang menyedihkan menjadi lambing Keperwiraan dan kesetiaan  Maharaja. Maharaja Namanya menjadi harum serta dicintai orang Sunda sampai sakarang dan mendapat gelar Prabu Wangi. Sejak saat itu raja-raja Sunda yang besar jasanya terhadap rakyat mendapat gelar Prabu Sili Wangi./span>

Dan Gajah Mada bagi orang Sunda termasuk orang Barbar yang haus kekuasaan dan telah menghianati kerajaan Sunda dan Rajanya sendiri. Tak layak jika orang sunda menganggap Gajah Mada Sebagai pahlawan.

Sumber : Terjemahan dari buku “Nu Maranggung dina Sejarah Sunda Karya Edi S Ekadjati

KLIK DI SINI


Featured Post

HABIB ALI ALHABSYI DENGAN KAROMAHNYA

KHARAMAH HABIB ALHABSYI:  BISA DENGAR SUARA TASBIH DAN BENDA MATI HABIB ALI ALHABSYI DENGAN KAROMAHNYA Habib Ali Alhabsyi nama lengkapnya H...