BERANDA

Senin, 01 Juli 2024

11 SENJATA TRADISIONAL JAWA BARAT SEKALIGUS SEBAGAI PEKAKAS YANG MERUPAKAN WARISAN BUDAYA LELUHUR

11 SENJATA TRADISIONAL JAWA BARAT SEKALIGUS  SEBAGAI PEKAKAS YANG MERUPAKAN WARISAN BUDAYA LELUHUR 

Senjata Tradisional Jawa Barat – Apakah Grameds mengetahui apa saja jenis senjata tradisional Jawa Barat? Ya, Indonesia memang memiliki beragam kekayaan budaya daerah. Termasuk senjata tradisional yang dimiliki oleh setiap daerah di Indonesia yang memiliki makna dan sejarahnya sendiri sebagai identitas budaya daerah.

11 SENJATA TRADISIONAL JAWA BARAT SEKALIGUS  SEBAGAI PEKAKAS YANG MERUPAKAN WARISAN BUDAYA LELUHUR 

rajasastra-us.blogspot.com  Senjata Tradisional Jawa Barat – Apakah Grameds mengetahui apa saja jenis senjata tradisional Jawa Barat? Ya, Indonesia memang memiliki beragam kekayaan budaya daerah. Termasuk senjata tradisional yang dimiliki oleh setiap daerah di Indonesia yang memiliki makna dan sejarahnya sendiri sebagai identitas budaya daerah.

Berikut ini beberapa senjata tradisional Jawa Barat yang perlu Grameds ketahui sebagai warisan budaya Indonesia.


11 Senjata Tradisional Jawa Barat

Berikut ini merupakan beragam senjata tradisional dari wilayah Jawa Barat beserta sejarah budaya dan fungsinya.

1. Kujang

Kujang ialah salah satu senjata tradisional Jawa Barat yang bentuk aslinya mirip kudi yang awalnya digunakan sebagai alat pertanian, namun karena perubahan zaman, kudi menjadi senjata tradisional. Senjata tradisional ini dibuat dalam berbagai variasi yang merupakan inti dari ajaran budaya Sunda berupa burung dan unggas, hewan berkaki empat, juga katak.

Berdasarkan variasi ini berbagai kelompok senjata kujang diberi nama tergantung pada morfologi flora dan fauna budaya Sunda. Misalnya, Kujang Jago, Kujang Kunnu, atau Kujang Naga. Lalu, ada juga yang disebut Kujang Ciung yang menjadi salah satu senjata populer dan juga berlaku sebagai senjata khas Jawa Barat. Pada umumnya kujang memiliki bentuk ujung runcing yang estetis.

Fungsi Kujang

Grameds dapat melihat fungsi kujang tergantung pada ukuran bilahnya. Jika ukuran bilahnya 10 sampai 15 cm, senjata kujang ini dipercaya berfungsi sebagai jimat. Jika ukuran bilahnya 20 sampai 35 cm, senjata itu tergolong kategori pusaka. Jika panjang bilah pisau adalah 40 sampai 50 cm, maka kujang tersebut termasuk dalam kategori kapak yang berfungsi sebagai kepala kapak atau mata tombak.

Selain itu, sebagai senjata tradisional Jawa Barat, kujang juga memiliki fungsi sebagai berikut.

Digunakan sebagai simbol ,seperti logo pemerintah atau organisasi

Dapat digunakan sebagai alat pertanian dan berdasarkan teks Sanghyang kuno orang Sunda biasanya menggunakan senjata ini untuk menebang pohon, memotong tanaman, dan nyaker, atau Grameds bisa menyebutnya alat pemangkasan.

Dapat digunakan sebagai hiasan atau pajangan. Senjata ini biasanya bisa dilihat di tembok rumah-rumah Sunda.

Pusaka Kujang adalah senjata perang. Kapak pusaka dapat dijadikan sebagai lambang kehormatan dan perlindungan.

Bagian Senjata Kujang

Senjata Kujang tradisional ini juga memiliki bagian yang berbeda. Berikut ini bagian detail dari kujang.

  • Papatuk atau Congo yang berada di tepi pisau dan berbentuk seperti anak panah. Pepatuk biasanya digunakan untuk menyongkel.
  • Seluk atau Silih yang berada di bagian punggung dan berfungsi sebagai pencabik ke arah musuh.
  • Tadah yang berbentuk lengkungan yang menonjol pada bagian perut dan runcing pada bagian depannya. Ini berfungsi untuk menusuk tubuh musuh.
  • Mata dengan jumlah 5 sampai 9 lubang kecil pada kujang. Namun, jika kujang tidak memiliki lubang atau mata, senjata ini disebut kapak buta.
  • Tonggong adalah bagian tajam pada bagian belakang kujang.
  • Paksi adalah cincin runcing atau cincin di bagian belakang kujang.
  • Selut adalah pegangan atau cincin di ujung kujang.
  • Combong adalah lubang di pegangan kujang.
  • Ganja atau Landaian adalah sudut lancip ke arah tepi kujang.
  • Kowak adalah sarung senjata dari kayu dan juga memiliki aroma yang unik
  • Pamor adalah serangkaian baris sulungkar atau berupa titik-titik yang digambar pada kujang. Pamor biasanya berperan sebagai nilai seni dan juga sebagai penampung racun.

2. Bedog

Bedog adalah senjata tradisional Jawa Barat yang berukuran lebih besar dari kujang tetapi lebih pendek dari pedang dengan bilah yang tebal dan lebar. Senjata ini juga terbuat dari logam. Namun, saat ini pengrajin biasanya menggunakan bahan baku dari pelat mobil bekas.

Penggunaan senjata bedog dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni bedog gawe atau perkakas untuk peralatan rumah tangga seperti pertanian dan bedog soren atau ahli yang biasanya digunakan sebagai pola petarung atau jagoan dalam pencak silat dan jawara.

Fungsi Senjata Bedog

fungsi bedog ialah sebagai ciri-ciri simbolik yang digunakan untuk meningkatkan harkat dan martabat pemiliknya. Jika dilihat dari segi estetika, bedog digunakan sebagai objek koleksi. Dan jika dilihat dari fungsi ekonominya, bedog mampu memberikan penghidupan bagi masyarakat.

Biasanya senjata tradisional sunda ini terkenal dengan namanya yang bertujuan untuk menghilangkan efek seram dari senjata ini. Namanya adalah “Salam Tunggal”, yang berarti bahwa meskipun membawa bedog, kamu harus memastikan keselamatan dengan mengabdikan diri kepada Yang Maha Kuasa.

Jenis-jenis Bedog atau Golok

Senjata tradisional Jawa Barat ini juga tersedia dalam berbagai bentuk. Berikut beberapa jenis bentuk bedog beserta ciri-cirinya.

