BERANDA

Rabu, 03 Juli 2024

KEMELUT CINTA SANG DIREKTRIS PT BAHARI LESTARI

KEMELUT CINTA SANG DIREKTRIS  PT BAHARI LESTARI

Oleh: Undang Sumargana

Langit kelam rasanya seperti akan runtuh, kegelapan menyelimuti bumi. Kelam brubah dalam kepekatan. Rona cahaya matahari yang tadinya berpedaran dalam aneka warna yang menawan seolah ditarik oleh kekuatan raksasa dalam gulita malam yang pekat yang kemudian menciptakan gulita derita dalam selimut hati seorang lelaki.
KEMELUT CINTA SANG DIREKTRIS  PT BAHARI LESTARI

rajasastra-us.blogspot.com  Langit kelam rasanya seperti akan runtuh, kegelapan menyelimuti bumi. Kelam brubah dalam kepekatan. Rona cahaya matahari yang tadinya berpedaran dalam aneka warna yang menawan seolah ditarik oleh kekuatan raksasa dalam gulita malam yang pekat yang kemudian menciptakan gulita derita dalam selimut hati seorang lelaki.

Lelaki itu terseok menapaki kedip malam dalam perasaan putus asa dan kesedihan tiada tara, dijelajahinya malam dalam lamunan yang Panjang bahkan terkadang sampai hari berganti pagi. Rasa putus asa makin menapak seolah derita yang tiada hentinya.

Memaksakan ia bagun dari tempat tidurnya walaupun didahului sinar matahari pagi. Ia bingung harus ke mana ia melangkah karena 2 hari yang lalu ia dipecat dari pekerjaannya tanpa pesangon dengan alasan dirumahkan dengan waktu yang tidak ditentukan. Setelah mandi dan berganti pakaian  Ia terus berjalan menyelusuri pantai untuk sekedar menghilangkan penat dihati dari pada terus melamun yang tiada berkesudahan

“Bangkit, bangkit aku harus bangkit! Ia menyemagati dirinya sendiri. Akhirnya ia berhenti di warung kecil tepi pantai yang menyediakan kopi. Sekedar untuk beli kopi ia masih ada sisa-sia uang kecil di sakunya. 

Tiba tiba dekat warung tempat ia jajan berhenti sebuah mobil CRV putih dan dari dalam turun seorang wanita disertai seorang anak dan seorang perempuan lain yang mungkin pengasuh anaknya. Ia mengingat-ingat wanita tersebut.

“kurasa aku kenal apa Ia Aruni teman kuliahnya dulu?” pikirnya. Kebetulan wanita itupun mnatap ke arahnya, wanita itupun mengerutkan alisnya.

“Maaf mas ini Wisnu ya?”

“Ini Aruni, teman kuliahku yang lincah galak dan Judes?”

Keduanya bersalaman sambIl tertawa kecil penuh kegembiraan.

“ke mana saja kau selama ini,  kau menghilang tak ada rimbanya ?”

“Justru aku yang seharusnya bertanya, sejak aku diputuskan-Mu, aku terdampar di tempat ini dan menikah dengan orang sini, dan dikaruniai anak sekarang baru kelas 3 SD Bersama ibuku di kota”.

“Istrimu ke mana ko anakmu bisa -bisanya Bersama ibumu”. 

“1 Tahun  yang lalu istriku meninggal” Wisnu berbicara terbata-bata seolah-olah menahan kesedihan.

“Maaf-maaf aku membangkitkan kesedihanmu".

“Gak apa-apa, terus sesungguhnya kau Aruni mau kemana, mana suamimu?”.

”Ceritanya panjang, kalau kau ada waktu kita ngobrol sambil makan di warung nasi”. Keduanya berjalan sambil menuju warung nasi terhalang 3 warung dari warung Kopi, sedangkan putra aruni bersama dengan pengasuhnya dan sopir Aruni”.

“Suamiku sudah hampir 3 tahun kabur Bersama sekretarisnya, dan membawa kabur uang senilai 5 M. sejak itu aku hidup sendiri . dan akhirnya perceraianku di urus sama orang tuaku, Setelah aku lulus kuliah aku dijodohkan sama orang tuaku, makanya aku tak menemuimu. dan ternyata suamiku itu bajingan banget”.

“Lalu maksud kau datang ke Pangandaran ada apa?”

“orang tuaku menyuruhku menyelidiki PT Bahari Lestari, yang dikelola oleh Pak Handoko, akhir-akhir ini ada banyak transaksi  yang mencurigakan dan terus mengalami kerugian”.

“2 minggu yang lalu aku kerja di sana tapi sekarang aku di PHK, tanpa pesangon”.

“Oh kebetulan jadi sedikit kau tau keadaan di PT tersebut?”.”

“Ya aku sedikit tau, memang pengelolaan PT tersebut kacau dan membingungkan”.

“Barang kali kau tau orang dalam yang bisa dihubungi, dan bisa dipercaya”

“Kebetulan Manager PT tersebut Pak Mulyadi  teman baiku dan orangnya jujur”.

“Ya kalau begitu kita temui  tapi di rumahnya jangan dikantor!”

“Ya Aruni aku bisa hubungi, jam berapa kita menemuinya”.

“Nanti saja pukul 15.00 sesudah selesai jam kantor”.

Aruni merasa lega, satu permasalahan sudah ada titik terang untuk cepat diselesaikan.