  • Bedog Gaplok biasanya digunakan untuk memotong atau mencabut rumput dan tanaman lain di kebun.
  • Bedog atau Golok Pamencitan memiliki panjang 25-27 cm dan lebar hingga 3 cm. Senjata ini berasal dari kata peuncit, yang berarti pertempuran dalam bahasa Sunda. Oleh karena itu, bedok jenis ini biasanya digunakan untuk penyembelihan hewan
  • Bedog atau Pamoroan Golok atau Parang Kelangsungan Hidup Internasional. Parang ini biasanya berukuran 40-50 cm dan lebar hingga 3,5 cm. Jenis senjata ini biasanya digunakan untuk berburu
  • Bedog atau Golok Tani adalah senjata yang biasanya memiliki panjang 25-30 cm dan lebar sekitar 4 cm. Dilihat dari namanya, orang Sunda biasanya menggunakannya untuk kegiatan yang berhubungan dengan pertanian dan perkebunan
  • Bedog atau Golok Pamugeulan memiliki panjang 23 hingga 24,5 cm dan lebar sekitar 6 cm. Orang biasanya menggunakan senjata tradisional ini untuk kegiatan berat seperti penebangan. Hal ini didukung dengan bentuk parang yang cukup besar
  • Bedog atau Golok Sotogayot berukuran panjang 25-27 cm dan lebar 6 cm. Orang Sunda biasanya menggunakan senjata ini untuk memotong bambu atau mengolah bahan bambu
  • Bedog atau golok dapur berukuran 20-23 cm dan lebar 4 cm. Jika namanya menunjukkan “dapur”, dapat disimpulkan bahwa orang Sunda menggunakan senjata ini untuk keperluan dapur seperti memasak dan memotong bahan bakar
  • Golok Panguseupan berukuran panjang sekitar 17-2 cm dan lebar 3 cm. Nguseup berasal dari bahasa Sunda yang berarti “memancing”, sehingga parang ini biasanya digunakan untuk memancing di sungai dan laut
  • Bedog Cepot berukuran mulai dari 15 hingga 17 cm dan lebarnya lebih dari 9 cm. Parang ini biasanya digunakan untuk membelah

3. Patik

Patik adalah senjata tradisional di Jawa Barat yang dalam bahasa Indonesia artinya kapak. Bentuk patik hampir sama dengan kapak modern di perkotaan. Secara tradisional, senjata tradisional ini digunakan oleh masyarakat untuk menebang pohon. Pada zaman dahulu, nenek moyang orang Sunda menggunakan Patik sebagai alat ekspansi.

Yang dimaksud ekspansi adalah membuka areal baru dengan membuka hutan. Tidak hanya itu, penggunaan kapak yang bertahan hingga saat ini adalah sebagai alat untuk mencari kayu bakar atau melakukan pekerjaan berat lainnya. Senjata ini terbuat dari besi dan memiliki ujung yang kuat dan tajam. Panjang gagang kelelawar biasanya sekitar 30-35 cm.

Bilah di ujung senjata ini panjangnya kira-kira 10 cm dan tebalnya mencapai 4 cm. Keunggulan Petik Jawa Barat tradisional adalah kekuatannya. Oleh karena itu, ini adalah alat yang berat, tetapi sangat efisien untuk mendukung pekerjaan masyarakat di bidang kehutanan dan pertanian. Senjata ini juga termasuk dalam senjata tradisional yang sangat populer dan populer di kalangan orang Sunda. Artinya mayoritas petani dan pemburu kayu di sebagian besar wilayah pedesaan menggunakan Patik sebagai senjata.

4. Congkrang

Congkrang adalah salah satu senjata tradisional Jawa Barat yang berbentuk seperti cangkul, tetapi jauh lebih kecil. Senjata tradisional ini tidak digunakan sebagai senjata tempur, sehingga umumnya kurang tajam atau tidak runcing. Senjata tradisional congkrang terutama digunakan untuk mencabut rumput liar dari tanah. Tidak hanya itu, senjata ini juga digunakan untuk membersihkan rerumputan dan tumbuhan liar di persawahan dan kebun. Senjata Congkrang juga memiliki beberapa keistimewaan, seperti kemampuan mengikis rumput hingga ke akar-akarnya. Senjata tradisional ini sudah ada sejak lama dan masih menjadi alat berkebun yang digunakan wanita untuk membantu suaminya.
BACAAN LAINNYA:

5. Ani-Ani (Ketam)

 

Dalam bahasa Sunda, Ani Ani atau dikenal dengan sebutan Etem atau Ketam. Senjata tradisional Jawa Barat ini digunakan untuk memanen padi. Senjata ini biasanya berbentuk pisau kecil yang bisa disembunyikan di telapak tangan.

Senjata tradisional pemanen padi ini menjadi pilihan karena berkembangnya kepercayaan bahwa orang Sunda dan Jawa tidak boleh menggunakan parang dan arit. Dalam kepercayaan ini, Dewi Padi dan Nyai Pohaci Sang Hyang Sri diyakini memiliki kepribadian yang tenang dan lembut, serta ditakuti oleh senjata tajam seperti parang dan arit. Karena itu, jika sang dewi takut, hasil padi yang diperoleh akan buruk. Memanen padi dengan batang yang terpotong tidak hanya membutuhkan waktu, tetapi juga membutuhkan waktu untuk memotong batang. Jadi saat itulah para petani harus menggunakan senjata Ani Ani untuk membantunya. Namun, senjata ini memiliki kelemahan yaitu membutuhkan waktu yang cukup lama, karena setiap pegangan harus dipanen secara akurat.

6. Sulimat

Senjatajata tradisional Jawa Barat yang dikembangkan untuk bekerja di sektor perkebunan, khususnya industri kelapa. Senjata ini biasanya digunakan untuk merobek atau mengupas kulit kelapa. Senjata tradisional ini memiliki dua sisi, bidang horizontal dan bidang vertikal. Sisi horizontal didorong ke tanah untuk bertindak sebagai kaki atau alas, dan sisi vertikal bergerak ke kanan karena digunakan di sisi itu untuk memisahkan buah kelapa dan seratnya. Senjata tradisional ini memang jarang ditemukan, namun kegunaan senjata ini sangat membantu dalam membuat batok kelapa bekerja lebih cepat.

Mengupas kelapa lebih efisien jika menggunakan sulimat. Bahan yang digunakan untuk membuat Sulimat disambung dengan besi untuk membuat kedua sisi senjata, seperti yang telah disebutkan di atas. Namun seiring berjalannya waktu, senjata ini semakin langka ditemukan dan menjadi salah satu senjata tradisional Sunda yang paling canggih.

7. Gacok

Gacok adalah senjata tradisional Jawa Barat dengan bentuk runcing seperti garpu besar. Gacok biasanya digunakan untuk pertanian dan peternakan yang biasanya digunakan untuk mengumpulkan rumput kering, membersihkan kandang, dan membersihkan jemuran. Senjata tradisional ini memiliki gagang berbentuk cangkul. Namun bedanya dengan yang lain, senjata ini tidak bisa menggunakan Gacock untuk menduduki tanah. Berbeda dengan cangkul. Senjata tradisional ini merupakan senjata yang populer di kalangan petani. Selain harganya yang relatif murah, senjata ini juga sangat ringan, hemat energi dan mudah digunakan.

8. Bajra dan Gada

Bajra dan Gada adalah senjata tradisional Jawa Barat yang digunakan pada zaman pra-kemerdekaan sebagai alat perlawanan untuk mengusir penjajah. Bentuk senjata ini merupakan senjata yang digunakan dengan cara mengayun dan memukul. Senjata tradisional Jawa Barat ini biasanya berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan penggunanya.

Gada juga ditemukan saat ini dan memiliki paku di kedua ujungnya, jadi jangan meremehkan goresan dan vajra yang ditimbulkan Gada. Dalam Pertarungan tangan kosong, musuh yang diserang penderita luka dan pendarahan yang sangat mematikan, dan bahkan bisa melihat kepalanya.

Pada zaman dahulu senjata ini populer karena bahan yang digunakan sangat sederhana. Dengan kata lain, bisa dibuat dari bahan yang keras seperti kayu jati dan besi. Namun, seiring berjalannya waktu, senjata ini sudah begitu dilupakan sehingga keberadaannya biasanya hanya bisa ditemukan di museum.

9. Balincong

Balincong adalah senjata tradisional Jawa Barat berbentuk kapak dengan dua sisi tajam. Senjata ini biasanya digunakan untuk membantu dalam pekerjaan pertanian. Hal ini menjadikan senjata Balincong jadi salah satu senjata paling populer di sekitar pedesaan. Senjata tradisional ini memiliki ujung besi. Meskipun gagangnya terbuat dari kayu. Ujung sendiri sendiri memiliki dua sisi dengan bilah yang sama. Sekilas, senjata itu menyerupai kapak. Namun, Balincong tidak memiliki sisi senjata yang datar dan lebar. Senjata Balincong digunakan sebagai alat untuk menggali tanah dan memecahkan batu di ladang. Senjata ini juga berguna untuk tugas-tugas seperti membangun saluran irigasi di sawah dan memperkuat aliran sungai.

Balincong terbagi menjadi 2 jenis yakni Balincong panjang yang biasanya memiliki panjang sekitar 52 cm dengan lebar mencapai 10 cm berbentuk horizontal. Balincong jenis ini biasanya digunakan untuk pekerjaan yang sangat berat. Sedangkan Balincong kecil memiliki ukuran panjang sekitar 38 cm dengan lebar pipihnya 6 cm dan digunakan sebagai senjata alternatif kebutuhan kerja lainnya.

10. Baliung

Baliung adalah senjata tradisional Jawa Barat berbentuk kapak modern. Senjata ini biasanya digunakan untuk menebang pohon besar. Di daerah lain ada senjata seperti Baliung yang hanya berbeda nama dan penyebutannya. Panjang gagang senjata tradisional ini adalah 30-35 cm. Gagang senjata ini terlihat sangat tebal dan berat. Hal ini dikarenakan tingkat tekanan dan daya potong yang sangat tinggi dari senjata ini. Selain itu, senjata ini juga memiliki sisi dan ketebalan yang tajam sehingga dapat menggores kulit pohon yang keras. Bahkan hingga saat ini senjata-senjata tersebut masih banyak digunakan oleh masyarakat, terutama untuk menunjang kegiatan di hutan.

11. Arit

Arit adalah salah satu senjata tradisional Jawa Barat yang masih eksis hingga saat ini. Arit adalah senjata tradisional berbentuk bulan sabit, dengan beberapa fungsi yang digunakan untuk mencari rumput dan senjata lainnya. Di beberapa daerah lain, masih banyak ditemukan jenis senjata tradisional berbentuk arit. Seperti senjata tradisional Madura yang disebut clurit atau senjata tradisional Betawi yang disebut sabit.

Nah, itulah senjata tradisional Jawa Barat yang yang sekaligusa sbagai pekakas  yang meryupakan warisan leluhur Orang Jawa Barat. Selain senjata tradisional, ada beberapa hal tentang budaya Indonesia yang perlu diketahui juga, seperti alat musik tradisional, pakaian daerah, dan makanan tradisional. KLIK DI SINI

Minggu, 30 Juni 2024

BIANGLALA CINTA SEORANG KELANA BAGIAN 5

 BIANGLALA CINTA SEORANG KELANA BAGIAN 5
Karya :  Undang Sumargana,

(Cerita bersambung bagian 5)

Catatan:
teman-temanku yang baik, pembaca yang Budiman, penulis mohon maaf baru bisa melanjutkan ceritanya, hal ini karena kesibukan yang tentu harus lebih dulu diutamakan, selamat membaca cerita bagian 5 dan sengaja penulis, tayangkan kembali bagian akhir dari cerita bagian 4 untuk mengingat Kembali cerita lama.
Selamat membaca 


Tiba-tiba bayangan dan suara itu seolah lenyap disapu angin, seolah -olah membangkitkan kesadaranku dari lamunan berkepanjangan. Ya memang aku tak boleh berlarut-larut dalam kesedihan yang terus-terusan, 3 hari lagi aku di Wisuda, seharusnya dijalani bersamaYanti kekasihku tapi, takdir Allah menentukan lain. (Bersambung ke bagian 5 )

Hari itu hari wisudaku, seharusnya aku bergembira, tapi hari itu aku tak begitu bergairah. Ingatanku pada Yanti sulit kuhapus, tapi aku tak mau kelihatan sedih di depan teman-temanku, di depan orang tuaku, biarlah hati seolah olah disayat sembilu, tapi roman muka harus nampak seperti orang bergembira. Akhirnya acara wisuda yang aku rasakan membosankan itu selesai juga.
Pulang dari Wisuda setelah bersih-bersih dan istirahat, ku duduk depan wisma, dalam suasana mentari terperangkap dalam senja. Cahya yang menguning berbaur dengan cahya lembayung yang hampir mengelam, ada goresan kenangan yang melajur dalam guratan usia, mengiris tipis pedih seperti sayatan sembilu menoreh hati. Usia yang merayap ke ujung waktu, seperti ingin menghempas helaan napas, hidup rasanya ingin berakhir
Hidup harus berakhir ?
Tidak!
Tidak......! “Jangan bodoh kau jangan kau sia-siakan hidupmu saat ini kau telah melampoi berbagai rintangan”.
“Tapi terasa hidupku tak berarti, setelah berusaha memberi arti dalam hidupku”.
“Hidupmu tidak boleh berakhir dengan kematian kekasihmu, masih tersisa perjalanan hidup yang harus kau tempuh”.
“Aneh rasanya apa yang kuidamkan berbuah pahit, seperti pahit buah maja, sepahit empedu yang tak mampu kutelan”.
“Pahit manis kehidupan ada yang mengatur, sadarlah kau sadar...” Seolah olah suara hatiku terus membangkitkan kesadaranku.
“Semuanya karena kematian Yanti”
“Jangan salahkan kematian, itu takdir tuhan yang berlaku dalam kehidupan”
Lembayung langit semakin kelam, rasa hidupku seperti meniti kelam, terasa tak ada sedikitpun binaran cahya. Kulangkahkan kaki menuju sopa, di sana kutumpahkan air mata, tak mampu ku bendung, deras mengalir seolah menyisir relung hati yang tiada bertepi.
“Relakan Yanti kak, Yanti sudah Bahagia di sini, kalau kakak kasihan pada Yanti kakak harus kuat, bangkitlah kak, bangkitlah jangan tepuruk dalam kesedihan” Suara itu terus berbisik ditelingaku.
“Suara Yantikah itu?”
“Ya apapun yang terjadi aku harus Kembali menata kehidupan” Aku harus kembali membuat rencana agar hidup bisa berlanjut.
“ Dua bulan kemudian aku mengajukan perpindahan tugas mengajar, ke daerah tempat asalku di Desa Cikukulu, masih dalam Kec. Karangnunggal, hal ini kulakukan dengan pertimbangan yang matang, setelah berunding dengan orang tuaku, serta dengan pertimbangan agar kesedihanku tak berlarut. Setelah diterimanya SK perpindahan aku berpamitan dengan anak-anak, dengan guru dengan masyarakat, serta orang tua Yanti yang tetap kuhormati, malah dalam jiarah sebelum aku meninggalkan Dusun Citoe, aku panjatkan doa di dekat kuburan Yanti dengan penuh khusu meskipun disertai derai air mata.