Mereka makan Bersama dan Aruni cepat membayarnya, dia sudah membayangkan kehidupan Wisnu yang sudah menganggur tanpa pekerjaan.

Mereka melanjutkan percakapan di tepi pantai sambil melihat putra Aruni bermain pasir.

“Aruni hidupku memang sial, gara-gara aku menanyakan pembelian mesin produksi yang cukup mahal, malah aku dipecatnya”. 

“Memang mesin apa yang dibeli?”. Mesin pengolahan pengalengan ikan, harganya 950 Juta tapi dia minta di kwitansi harus dibubuhkan 1,5 M ”.

“Kau masih pegang Kwitansi aslinya”. 

“Ya aku titipkan di manager perusahaan”.

“Sudahlah Wisnu biarlah kita nanti urus”.

“Sekarang kita ngobrol yang lain saja tentang kehidupan masing-masing”

“Ya Aruni setelah kau putuskan aku, terus terang aku sedih, kecewa tapi aku sadar aku ini orang miskin buat kuliah saja sering kau bantu”.

“Maafkan aku Wisnu, aku memutuskanmu karena aku tak mau kecewakan orang tuaku” terpaksa aku menikah dengan pilihan orang tuaku Akhirnya dia kecewakan aku dan kecewakan orang tuaku, dan sampai saat ini dia masih buron, tapi sudah terlacak tinggal melakukan penangkapan”.

“Emmh ngomong-ngomong kau kira-kira berapa hari di daerah Pangandaran ini”

“Ya memang aku sudah boking 3 kamar penginapan sampai satu 2 minggu, tapi tergantung masalah perusahaan kalau tidak selesai dalam 2 minggu ya diperpanjang”

“Kau Cuma bertiga Bersama sopir?”

“Tidak aku berlima tuh 2 orang pengawalku yang duduk di pojok sana”.

“Ngeri aku,  bodigarmu badannya kekar-kekar, takut aku”.

“Gak apa-apalah Ayahku yang berlebihan, katanya demi keselamatanku”.

Keduanya tertawa lepas dan obrolan diselingi candaan lepas yang membuat mereka terhibur.

“Sekarang kau gak mau beristri lagi?”

“boro-boro berfikiran punya istri, mikirin pekerjaan juga masih pusing”.

“Kalau kamu Aruni gak maksud cari suami lagi”.

“Ya kalau kamu mau aku mau kamu jadi suamiku” keduanya tertawa, emang sipat Aruni yang bicaranya suka keceplosan.

“Sudahlah kita matangkan untuk rencana nanti?”, 

“Pak Mulyadi sudah dihubungi dan katanya sebelum Pukul 15.00 sudah berada di rumah”.

“Ya syukurlah kau kujemput nanti sekitar pukul 14.00 kerumahmu, kan sudah berikan alamat rumahmu”.

“Ya lihat tuh putramu sudah pada naik dari laut , aku pulang dulu, dan kau pun perlu istirahat”.

“Ya makasih buat semuanya, sampai kita bertemu nanti”

“Ya makasih buat makan gratisnya” Kata Wisnu sambil tertawa.

Keduanya pada berpisah dengan membawa kegembiraan masing-masing dan harapan yang disembunyikan dalam hati, Wisnu pergi kerumahnya dan Aruni Bersama anak, pengasuh anaknya serta dua orang pengawal dan supir pribadinya.

Waktu itu baru menunjukan pukul 11.30 ada waktu untuk istirahat sampai pukul 14.00 sambil istirahat bisa menunggu waktu dan tiduran.

Pukul 13.45 Wisnu sudah bangun dari tidurannya bahkan sudah mandi dan langsung berdandan dan tak lama mobil Pajero Hitam sudah berada dirumahnya, Aruni Bersama supir dan dua pengawalnya sudah menjemput Wisnu.

“Ya rupanya kau sudah siap?,

“Yah apa mau singgah dulu?”

“Gak usahlah kita langsung berangkat sambil jalan-jalan menunggu waktu”.

Memang tidak jauh menuju rumah Pak Mulyadi, tapi memang sengaja jalannya kendaraan pelan-pelan dan jalan mutar pantai, dan sewaktu waktu berhenti menikmati pemandangan. Akhirnya pukul  pukul 15.00 sudah sampai dihalaman rumah Pak Mulyadi. 

BACAAN LAINNYA:

Pak Mulyadi menyambutnya di gerbang rumah dengan penuh rasa hormat.

“Sore Bu, sore Pak Wisnu, sore semuanya”.

Alkhirnya mereka terlibat percakapan sedangkan sopir dan pengawalnya berada diluar de depan rumah Pak Wisnu. 

“Pak Mul ini Ini Bu Aruni Direktur utama PT Bahari Lestari sekaligus putra Pemilik PT Bahari yang cabangnya sudah tersebar di mana-mana”.

“Maaf bu kita langsung saja focus pada keberadaan perusahaan, maaf juga Pak Wisnu aku tidak bisa membelamu saat kau dikeluarkan dari perusahaan itu, malah aku dan karyawan lainnya terancam dikeluarkan”.

“Ya Pak Mul ,  Bu Aruni ini teman kuliahku dulu, dan aku baru tau sekarang beliau Direktris utama perusahaan PT Bahari Lestari sekaligus pewaris tunggal dari pemilik PT tersebut”.

“Terimakasih bu langsung saja akum mau melaporkan kejanggalan-kejanggalan dari dalam pengelolaan PT Bahari yang dipimpin oleh pak Handoko. Aku sudah mengumpulkan bukti rencananya aku mau minggu depan menghadap ke Direktur Utama PT Bahari tersebut, tau-tau ibu lebih dulu datang, sekalian saja saya serahkan  bukti-bukti kecurangan tersebut”. 

Akhirnya pak Mulyadi menyerahkan bukti-bukti tersebut dan sekaligus memaparkan kecurangan tentang uang perusahaan yang di korup. Malah Bendahara perusahaan telah diancam oleh Pak Mulyadi untuk dikeluarkan, bersama saya dan karyawan lainnya. Malah Pak Wisnu terlebih dulu dipecat sepihak oleh Pak Handoko Direktur perusahaan tersebut.

“Begini Pak Mul, saya akan datang ke perusahaan besok, apa Pak Handoko besok hadir”

“Kebetulan Bu besok ada rapat besar para pimpinan perusahaan, pak Handoko Pasti hadir”

“Ya saya akan cepat menyelesaikannya apalagi bukti bukti ini sudah di tangan tak mungkin Pak Handoko bisa mengelak”.

Akhirnya pembahasan tentang perusahaan itu selesai dan Bu Aruni janji datang besok dengan tidak melibatkan Pak mulyadi seolah-olah hanya kunjungan mendadak pemeriksaan perusahaan tersebut.

Besoknya Aruni diantar supirnya dan dua orang pengawalnya, sudah berada di PT Bahari Lestari, dan sebelum masuk Aruni memberitahukan Satpam PT tersebut untuk disampaikan kepadaPak Handoko yang sedang memimpin rapat, bahwa dirinya adalah Direktur Utama PT Bahari Lestari yang berkedudukan di Pusat. Pak Handoko yang sedang memimpin rapat merasa terperanjat kedatangan Direktur Utama yang mendadak.Tapi akhirnya dia dengan rasa terpaksa menerima Bu Aruni yang dihapit dua orang pengawalnya. Aruni langsung saja masuk ke ruangan rapat dengan pandangan heran dari para pimpinan dan pegawai PT Bahari Lestari, hanya Pak Mulyadi yang sudah tahu kedatangan Aruni. Pak Handoka muka agak pucat tapi dia merasa tenang bahwa sang Direktur utama hanya wanita yang masih muda yang barang kali mudah dihadapi. Tanpa basa basi Pak Handoko mempersilahkan Ibu Aruni, dan Aruni langsung menyampaikan kedatangannya. Semua merasa terkejut bahkan Sebagian besar merasa senang karena kediktatoran Pak Handoko dalam memimpin perusahaan.

“Saudara Direktur PT Bahari Lestari beserta para pemimpin serta para pegawainya yang saya hormati, saya langsung saja pada pokok permasalahan, dalam beberapa bulan ini PT Bahari  mengirimkan laporan tentang kemajuan  dan perkem perusahaan tapi melihat dari laporan tersebut banyak poin yang merasa janggal. Dan sudah 1 bulan ini dilakukan penelitian dan saya telah mengumpulkan bukti bukti adanya penyelewengan di perusahaan ini, Bagaimana Pak Handoko pertanggung jawaban tentang penyelewengan tersebut?”.

Pak Handoko bersikeras menolak dan menepisnya tapi Aruni orang yang cerdas  bukti kuat telah ia miliki. Kegaduhan terjadi di dalam Pak Handoko merasa dipermalukan, bahkan ia berbicara lantang dengan penuh Emosi, ternyata Cuma beberapa orang yang memihak pada Pak Handoko, Bahkan tidak lama lagi masuk beberapa orang Polisi yang sengaja telah dihubungi dari awal. Hari itu pula pak Handoko dan dua orang teman yang terlibat dibawa oleh polisi.

“Saudara-saudara sementara pimpinan perusahaan saya ambil alih,  kalian tenang saja , saya berjanji menyelesaikan kemelut di perusahaan ini dengan seadil adilnya dan sebaik-baiknya. Untuk hari ini pekerjaan kalian sampai pukul 11.30, saya memerlukan beberapa orang untuk berunding, dan siapkan penjagaan piket beberapa orang membantu Satpam, besok saya umumkan keputusan dari perusahaan tersebut, setelah saya berunding dengan stap stap di sini. Utuk menjalankan roda perusahaan”.

“Bu sebaiknya ada Pak Wisnu  untuk menyarankan perubahan stap di sini, karena dialah yang tau segalanya tentang kepegawaian karena dialah yang bekerja membidangi kepegawaian sebelum dipecat oleh pak Handoko, bahkan dia yang tau segalanya tentang perbelanjaan karena dia pulalah yang suka membantu Ibu Asri Bendahara di sini” 

“Yak Pak  Biar nanti sore kita kumpul di aula Hotel tempat saya menginap dan saya perlu semua pimpinan disini untuk berkumpul.

Akhirnya permasalahan perusahanan terselesaikan, pembaharuan pegawai di perusahaan telah dilakukan termasuk Wisnu atas saran para petinggi perusahaan ditempatkan Kembali sebagai Bendahara PT dan Pak Mulyadi sebagai sekretaris PT sedangkan yang menempati Bendahara ditempatkan Maneger perusahaan.

Ada 7 pegawai yang terlibat bekerja sama dengan Pak Handoko mereka sedang ditangani berwajib.

“Yah akhirnya kemelut di perusahaan ini sudah mulai ditangani, Kata Aruni sambil duduk-duduk di tepi pantai Bersama Wisnu, tinggal permasalahan lain yang menyangkut kehidupan kita”Kata Wisnu.