“Ya Allah Tuhan Yang Maharahman, Dia gadis baik, tempatkanlah dia di sisimu,

Ya Allah ya Mujibba Syaillin
Ya Allah |ya Mujibba darojatin
Pertemukan aku disurgamu Ya Robb, kepada Mu-lah kutitipkan Yanti gadis baik yang pernah jadi kekasihku, dan kepada Mu-lah aku mohon bimbinganmu agar hidupku lebih baik dan selalu dalam bimbinganmu. Terasa agak lega pikiranku kini.
“Semangat, semangat, semangat ... !” aku mencoba memaotivasi diriku sendiri, mencoba untuk bertekad meraih hidup yang lebih baik.
Kutinggalkan tempat yang penuh kenangan, ada rasa haru berbaur di dalam kalbu, ada rasa lirih dalam bisikan angin, ada gelora rasa yang berbaur dengan deburan ombak lautan, tapi aku harus tetap melangkah uantuk melanjutkan kehidupan. Pamitan terakhir dengan orang tua serta saudara Alm Yanti membangkitkan kesedihan yang sulit kuhindari. Berjalan menyusuri jalan setapak menuju tempat mangkal kendaraan. Sepanjang perjalanan terlihat tanah hangus terbakar api. Tanah yang terbakar api akan menjadi subur, tempat menanam palawija dan buah buahan. Tanah akan melahirkan tetumbuhan , tetumbuhan memberikan kehidupan kepada manusia. Manusia akan melahirkan generasi manusia.
“Tetapi api sendiri menghaguskan dirinya sendiri.”
“Api menghaguskan segalanya, seperti itulah cinta menghanguskan kayu menghanguskan logam mulia, bahkan Cinta menghanguskan hati”
“Jadi cinta adalah menyakitkan?”
“Ya cinta adalah perasaan sedih”
“Dua kekasih dipisahkan dengan maut, yang hidup harus putuskan tali kasih, agar hidup tak larut dengan kesedihan”.
“Hidup tak boleh berhenti pada cinta, jika hidup berhenti, berarti itu sudah mati” .
”Ya mati seperti kekasihmu, maka carilah pengganti yang masih hidup”.
“kalau cari pengganti berarti berkhianat”.
“Ya melupakan yang mati tak berarti berkhianan, sebab yang hidup mesti berlanjut”.
Dialog-dialog terus merasuki pikiranku tak terasa sampai juga di tempat mangkal kendaraann, yang terus membawaku ke tempat tujuan.
Sudah sebulan aku berada di tempat baru, tepatnya aku bertugas di SDN Neglasari berada di Desa Cikukulu, meskipun Desa ini tempat kelahiranku tapi rasanya masih terasa asing. Ku jalani hidup ini dengan penuh kesibukan di berbagai organisasi, di organisasi pemuda, Lembaga Lembaga Desa bahkan dalam organisasi-organisasi lain kuterjuni. Terasa kesedihan mulai berkurang aku larut dalam berbagai kegiatan yang menyita waktu walaun terus berusaha tapi ingatanku pada Yanti sulit untuk kulupakan.
Dua tahun terlewati usia yang terus merayap semakin tua, malah orang tuaku menasehatiku agar aku cepat beristiri.
“Aku harus beristri?”
“Masih adakah perempuan yang ku Cintai?”
“Ya persyetan dengan cinta yang penting aku berumah tangga, dan menjalankankewajibanku sebagai kepala rumah tangga?”
“Menikah tanpa cinta?”
“Haruskah itu kulakukan?”.
“Ya niat dan itikad baik akan menumbuhkan cinta, yang penting kau menjalankan dan memperlakukan istrimu nanti dengan baik yang akhirnya menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang”.
Aku terus berkelana mengembara, untuk mencoba mengepakan sayap, seperti naik kea awang-awang, melintasi cakrawala luas, kemudian meluncur di landasan yang tak kusadari. Aku terus berselancar melayang seperti abu yang diterbangkan hanya melayang tanpa arah, ya memang hidupku seperti abu mengikuti sang bayu yang menerbangkan aku. Akhirnya karena dorongan usia yang semakin tua serta saran dari kedua orang tuaku aku memasuki Babak baru kehidupan berumah tangga, 05 Juli 1991 tepatnya aku mulai membangun bahtera rumah tangga.
Sebagai Kepala Rumah tangga aku berusaha menjadi kepala rumah tangga yang baik, sebagai suami aku berusaha menjadi suami yang baik, walau sulit tumbuhkan cinta tapi dalam berumah tangga cinta bukan segala-galanya, berbuat baik menjalankan kewajiban itu yang harus kulakukan, aku berharap itu merupakan ibadah yang dapat menuntun aku kearah yang lebih baik.karena pada hakekatnya hidup itu adalah ibadah, yang membawa diri kita dalam kasih sayang Allah yang tak tertandingi.
Hidupku terus kujalani dalam kehidupan rumah tangga kelahiran putriku dalam tahun ke dua belas dari pernikahanku membuat aku harus terus bersemangat menjadi kepala RumahTangga dan suami yang baik. Bahkan perjalanan terus berlanjut aku terus melanjutkan pandidikan ke jenjang S2. Kujalani perkuliahan menjelang akhir perkuliahan istriku dilanda sakit, yang membuat aku menjadi sedih dan menambah beban kesibukan yang harus kujalani, Saat itu aku sudah bertugas menjadi Kepala SD di SDN Cibatu 1, banyak meninggalkan tugas pada waktu itu karena istriku menjalani oprasi di salah satu rumahsakit di Bandung. Oprasi telah dijalani setelah menjalani perawatan akhirnya diperbolehkan pulang, meskipu keadaan istriku masih terlihat parah, tapi dengan ijin dokter di bawa pulang.
BACAAN LAINNYA:
Takdir berkata lain kehendak Allah tak terbendung akhirnya isriku meninggalkan kehidupan menghadap Illahi.
Sedih, ya pasti sedih, aku berpelukan dengan putri tercintaku yang saat itu baru kelas 4 SD. Aku telah berusaha mencoba mengobati istriku dengan pengobatan dokter, tapi disini membuktikan bahwa yang menyembuhkan bukan dokter tapi Allah lah yang mempunyai kuasa segalanya. Dadaku seperti tak mampu lagi berguncang ketika menyaksikan kesedihan putriku yang ditinggal ibunya. Tapi apa hendak dikata takdir telah berkata lain, aku yang telah berusaha jadi suami yang baik. Hidupku sendiri sendiri dengan putriku harus kujalani dalam siklus kehidupan itu sendiri. Disaat aku mencoba memahami bahtra perkawinan, kini harus tenggelam kembali dalam lautan kesedihan, tapi harus tegar aku punya tanggung jawab buat ptriku tercinta.
KLIK DI SINI
(Bersambung ke bagian 6)

TUHAN BERI AKU MAWAR HARUM

TUHAN BERI AKU MAWAR HARUM

RAJA SASTRA Judul di atas merupakan sebuah judul puisi yang menggambarkan keagungan cinta. Begitu agungnya Cinta Begitu agungnya cinta sehingga dapat dikatakan bahwa dalam cinta ada misteri yang sulit untuk di buka runtuyan kata yang sangat romantic sekalipun, belum tentu dapat menyimak rahasia di balik cinta. Cinta bisa datang dan pergi tanpa permisi Dengan buaian cinta orang bisa merasakan Bahagia, tapi dengan dahsyatnya gelombang cinta orang bisa terpuruk dalam kesedihan yang tiada ujung.Cinta kadang bergejolak dalam dada para remaja, tapi cinta juga tak pernah mengenal usia.