“Memangna ada apa diantara kita?” Aruni menyela dengan senyum tipisnya. 

“Aku sih tak tau apa-apa”. Wisnu menjawab sambil tertawa.

“Terus terang saja aku berterima kasih dengan bantuanmu selama ini, ternyata ada saja jalan penyelesaian kemulut diperusahaan dengan mudah”.Tapi paling tidak aku harus berada di sini sampai 1 bulan untuk menata Kembali perusahaan ini. Terutama memotivasi pegawai untuk giat Kembali bekerja dan produksi lancar Kembali. Setelah itu aku Kembali ke Jakarta dan perusahaan ini akan keupercayakan padamu dan Pak Mulyadi”. 

“Ko Bisa aku bu direktris?”. 

“Ini perintah kau tidak bisa menolaknya” Keduanya tertawa lepas.

‘Bukan gitu Wisnu, aku sudah lama kenal kamu, aku yakin kau orang baik lagi pula aku tau kemampuanmu, Hal inipun bukan hanya pandangan aku tapi pandangan dari Pak Mulyadi dan pegawai lainnya”.

“Jadi bukan berarti karena aku mantan pacarmu?” Wisnu berseloroh.

“Terus apa kau masih mau jadi pacarku?”. Keduanya Kembali tertawa, memang sipat mererka yang terbuka menjadikan percakapan itu tak terlihat kaku.

Percakapan itu seolah taka da bosannya, malum baru hari ini kebetulan hari minggu mereka leluasa dapat ngobrol Kembal, setelah penat membenahi PT Bahari Lestari.

Menjelang sore hari matahari tertegun dalam selimut langit ungu, bunga bunga yang bergelantungan seperti berguman menyambut malam. Wajah Aruni terlihat menebar cahya dalam senja.

“Pantai ini memang indah, dan Desa ini seolah memoleskan pedaran kecantikkan dari alam yang terlihat”.

“Allah memberkati kebaikan pada Desa dan penduduk desa di sini  Aruni, sepantasnya  manusia sering mengakhiri kebaikan Allah”.

“Ya kebaikan itu memang datangnya dari Allah, dan kebaikan Allah telah mempertemukan kita Kembali”.

Akhirnya mereka terlibat dalam percakapan pribadi yang cukup Panjang, memang sahabat lama tepatnya kekasih lama yang Kembali mengukirnya dalam belaian kehidupan. 

KLIK DI SINI

PEUTING SIMPĔ SISI LAUT CIPATUJAH JEUNG 4 SAJAK SEJĔ NNA

PEUTING SIMPĔ SISI LAUT CIPATUJAH
JEUNG OPAT SJAK SEJENNA

Kenging   : Undang Sumargana

5 Puisi  yang disajikan penulis dalam bahasa Sunda, ini diambil dari puisi  puisi  lama, yang penulis ambil dari karya karya lama, kebanyakan isi sajak tersebut menggambarkan suasana hati yang dilanda kesedihan, dan rasa kegundahan dalam kehidupan. menggambarkan suasana malam, suasana laut dan suasana alam  dalam cerita cerita saat suasana hati dilanda gulah gulana
MEMBUKA KEMBALI  5 PUISI PUISI MASA LALU DALAM CERITA PENUH KESEDIHAN

rajasastra-us.blogspot.com5 Puisi  yang disajikan penulis dalam bahasa Sunda, ini diambil dari puisi  puisi  yang penulis saat batin teriris dalam kesedihan, dan rasa kegundahan dalam kehidupan. Selain itu  menggambarkan suasana malam, suasana laut dan suasana alam  
Selamat membaca selamat menikmati isi sajak tersebut

PEUTING SIMPĔ SISI LAUT CIPATUJAH
Kenging   : Undang Sumargana


Sebot bulan ngintip tina sela méga

ombak motah malidkeun runtah jeung sarah

budah laut budak ombak, budah haté nu keur simpé                                 

angin leutik milu ceurik ngarenghik teu bisa usik

 

Sebot béntang neuteup karang

Nu nangtung rék nagjak tarung

baeu ombak, hiap lambak

yeuh pejahkeun dada kuring

nu sakti lalanang jagat.

 

Sebot angin rereuh heula, nyangsaya na pucuk kalapa

Katineung datang némbongan, nyéléké na dasar haté

aya asih nu reuntas na dahan simpé

aya katineung nu tilem na dasar sagara,

dasar haté pangjerona...!


Tasik Pakidulan,    Oktober 2008

 

CARITA SIMPĔ

Kenging   :  Undang Sumargana

 

Langit ceurik balilihan

angin ngabintih heulang laut

nu keur ngapak jomantara

tuluy nyangsaya

na méga nu rarengat karérab mata poé

 

Sebot ombak rereuh heula

kikisik lilir ngulisik hudang tina pangimpian

mapag layung humarurung

kalarung jeung kapigandrung

 

Na amparan budah lambak

aya lalakon katresna

nu teu tulus ngamuara

ngangkleung ka sagara panineungan


Tasik Pakidulan,     Oktober 2008 


SURAT BALEBAT  KEUR  KI  SUNDA

Kenging : Undang Sumargana

 

Milang taun lir milang kamelang

Melang ka Ki Sunda sieun leugit tatapakan

Hariwang ku kalangkang  nu datang ngalelewaan

Sunda nanjeur sunda nanjung

Sunda midang mangka langgeng

Digjaya ngudag kawaluyaan

Ngababakan di sarakan panghuripan

 