Para pembaca yang budiman, sesuai dengan judul di atas penulis mencoba menyingkap rahasia cinta dalam gambaran sebuah puisi yang berjudul “TUHAN BERI AKU MAWAR HARUM” Silakan untuk di apresiasi, semoga tulisan ini dapat sedikit menyibak pintu cinta yang penuh misteri.

Selamat membaca:

BACAAN LAINNYA:

TUHAN BERI AKU MAWAR HARUM 

(Undang Sumargana)

Tuhan beri aku mawar harum

Bukan duri-duri cinta yang menyakitkan

Jika aku bisa ingin mencium bibir delimamu

Sepanjang hari darahku  mendidih

Dan berbuih bersama hasrat;

Takdirkan aku jadi pemilik baibir

Atau rambut serta leher indahmu

 

Tuhan, jangan biarkan dia  menggigitku                       

dengan bibir yang sedang kuimpikan.

biarkan api cintaku mendidih dalam  bejana hatiku

aku terlalu banyak menangis sejak

kau hilang dari pandanganku

ku gigit jari manismu

ketika tebangun ternyata yang tergigit jariku

 

Tuhan beri aku mawar harum                                         

bukan duri-duri cinta 

yang mengiris pedih di hati

setiap ujung hujan menyentuh kalbu

adalah mekaran beribu mawar harum

sementara aku bertahan hidup,

bertahun-tahun sanggup tak mati                                

menanti cintamu

 

tuhanku beri aku mawar harum

dalam hening menangkup malam

merajut jaring sutra di denyut jantung                                             

tak akan ku biarkan  binar purnama memudar              

akan tetap kulangitkan harapan                                                    

demi sebuah pencapaian sbuah impian

 KLIK DI SINI

Tasik selatan 04 Juni 2023

src='//pl22704148.highrevenuenetwork.com/50/55/c8/5055c859f9e30182803847ad16e81be5.js'>


RAYAP BERGEROMBOL DAN BERKELIARAN MENGHISAP DARAH RAKYAT

RAYAP BERGEROMBOL DAN BERKELIARAN  

MENGHISAP  DARAH RAKYAT 



RAYAP BERGEROMBOL DAN BERKELIARAN  MENGHISAP  DARAH RAKYAT 

Para pembaca yang Budiman…..!

Mari kita ucapkan selamat datang era kolonialisme baru dan salam Pancasila buat Rayap penghisap Darah rakyat . 

  • Rayap berkeliaran di mana-mana dan sulit dibasmI  karena mereka saling melindungi 
  • Rayap berkeliaran di seantero negeri disetiap intansi rayap bergerombol di mandor-mandor  bangunan rayap memakan semen-semen untuk bahan bagunan , sehingga takarannya dikurangi,
  •  Rayap bergerombol dijalan jalan sehingga takaran aspal banyak dikurangi.
  •  Rayap brkumpul digunukan beras-beras BANSOS, sehingga rakyat melarat banyak yang tidak mendapat bagian kadang jatahnya diambil rayap  berdasii.  
  • Rayap menggerogoti uang uang jatah pakir miskin  sehingga uangnya rusak bahkan sampai musnah dan berkurang . merongrong kewibawaan negeri, di perpajakan rakyat datang menggerogoti setoran rakyat,  di beberapa kementrian rayap datang memanipulasi anggaran. Bahkan dianggota Dewanpun rayap menyerang mengisap darah rakyat. Bahkan sampai dipedesaan di kelurahan di ke RT-an banyak rayap mencari mangsa.  
  • Rayap memang jahat kadang datang bergerombol saling melindungi kejahatan yang dilakukannya.

Berbicara masalah Rayap, Taufik Ismail dalam puisinya yang berjudul ” Negeriku Sedang Dilahap Rayap" menggambarkan keadaan negeri kita berada  dalam tatanan kehidupan yang semerawut penuh dengan kejahatan yang dilakukan oleh manusia berdasi.

Negeri ini memang sedang diserang rayap sehingga keadaannya tidak baik-baik saja. Anggota Dewan yang dipilih rakyat, banyak yang mengambil kepurtusan menyakiti rakyat. Fakta banyak oknum pejabat  yang tersandung kasus korupsi, gratifikasi menggambarkan bahwa banyak dari mereka lebih memilih mementingkan diri sendiri , mereka banyak yang jadi maling makan uang rakyat.  Beban hutang negara membuat negri ini sepertinya telah tergadaikan. Kolonialisme baru telah melanda negeri kita.

Para maling-maling negeri berjalan berjamaah, saling menutupi, sehingga sulit untuk ditembus oleh hukum. Rakyat sengsara cari kerja sulit pengangguran merajalela. Sulit rasanya rakyat merasakan kesejahtraan, karena negeri ini sudah banyak dikuasai maling.

Pembaca yang Budiman, Penulis mengajak para pembaca untuk mencoba mengapresiasi dua Puisi Karya Taufik Ismail dengan judul yang sama dibuat dalam waktu yang berbeda, namun gambaran isinya hampir sama. Mari kita bandingkan dan apresiasi dua puisi tersebut.

Selamat membaca  dan mengapresiasi karya sastrawan ternama ini.

 

Negeriku Sedang Dilahap Rayap

(Karya Taufik Ismail)

  

Kita Hampir Paripurna

menjadi Bangsa Porak- Poranda,

Terbungkuk Dibebani Hutang

dan Merayap Melata Sengsara di dunia.

Pergelangan Tangan dan Kaki Indonesia “DIBORGOL” di Ruang Tamu Kantor Pegadaian Jagat Raya.

Negeri kita “Tidak Merdeka Lagi”,

Kita sudah jadi Negeri Jajahan Kembali.

Selamat Datang dalam

“Zaman Kolonialisme Baru,”

Saudaraku.

Dulu penjajah kita “Satu Negara”,

Kini penjajah kita “Multi-Kolonialis”

banyak bangsa.

Mereka “Berdasi Sutra”,

Ramah-Tamah luar biasa

dan Banyak Senyumnya.

Makin banyak kita

“Meminjam Uang,

Makin Gembira”

karena “Leher Kita

Makin Mudah Dipatahkannya”.

Bergerak ke kiri “Ketabrak Copet”

Bergerak ke kanan “Kesenggol Jambret”,

Jalan di depan “Dikuasai Maling’,

Jalan di Belakang penuh “Tukang Peras”,

Yang di atas “Tukang Tindas.”

Lihatlah PARA MALING itu

kini mencuri secara Berjamaah.

Mereka berSaf-Saf Berdiri Rapat,

Teratur Berdisiplin dan Betapa Khusyu’.

Begitu rapatnya mereka berdiri

susah engkau menembusnya,

Begitu Sistematis.

Itukah rezim yang kalian banggakan dan di bela-bela.

Lalu dari sisi mana hebatnya rezim sekarang ini.

NEGRIKU SEDANG DILAHAP RAYAP

(Karya Taufik Ismail)




Anak-anak tak bisa bersekolah 11 juta murid, pecandu narkoba 6 juta anak muda, pengungsi perang saudara 1 juta orang, VCD koitus beredar 20 juta keping, kriminalitas merebat disetiap tikungan jalan

dan beban hutang di bahu 1600 trilyun rupiahnya.