Wilujeng Milangkala  Dangiang Sunda Pakidulan

Kitu ceuk soara bari ngawurkeun saruntuyan imut

Nu nyumput satukangeun mega

Aya sora ngadangding ngajakan eling

Kawih asri ngahariring, ngentring na langit bihari

 

Karisi teu lantis ku girimis ngepris

Risi hirup kasaput ku haseup dayeuh

nu kotor cakeutreuk hideung

jati ........ kasili  ........ ku junti

Duh ......palias......... teuing

 

entreng kacapi kiwari mimiti pamit

Tepak kendang narungtutan laleungitan

Mun wasa nyarita kuring rek nitip asih

Na gerelik suling nembang kamelang

Sangkan Ki sunda lilir ngulisik

 

Bulan nu ngangkleung balayar di langit Bandung

Widadari turun langit.......

ngalayang lebah tanjakkan lembang

Nanggeuy deudeuh

mawa kanyaah Ki Sunda tong kajongjonan

 

ngungkab carita mangsa lawas

Bumi  endeur Tatar sunda lir  oyag ku lini badag

Samagaha sarengenge

Totonden Ki Sunda nandang tunggara

Prabu maharaja lambang kasatriaan

Lambang kaprawiraan

Jujuluk prabu wangi

Cita resmi nu tega ngemasing pati

Ngajungjung ajen diri wanoja anu satia

Bumela ka lemah cai

Prabu Siliwangi  saterusna katelahna

Jujuluk  ka raja Sunda                                                                                            

Nu toweksa ka rakyatna

 

Hayu Ki Sunda .....

Geura  lugay nguniang pinuh harepan

Wawangi  siliwangi jadi bukti

Ku sunda pernah digjaya

Wastu kencana  di karaton Sura wisesa

Pangaruhna ngabuana

Kawali nu jadi saksi

 

Gedurkeun deui obor Bandung Lautan api

Na dada arandika

Dada Ki sunda nu boga tekad  rohaka

Ki jalak harupat bukti kuat

Ki sunda teu jejerih sieun ku pati

 

Sunda midang ,sunda nunjang ,sunda nanjung

Beungkeut pageuh ku tali silaturahmi

Silih asah-silih asih sili asuh

 jadikeun tatapakan nu  nyoko  na kailhlasan

Tasik Pakidulan,     Oktober 200


KEUR BARAYA ANU REK MIANG

Kenging : Undang Sumargana

 

Bulan nu ngangkleung balayar di langit Bandung

Dayang Sumbi turun langit.......

ngalayang lebah tanjakkan lembang

Nanggeuy deudeuh

mawa kanyaah ka nu miang

mungkas tugas kadinesan

 

Wilujeng paturay dulur

Mun wasa nyarita kuring rek nitip asih

Na gerelik suling nembang kamelang

Sangkan urang paturay pinuh ku kamaslahatan

Sukur geuning aya kénéh umur
jang ngawincik kamalir wanci nu ngari
jang ngaropéa lambaran mangsa nu nyésa
ngalakonan lalakon nu duka léokna ka mana

 

Basa keretas bodas ngan wasa tumamprak
Najan sakumaha mangsi sumiriwik nurih mangsa
Urang Ngan silih téangan lebah,

 lebah mana hariring lalakon mancen gawe
Naha nyelap 'na raga nu amis daging
Atawa dikeukeuweuk nyawa nu gulet tanding jeung wanci?

 Urang Pada-pada milang sada jero dada
sarua saru ku sora jeung sora
Nepika hiji mangsa. Mun dina rencep girimis
Aya kalieus jeung kalinces seuneu nu ngahuru kasarakahan

Teu kudu di ceos  da moal lantis   ku sakeclak cai

 

Aya lolongkrang némbongkeun gurawang kalewang
Aya léngkah-léngkah panineungan lalaunan ngajauhan
Ninggalkeun simpé na hate

Wilujeng paturay .......

 

Tasik Pakidulan,     Oktober 2008 

 BACAAN LAINNYA

ANJEUN NULISKEUN CARITA

Kenging : Undang Sumargana

 

Anjeun mangsana  reureuh tina sora,

 tina kelir kahirupan nu geus disorang
sanggeus lana babarengan ,
anjeun geus bisa nulis  carita nepi ka rense mancen gawe

sedengkeun kuring can puguh nepi ka tamat


Séah angin kapireng ngahudang bangbaluh. Nyeuit
ngagerihan haté mangsana paturay

Sanggeus mangtaun-taun mancen gawe babarengan

 Hujan lir cimata langit
rongkah ngajeritkeun kapeurih.

 

Wilujeng kantun

Wilujeng paturay

mugia pinanggih bagja

 

KLIK DI SINI

Tasik Pakidulan,    2008

Selasa, 02 Juli 2024

6 PUISI WAHYU PRASETYA SI PENYAIR BERHATI DINGIN

6 PUISI WAHYU PRASETYA 
SI PENYAIR BERHATI DINGIN

rajasastra-us.blogspot.com Wahyu Prasetya  lahir 5 Februari 1957 di Malang, Jawa Timur dengan nama Eko Susetyo Wahyu Ispurwanto. Dalam dunia kepenyairannya ia dikenal sebagai penyair yang mempunyai watak “keras kepala sekaligus berhati dingin”. Ia mulai menulis sejak 1979 dengan mengirimkan  karya-karyanya di berbagai media massa terbitan ibu kota maupun daerah. Termasuk Majalah sastra Horison (Jakarta). Bahana (Brunei), dan Dewan Bahasa (Kuala Lumpur). 

Pada tahun 1982 berkelana ke berbagai Negara ASEAN, dan pada tahun 1983-1985 sempat bermukim di Berlin, Jerman Barat. Sebagai penyair, Wahyu Prasetya  termasuk salah satu penyair yang sangat diperhitungkan oleh Sutardji Calzoum Bachri dalam forum Puisi Indonesia 1987 yang diselenggarakan oleh dewan kesenian Jakarta (DKJ) di TIM, forum lainnya yang diikuti dan diselengarakan oleh DKJ antara lain forum Dialog Penyair Jakarta (1989). Ia kerap pula diundang membacakan puisinya serta puisinya pernah diterbitkan dalam suatu antologi tunggal oleh Sorbone University-Paris.

Adapun kumpulan puisinya yang sudah terbit, antara lain

  • Nafas Telanjang (1980), 
  • Tonggak IV (disunting oleh Linus Suryadi AG,1987), 
  • Sesudah Gelas Pecah (1996) diterbitkan Forum Sastra Bandung. Antologi Temu Penyair Indonesia (1987), 
  • dan Dialog Penyair Jakarta (1989), 
  • Amsal Patung (1997) dan beberapa kumpulan bersama. 

Para pembaca dibawah ini saya ajak para pembaca untuk mengapresiasi beberapa sajak sajak Wahyu Prasetya


HARAPAN RUMAH PETAK ROJALI


tak ada apa apa di sini. televisi, koran,

dan sarapan pagi maupun gelas kopi.

di depan meja kayu, kami biasa menguraikan

masa lalu dan masa depan di atas

telapak tangan masing masing.

pagi hingga petang udara tak pernah

berganti, selain dengus itu saja.

 

tak ada pintu dengan nasi dan krupuk

hanya jari jari tangan mengetuk ngetuk

hari demi hari yang berlompatan itu.

bagai mengajak siang hari untuk memeras

pikirannya menjadi kepulan debu.

dan di sini pula kota besar, kota kecil

tumpah antara cinta dan benci.

 

hanya guratan guratan huruf di benak,

mengantar nasib keluar pintu.

mengatakan pada diri sendiri, hari ini

iklan untuk hidup lebih manusiawi,

makan 3 kali sehari dan gizi dan kerja

buat ongkos bermimpi mencaci makimu!

 

tak ada siapa siapa selain gerit jendela.

menciptakan musik dari kehampaan,

melukiskan kekasih dan mata pisau,

kami membayangkan manusia yang terbelah

seperti dinding dan atap seng ini,

betapa rapuhnya di hadapan buldozer,

di depan ketakberdayaan yang menakjubkan.

 

Tambak, 1992-1993

BACAAN LAINNYA:

 WISH YOU WERE HERE

bagi: umbu landu paranggi


di mana mana tangan itu menggali jurang untuk kekosongan

dengan lengan yang terkikis waktu, menyerahkan hujan pada

laut, hingga badai memutihkan ubun ubun sendiri

begitu tak ada yang harus diperihkan, ketika manusia runtuh

masih saja menyelinap, dari bayang herbert marcuse, ronggo warsito

atau sidharta gautama,

kemudian berombak ke arah angin yang meniupkan usia itu

 

kau yang kenyang mendengar kelopak mawar jatuh, menahan tangis

seperti ombak atau rimba dalam dirimu

apa kau juga menghapal pidato dari televisi dan sandiwara

kekuasaan jaman ini

mungkin kau tak perlu belati yang terhunus di balik dadamu

hanya rindu kepada semesta untuk mengembalikan pada nol

 

kalau nanti maut menyergap, antara kebiruan langit dan

kelelawar, aku kira sudah saatnya peradaban aids ini

membuat dunia mengangkang dan sekarat

sebait lagi, kau baca rembulan yang turun ke laut,

gedeburnya kau kemanakan?

selain pada hening. kebisuan jari jari tangan yang melambai

di situ barangkali kita berhadapan,

mengelus keranda.

 

Malang, 1993-1994 

 BACAJUGA:

SESUDAH GELAS PECAH 


sebelum kau selesaikan lagu terakhir telinga itu terlepas

asap rokok yang membakar seorang teman dari kertas

berhadapan dengan meja yang menyediakan nafas,

juga janji memabukan, supaya tak mengubah diri siapa

siapa

selain musik yang berjatuhan menimpa kedua sepatumu

dan melemparkan kepingan jari jari tangan ke arah jendela

memecahkan genggaman kita di sana

 

habiskanlah malam hari yang mengisi botol atau udara

jam berapa sekarang? “aku sudah melukai bayangan ini”

kemudian seorang teman dari pecahan kaca, gelas, cermin,

bahkan ia berasal dari angin yang kau tiup lewat keluhan

sampai kini aku tak ingin menceritakan kepada orang lain

sejak cucuran urat nadi itu mengalirkanku sebagai kran

dan menceburkan benih gerimis airmata manusia biasa

sebelum kau selesaikan lagu terakhir leher itu terkulai

ada yang ingin menemukannya

ada yang mencarinya. ada di manakah?