Pergelangan tangan dan kaki Indonesia diborgol diruang tamu Kantor Pegadaian Jagat Raya, dan dipunggung kita dicap sablon besar-besar:

Tahanan IMF dan Penunggak Bank Dunia.

Kita sudah jadi bangsa kuli dan babu,

menjual tenaga dengan upah paling murah sejagat raya.

Ketika TKW-TKI itu pergi

lihatlah mereka bersukacita antri penuh harapan dan angan-angan di pelabuhan dan bandara,

ketika pulang lihat mereka berdukacita karena majikan mungkir tidak membayar gaji, banyak yang disiksa malah diperkosa

dan pada jam pertama mendarat di negeri sendiri diperas pula.

Negeri kita tidak merdeka lagi,

kita sudah jadi negeri jajahan kembali.

Selamat datang dalam zaman kolonialisme baru, saudaraku.

Dulu penjajah kita satu negara,

kini penjajah multi kolonialis banyak bangsa. Mereka berdasi sutra,

ramah-tamah luar biasa dan banyak senyumnya.

Makin banyak kita meminjam uang, makin gembira karena leher kita makin mudah dipatahkannya.

Di negeri kita ini, prospek industri bagus sekali. Berbagai format perindustrian, sangat menjanjikan, begitu laporan penelitian.

Nomor satu paling wahid, sangat tinggi dalam evaluasi, dari depannya penuh janji, adalah industri korupsi.

Apalagi di negeri kita lama sudah tidak jelas batas halal dan haram, ibarat membentang benang hitam di hutan kelam jam satu malam. Bergerak ke kiri ketabrak copet,

bergerak ke kanan kesenggol jambret, jalan di depan dikuasai maling,

jalan di belakang penuh tukang peras, yang di atas tukang tindas.

Untuk bisa bertahan berakal waras saja di Indonesia, sudah untung. Lihatlah para maling itu kini mencuri secara berjamaah.

Mereka bersaf-saf berdiri rapat, teratur berdisiplin dan betapa khusyu’. Begitu rapatnya mereka berdiri susah engkau menembusnya.

Begitu sistematiknya prosedurnya tak mungkin engkau menyabotnya. Begitu khusyu’nya, engkau kira mereka beribadah.

Kemudian kita bertanya, mungkinkah ada maling yang istiqamah?

Lihatlah jumlah mereka, berpuluh tahun lamanya, membentang dari depan sampai ke belakang, melimpah dari atas sampai ke bawah,

tambah merambah panjang deretan saf jamaah.

Jamaah ini lintas agama, lintas suku dan lintas jenis kelamin. Bagaimana melawan maling yang mencuri secara berjamaah?

Bagaimana menangkap maling

yang prosedur pencuriannya malah dilindungi dari atas sampai ke bawah? Dan yang melindungi mereka, ternyata,

bagian juga dari yang pegang senjata dan yang memerintah. Bagaimana ini?

Tangan kiri jamaah ini menandatangani disposisi MOU dan MUO (Mark Up Operation),

tangan kanannya membuat yayasan beasiswa, asrama yatim piatu dan sekolahan.

Kaki kiri jamaah ini mengais-ngais upeti ke sana kemari, kaki kanannya bersedekah, pergi umrah dan naik haji.

Otak kirinya merancang prosentasi komisi dan pemotongan anggaran, otak kanannya berzakat harta,

bertaubat nasuha

dan memohon ampunan Tuhan.

Bagaimana caranya melawan maling begini yang mencuri secara berjamaah? Jamaahnya kukuh seperti diding keraton,

tak mempan dihantam gempa dan banjir bandang,

malahan mereka juru tafsir peraturan dan merancang undang-undang,

penegak hukum sekaligus penggoyang hukum, berfungsi bergantian.

Bagaimana caranya memroses hukum maling-maling yang jumlahnya ratusan ribu, barangkali sekitar satu juta orang ini,

cukup jadi sebuah negara mini,

meliputi mereka yang pegang kendali perintah, eksekutif, legislatif, yudikatif dan dunia bisnis, yang pegang pestol dan

mengendalikan meriam, yang berjas dan berdasi. Bagaimana caranya?

Mau diperiksa dan diusut secara hukum?

Mau didudukkan di kursi tertuduh sidang pengadilan? Mau didatangkan saksi-saksi yang bebas dari ancaman? Hakim dan jaksa yang bersih dari penyuapan?

Percuma

Seratus tahun pengadilan, setiap hari 8 jam dijadwalkan Insya Allah tak akan terselesaikan.

Jadi, saudaraku, bagaimana caranya?

Bagaimana caranya supaya mereka mau dibujuk, dibujuk, dibujuk agar bersedia mengembalikan jarahan yang berpuluh tahun

dan turun-temurun sudah mereka kumpulkan.

Kita doakan Allah membuka hati mereka, terutama karena terbanyak dari mereka orang yang shalat juga, orang yang berpuasa juga, orang yang berhaji juga.

Kita bujuk baik-baik dan kita doakan mereka.

Celakanya,

jika di antara jamaah maling itu ada keluarga kita, ada hubungan darah atau teman sekolah,

maka kita cenderung tutup mata, tak sampai hati menegurnya.

Celakanya,

bila di antara jamaah maling itu ada orang partai kita, orang seagama atau sedaerah,

Kita cenderung menutup-nutupi fakta, lalu dimakruh-makruhkan

dan diam-diam berharap

semoga kita mendapatkan cipratan harta tanpa ketahuan.

Maling-maling ini adalah kawanan anai-anai dan rayap sejati. Dan lihat kini jendela dan pintu Rumah Indonesia dimakan rayap.

Kayu kosen, tiang,kasau, jeriau rumah Indonesia dimakan anai-anai. Dinding dan langit-langit, lantai rumah Indonesia digerogoti rayap.

Tempat tidur dan lemari, meja kursi dan sofa, televisi rumah Indonesia dijarah anai-anai.

Pagar pekarangan, bahkan fondasi dan atap rumah Indonesia sudah mulai habis dikunyah-kunyah rayap.

Rumah Indonesia menunggu waktu, masa rubuhnya yang sempurna.

Aku berdiri di pekarangan, terpana menyaksikannya.

Tiba-tiba datang serombongan anak muda dari kampung sekitar. “Ini dia rayapnya! Ini dia Anai-anainya! ” teriak mereka.

“Bukan. Saya bukan Rayap, bukan!” bantahku.

Mereka berteriak terus dan mendekatiku dengan sikap mengancam.

Aku melarikan diri kencang-kencang. Mereka mengejarkan lebih kenjang lagi. Mereka menangkapku.

“Ambil bensin!” teriak seseorang. “Bakar Rayap,” teriak mereka bersama.

Bensin berserakan dituangkan ke kepala dan badanku.

Seseorang memantik korek api. Aku dibakar.

Bau kawanan rayap hangus. Membubung Ke udara.