 

Malang, 1994


 MORE FOOD ME

Buat: Beni Setia

 

menemukan ketenangan jalan dalam wajah debu

masihkah kecermatan bayang bayang itu menangkap keberanian

atau kemuliaan dari cinta yang gusar oleh ajakan peradaban

daya hidupku selalu tak serupa dengan kelembutan di dadamu

karena kita harus memilih jalan menuju pintu, jendela rumah

atau hanya mencengkram abjad untuk dilemparkan ke angin

aku dan kau mungkin bersalah untuk rasa mengalah ini

dengan kearifan yang menuntun kegelapan di sini

padahal, lihatlah, kukepal pedih luka dengan kasar

kurebut dari ratapan anak anak yang kujumpai dalam hatiku

lalu apa lagi yang akan kita usung dari hidup ini?

dunia di luar mimpi adalah cercaan, siksaan, hinaan yang diciptakan

peperangan, teror atau kemerdekaan

siapapun bisa membaca dan tak perduli apakah manusia sekarang

sekarat dalam diri sendiri,

apakah manusia sekarang lebih teliti dalam menentukan impian

hasrat jaman berlarian.

mengejar perih yang pernah kita lagukan kemarin

ketika kerikil kita lepas dari genggaman

di kolam manapun, riaknya menjelma nyanyian.

 

Malang, 1994

*judul lagu Genesis

 

URBANISASI DARI MEJA MAKAN

Bagi: Goenawan Muhamad

 

anak anakku menggelar peta dunia di wajahku

mencari syair samudra dan reruntuhan perang

juga menebak dongeng sebuah porselin yang fana,

ketika mereka jumpai alamat rumahnya sendiri,

dengan mengepal pisau lipat di sela tawanya

entah, aku harus berkata apa,

musik mozart, chopin atau keroncong kini jadi irama aneh

 

mereka mencari dalam diriku, siapa yang menelan impiannya

karena di sekolah, mereka belajar menghafal dan mengeja puisi

ketika rumah menjadi tumpah ke arah yang tak menentu

aku menahannya dengan lengan, jari jari dan lutut,

tapi jaman membentak dari spiker yang mereka keraskan

agar melahirkan gempuran dan mencopot telinga bersama

 

aku kini sudah terbiasa. bersembunyi di buku, koran atau

bisikan tengah malam. setiap gelap menghampiriku

dengan mereka, kulihat juga asyik menjalin bayang bayang

tentang gaya hidup amerika atau manapun

begitu aku memulai menulis sebaris kalimat

tentang makan pagi, malam, siang juga dalam tidur

sesaat ingin kutaruh batu di meja ini, di kepala mereka,

juga di dada dan tenggorokannya

dan memecah porselin yang menyimpan dongengan dunia modern.

 

1995


KEMERDEKAAN DALAM DIARY ANNI FITRIA


kesenyapan yang menjauh dari keriuhan kota serta mikrophon,

menjauh dari berita dan gerutu,

Allahuakbar,

huruf tak pernah sampai, tarji tak juga sampai,

chairil anwar yang menjabat bung karno, menjabat arti luka parah

dan kini, aku menelan ectasy, menelan diskotik, menelan obrolan serta

para demonstran yang entah sedang mencupakan bahasa apa

 

Allahuakbar.

rendra tak sampai, taufiq ismail tak juga sampai, juga kalian hai!

selain di spiker dengan tangan yang terkepal lemas dan mulut berbusa

katakan pada kalimat dari huruf hurufku ini, apa arti kemerdekaan kini?

 

sujudku tak sampai, alifku tak sampai, dzikirku pun tak sampai

lalu kutatap sorot matamu yang berteriak dengan pandangan seorang serdadu

merdeka atau mati, sejarah telah mencatat nama nama nama nama nama?

 

seorang jagoan, ia sebut namanya wahyu, tak punya lidah dan bibir yang

akan menciumku lewat kata kata dan huruf kesunyian ini

tapi aku melihat ia di sela kerumunan angin malam, seperti sedang mengeja

kebahagiaan tikus, dan bahasa yang ia lempar dalam setiap subuhku,

anni,

yang merdeka ternyata desir daunan dan cinta Tuhan yang merampasku

dari pelukan sebuah laras bedil atau bayonet. hanya itu anni.

KLIK RAJA SASTRA DI SINI

/p>

Malang, 11-5-1995

 Sumber 

Disalin  hampir sesuai aslinya dari buku “Sesudah Gelas Pecah; 20 Puisi Pilihan Wahyu Prasetya” (diterbitkan untuk; Forum Sastra Bandung, oleh PT. Rekamedia Multiprakarsa Bandung, 1996)

Senin, 01 Juli 2024

LAMUNAN SANG DIREKTUR SD MANA BOA

LAMUNAN SANG DIREKTUR  SD MANA BOA

Kenging : Undang Sumargana


rajasastra-us.blogspot.com

Pareng  nangtung   di jero kelas

Rarambu lalangit tina bilik roroesan jiga ngajak diomean

Rajeg tihang awi jadi panyundang sangkan   kelas teu ngagebro

Pagaliwota meja butut  rareyod sawareh taya sukuan

Barudak anteng  narulis sabeulah meungpeukan irung

Kekebul  nu halaliber tina tembok  nu geus rapuh

Dedeuh potret anak negri bajuang nyiar pangarti

 

Diluar halaman sakola

Banera ngelebet katebak angin

Beureum bodas nu nandakeun yen urang gede ka wani

Wani ancur tutumpuran ngabela ieu negara

Satu nusa satu Bangsa,  masih loba rakyatmah anu  sangsara

 

Kadenge di kelas hiji ibu,  guru nungtun barudak  maca

“Ini Budi, Ini Ibu budi, ini kakak budi”

Masih banyak pejabat tak berbudi

Jiga nu enya  ngadeklarasikeun anti korupsi .

 

Dedeuh potret kahirupan di pasisian

Ceuk tangtungan  hiji lalaki

Direktur  Sekolah Dasar di negeri mana boa

Iraha sakola kuring rek direhab

Hayang leuwih alus saluhureun kanang doma

 

Pareng istirahat  ting burusut lalumpatan

Jajan muru pecel nini-nini

Sanajan ngan pucuk hui

Tapi ngeunahna leuwih ti roti

Barudak karucel, tapi sumangetna waredel

Ngagerendeng na manah sang direktur

“Dedeuh anaking, mun pareng hidep jadi pamingpin

Omean ieu sakola  nu saperti kieu di sabudeureun nagri

Keun bae ladang pajak rakyat oge, 

Ti batan dihakan Monyet nu nyamuni di kebon awi

 

Satu nusa satu bangsa satu bahasa kita

Nusa bangsa dan bahasa,  kita tetap sengsara.

 

Negeri manaboa,    Januari 2022

BACAAN LAINNYA

DEMO RAKYAT

Kenging : Undang Sumargana

 

Ngageleger sora gugur meupeuskeun reueuk

Tingbarasat cahya kilat ngalentab mega

Ngahuru amarah silalatuan

Ngempur hurung na tungtung emun-emunan

Rahayat kahuru dimangfaatkeun ku kabingung

 

Ting porongos ting jorowok

Nusurak eak-eakan, nu demo gogorowokan

Turuhkeun harga! Turunkeun harga!

ceuk sora lalaki nu igana ragas, matana celong.

Turunkeun BBM, turunkeun BBM

Eh, BBM geus turun, tapi hahargaan malah ngajaul

Nu ngagorowok  latam-letem kaeraan

 

“Saudara-saudaraku” Ceuk pimpinan demo

Anu tadi turun tina mobil mewah

Bajuna perlente, erloji bermerk,

Sapatu buatan luar negeri

“Kita terus berdemo-kita gempur istana”

Amarah rakyat kasundut

 

Nu demo beuki  ngangseg

Budal  omongan teu kawadahan

“Hidup pimpinan kita! Hidup pimpinan kita”

Ceuk rakyat nyumangetan pimpinan demo

 

Rakyat ngangseg maju, pulisi bedah amarah

Bukbek peureup jeung peureup,

Panakol jeung panakol

Pimpinan demo ngolesed lalaunan

Akhirna ngabiur pangheulana

Ngadius na mobil mewah muru hotel

Arek otel  jeung bikang paneretan

 

Rakyat jadi korban ti jalma

Nu pundung teu kapeto jadi pimpinan

Sarta teu ngasaan diuk na amisna korsi Dewan

 

Tasik Pakidulan, Kamis 31 Maret 2016

 

PASRAH

Kenging : Undang Sumargana

 

Nyanggakeun kagunarmgan raga kaula sadayana

Ti luhur sausap rambut

Ti handap sausap dampal

Ti gigir sa giling gisik

Ti hareup ti tukang gusti anu kagungan

 

Ngan  wungkul raga Illahi

Darma upaya sahiji

Sahadat anu sahiji

Bismilah raga jasmani

Ni Rohman wungkul Illahi

Ni Rohim anu ngahiji

 

Jumeneng satungtung gusti

Seja raga anu ngabdi

Ka  raga rohanu nu ngeusi

Raga jasmani anu wujud

Gantina wali

Eusina bukti kedah suci


Tasik Pakidulan,, 25 juli 2016

 

NGUNTABNA SEUNEU AMARAH

Kengung : Undang Sumargana

 

Panas moreret.......

Ngahuru hate nu silalatuan

Nguntab-nguntab seuneu amarah teu kawadahan

Ruhak burahay beureum

Kahuru  nafsu nu leupas tina kadali

Hanyakal  akal katutup sarah kalakay

Akhirna angkara murka nu karandapan

 

Tasik Pakidulan,, 25 juli 2016


Na Petengna Peuting

Kenging: Undang Sumargana

 

Kuring kungsi ngangseu nyeuaeup petengna peuting

Basa angin janari ngabetrik rapuhna dahan kahirupan

Horeng raga ukur  titipan nu usik marengan rasa

 Katalimbeng   ku  urusan dunya nu pupulasan

 

Kuring ngarasa lungse nyimbutan sesebitan hate

Basa langit ngepris muragkeun ci tangis

Aya ucap ngagalindeng   nu geus lila katalimbeng

Nyangsaya na  dosa nu  numpuk teu katobatan

 

Ieu takbir ngan ukur  nepi  ka tungtung baseuhna biwir

Sabab hate masih rehe teu niruk katungtung kalbu

 Ukur  ngarajah ngalangkang di awang awang

Kumelit na ipisna ruruhit  tungtung  langit.

 KLIK DI SINI

 Tasik Pakidulan,, 25 Julii 2016

Featured Post

HABIB ALI ALHABSYI DENGAN KAROMAHNYA

KHARAMAH HABIB ALHABSYI:  BISA DENGAR SUARA TASBIH DAN BENDA MATI HABIB ALI ALHABSYI DENGAN KAROMAHNYA Habib Ali Alhabsyi nama lengkapnya H...