KLIK DI SINI

Jakarta, 2008


Sabtu, 29 Juni 2024

CITA RESMI ATAU DYIAH PITALOKA RELA MATI DEMI HARGA DIRI DAN KESETIAAN PADA AYAH DAN KERAJAAN

 CITA RESMI ATAU DYIAH PITALOKA RELA MATI
DEMI HARGA DIRI DAN KESETIAAN PADA AYAH DAN KERAJAAN

(Judul Asli :Ajen Diri di Tegal Pati)

Cita resmi atau Dyiah Pitaloka rela mati demi harga diri  dan kesetiaan pada ayahnya dan kerajaan . Ini cerita berkaitan dengan Perang Bubat  dalam naskah Sunda. Dalam naskah Sunda Kono juga yang di ceritakan di Tanah Jawa dalam “Paruruton dan Kidung Sundayana”, yang pernah terjadi dibahas lagi. Dalam cerita Parahiyangan disebut “Perang Campuh” kalau dalam “Paruruton” disebutnya “Pasundan Bubat”.

 CITA RESMI ATAU DYIAH PITALOKA RELA MATI
DEMI HARGA DIRI DAN KESETIAAN PADA AYAH DAN KERAJAAN

Naskah Naskah Yang Berkaitan dengan Cerita

rajasastra-us.blogspot.com  Cita resmi atau Dyiah Pitaloka rela mati demi harga diri  dan kesetiaan pada ayahnya dan kerajaan . Ini cerita berkaitan dengan Perang Bubat  dalam naskah Sunda. Dalam naskah Sunda Kono juga yang di ceritakan di Tanah Jawa dalam “Paruruton dan Kidung Sundayana”, yang pernah terjadi dibahas lagi. Dalam cerita Parahiyangan disebut “Perang Campuh” kalau dalam “Paruruton” disebutnya “Pasundan Bubat”.

Cita resmi atau Dyiah Pitaloka rela mati demi harga diri  dan kesetiaan pada ayahnya dan kerajaan . Dalam “Kidung Sundayana”  cerita ini  digambarkan hampir secara keseluruhan dan   dalam naskah ini menceriterakan apa yang dialami oleh Raja Sunda dan Pengiringnya dalam perang Bubat. Perang Bubat digambarkan sampai bagian  yang sekecil-kecilnya, apa lagi yang menjadi penyebab dan akibatnya. Cerita dibangun dalam bentuk puisi Tembang jawa. Namun karena banyaknya penggambaran suasana yang dibikin sedih sehingga jalannya cerita tidak sejalan dengan kejadian sebetulnya.

Sementara Naskah Kuno yang membahas kejadian perang Bubat yaitu Naskah “Pangeran Wisangkerta yang disusun dalam akhir abad ke-17 kalau dibaca secara teliti dapat pada tragedy kejadian tersebut.

Cerita Perang Bubat

Dalam waktu yang telah ditentukan yaitu bulan Agustus 1357 Prabu Maharaja Bersama rombongan  berangkat ke Maja Pahit mau menikahkan Putrinya yang bernama Dewi Citaresmi atau yang dikenal pula Dyia Pitaloka. Usia Citaresmi pada waktu itu 18 tahun. Ibunya tidak ikut berangkat karena  putranya yang dua masih kecil, Niskala Wastyukencana baru berusia 9   tahun dan Ratna Parwati masih bayi.

Berangkat dari Kawali berjalan kaki sampai Pelabuhan  Muara Gunung Jati  (Di basisir Gunung Jati  di Cirebon Sekarang. Dari Muara Jati naik perahu  layer menyebrang lautan menuju kearah Timur mengarah ke Basisir selatan Tanah Jawa dan melewati selat Madura  dan sampai di muara Sungai Brantas, akhirnya sampai Pelabuhan Bubat (daerah Mojo Kerto Sekarang) Rombongan akhirnya berhenti dan naik ke darat dan beristirahat. 

Sesampainya ke Bubat, Prabu Maharaja merasa heran karena hampir sampai ke pusatr Kerajaan Maja Pahit tidak ada yang menjemput dari pribumi sebagai mana mestinya. Padahal rombongan itu adalah Rombongan Raja dari kerajaan lain apalagi ini rombongan Calon Suami Raja Kerajaan Maja Pahit Hayam Wuruk. 

Prabu Maharaja mengirim utusan bahwa rombongan Calon Pengantin sudah hampir sampai, Tapi Jawaban Gajah Mada yang menjadi pemimpin rombongan dari Maja Pahit sungguh menyakitkan hati dan merendahkan pihak  Prabu Maharaja dan negaranya. Kata Gajah Mada Putri Sunda harus dipasrahkan sebagai upeti suatu tanda bahwa Kerajaan Sunda tunduk menjadi bawahan Maja Pahit.  Kalau tidak mau Rombongan Kerajaan Sunda akan di bunuh oleh pihak Kerajaan Maja Pahit.

Tentu saja Raja Bersama rombongan merasa dihina dan dalam tekad yang kuat untuk menjaga kehormatan diri dan negara. Prabu Maharajadan dan rombongan bersumpah daripada menyerah lebih baik mati, akhirnya terjadlah perang yang disebut “Perang Bubat” terjadinya perang Bubat di Tegal Bubat Hari Selasa tanggal 13 paropeteng Bulan Bhadrawada tahun 1276 Saka (4 September 1357 Masehi.

Dalam peperangan yang memang jumlahnya tak seimbang pasukan Kerajaan Sunda berusaha melawan memporak-porandakan pasukan Maja Pahit. Akhirnya Prabu Maharaja terbunuh beserta rombongan kerajaan. Melihat Ayahnya meninggal Dewi Cita Resmi mengambil senjata milik pribadinya Patrem, Dia menusukan Patrem tersebut ke dirinya. Menandakan kesetiaan kepada Ayahnya menjungjung Harga diri membela negara dan lemah cai.

BACAAN LAINNYA:

Berita dari kejadian tersebut sampai pada Hayam Wuruk. Hayam wuruk mengetahui bahwa Cita Resmi yang menjadi pujaan hatinya telah meninggal merasa sakit dan merasa malu karena terhadaporang Sunda telah berkhianat. Menyayangkan dengan sikap Patih Gajah Mada yang menjadi penyebab runtuhnya kebenaran di Maja Pahit dan matinya Cita resmi yang jadi pujaannya. Secepatnya mayat mayat Putri Cita resmi serta ayahnya dan para pengiringnya di kuburkan dengan kehirmatan sebagaimana pembesar kerajaan. Secepatnya mengirimkan utusan ke Tanah Sunda menjelaskan kejadian dan sekaligus minta maaf.

Hayam Wuruk sakit keras sulit untuk diobati, Dewan Keluarga  Keraton  berniat menghukum Patih Gajah Mada, tapi Gajah Mada melarikan diri dari pusat negara melarikan diri ke hutan.

Kata Pangeran Wisangkerta  di Negarakertabumi saat perang bubat Bumi Sunda bergemuruh dann kejadian Gemba bumi yang besar dan mengalami Gerhana matahari, kata maharesi sunda pertanda bahwa Karajaan Sunda bakal mengalami kejadian yang menyedihkan luar biasa.

Dari sejak kejadian itu dari tragedy yang menyedihkan menjadi lambing Keperwiraan dan kesetiaan  Maharaja. Maharaja Namanya menjadi harum serta dicintai orang Sunda sampai sakarang dan mendapat gelar Prabu Wangi. Sejak saat itu raja-raja Sunda yang besar jasanya terhadap rakyat mendapat gelar Prabu Sili Wangi./span>

Dan Gajah Mada bagi orang Sunda termasuk orang Barbar yang haus kekuasaan dan telah menghianati kerajaan Sunda dan Rajanya sendiri. Tak layak jika orang sunda menganggap Gajah Mada Sebagai pahlawan.

Sumber : Terjemahan dari buku “Nu Maranggung dina Sejarah Sunda Karya Edi S Ekadjati

KLIK DI SINI


Rabu, 26 Juni 2024

BIANGLALA CINTA SEORANG KELANA BAGIAN 4

BIANGLALA CINTA SEORANG KELANA

Karya : Drs. Undang Sumargana, M.Pd

(Cerita bersambung bagian 4)

BIANGLALA CINTA SEORANG KELANA BAGIAN 4

Rekan-rekan yang Budiman, mohon maaf sambungan cerita ini diterbitkan agak terlambat, karena kelalaianku, disebabkan kesibukan yang berkaitan dengan tugas, selamat

Fiktif atau paktakah cerita ini?

Cerita ini merupakan cerita fiktif yang diangkat dari Sebagian besar  kenyataan hidup yang dialami, sekesil apapun semoga ada hal yang perlu diteladani dari cerita ini.

Selamat membaca dan menanggapi cerita ini 

rajasastra-us.blogspot.com Bayang-bayang waktu seperti tangan, seolah mulai membawa aku dalam kehidupan yang  bertaburan bunga, seperti kuntum yang mulai bermekaran, dalam keharuman nafas yang menggelorakan kebahagiaan, lantunan cinta seolah mulai menelisik  di dalam hati. Kebersamaan dengan  Yanti, seolah-olah dibuai dalam musikalisasi dari petikan gitar yang dimainkan para bidadari. Kuliahku dengan Yanti sudah menginjak semester akhir, tinggal Menyusun skripsi menghadapi sidang akhir dan bers-beres administrasi. Tentu saja aku  dan Yanti sudah menata rencana ke masa depan memasuki masa pertunangan dengan penuh keseriusan setelah restu kedua orang tuaku dan orang tua Yanti, Hidup itu memang aneh, hidup itu memang Ajaib, prmainan waktu yang telah menebarkan gelatar di gelora rasa, seperti goresan sebuah lukisan yang menebar keindahan tiada tara. Pikiranku tak pernah diam dari rancangan cita-cita melukis senja di masa datang.

“Kak jika kita telah menikah, jika kita telah tua, akankah kakak mengasihiku seperti sekarang?” Yanti tiba-tiba membuka pembicaraan saat duduk di depan rumahnya diterangi cahaya bulan.

“Masihkah kau meragukan aku?, dalam prinsip hidupku, kalau aku sudah menikahimu, berarti kau pilihan terakhir?”

“Kalau kakak lupa janji?”

“Kewajiban  istrilah untuk mengingatkannya”

“Tetapi lelaki suka lupa janji”

“Lupa berarti tak ingat, berarti tugas istrilah harus selalu mengingatkan jangan sampai suami berbuat salah, bersama-sama membangun kebenaran.”

“Tapi kebenaran itu bisa dimanipulasi kak”.

“Walaupun dimanipulasi kebenaran tetap kebenaran, tak bisa digantikan dengan hal yang salah, dan pada dasarnya kebenaran adalah sari kehidupan”

“Jadi kebenaran sari kehidupan”

“Kebenaran adalah inti kehidupan yang berkaitan dengan hati nurani, bersandar pada aturan agama, yang akan menjadi kebenaran hakiki yang Universal”.

Bersama Yanti kekasihku hidup terasa begitu indah, meskipun adakalanya berselisih paham tapi bisa diselesaikan dengan baik

“Yanti beberapa bulan lagi kita menyelesaikan kuliah, siding akhir  dan setelah itu kita menikah”.

“Jaga dirimu baik-baik jangan sampai terjadi apa-apa”

“Juga kaka”

“ya juga aku”

Waktu terus berjalan, selangkah lagi aku dan yanti menyelesaikan kuliah, dan hari itu yanti berangkat sendiri ketempat kuliah karena aku  ada tugas yang tak dapat kutinggalkan. Ada rasa lain ketika yanti berpamitan berangkat menuju campus, seolah-olah tak bisa bertemu lagi, tapi bayangan buruk itu akhirnya sirna, dengan menghadapi tugas lain yang bisa kukerjakan.

Minggu hari itu, tiba tiba aku dengar kabar bis yang biasa berangkat Tasik-Pamayang membawa muatan dari Tasik ke Pamayang mengalami kecelakaan masuk jurang setelah melewati belokan sehabis perkebunan karet. Pikiranku gelisah jangan-jangan Yanti berada di Bis itu. Benar saja 10 menit setelah itu dapat kabar Yanti ada Di Puskesmas Cipatujah, dengan hati yang kalut aku segera berangkat ke sana bersama keluarga Yanti. Sampai  di sana yanti ada diruangan perawatan dengan balutan di Kepala, tangan dan kaki, terlihat lukanya begitu parah.

“Makasih kak, kakak sudah datang”

“ Ya Bersama ayah dan Ibumu, sudahlah istirahat jangan banyak bergerak dan bicara”.

“Mana ayah dan Ibu ku Kak?”

“Ini nak, sudahlah jangan banyak bergerak”.

“Ayah , Bu, Kak, Kepala Yanti sakit, maapkan Yanti, mungkin ini terakhir Yanti bicara sama, Ayah, Ibu dan Kakak”.

“Sudahlah nak kau pasti sembuh, jangan bicara yang tidak-tidak” Bu Haji bicara sambil berderai air mata.

“Ya nak kau pasti sembuh”  Pak Haji yang sekarang bicara sambil menahan tangis.

“Kak, kakak jangan sedih, aku pergi, relakan aku kak, Kakak sayang sama Yanti  kan?, aku pergi sekarang  kak, relakan aku kak!”.

“Tolong genggam tangan aku kak!”

“Ya sayang” Aku melihat ada tetesan air mata tergenang di kelopaknya. Ada kepiluan yang mengiris hatiku, ada bayangan hampa dalam tatapan matanya yang mulai meredup, desahan  suara halus  dari mulutnya.

“Ayah, mah, kak, sudahlah jangan menangis, sesungging senyum terlihat dari getar bibirnya, tiba-tiba tatapan mata tajam membarengi lapad Allah yang diucapkan, makin pelan-pelan dan tatapan matanya mulai meredup Bersama berhentinya geletar bibirnya, dan detak darah nadi di tangannya tidak ada lagi,

“Subhanalloh, kau telah pergi Dik Yanti” dokterpun datang dan memeriksa detak jantungnya.

“Ibu Bapak, mohon yang sabar , putra Ibu /Bapak telah menghadap Illahi”.

Seperti tersentak aku mendengar perkataan dokter, isak tangis keluarga Yanti pun terdengar begitu pilu, akupun,  sebagai lelaki tak sanggup menahan deraian air mata, seolah olah ada kehampaan yang menyeruak dalam dadaku, ada kesedihan yang mengiris pilu menembus hati, merasakan kegelapan dalam gulita yang begitu pekat. Dunia tiba-tiba berada dalam gulita, kematian Yanti kekasihku merupakan pukulan berat dalam hidupku.

Ini hari ke-7 kematian Yanti, langit yang dulu bercahaya gemilang kini mengelam dalam kesenduan. Cahaya  yang dulu sering menuntun aku, rasanya jadi patah di tengah, yang kurasakan hanya kegelapan yang berkepanjangan ysng dirasa sulit untuk bangkit, keluarga Yantipun sama seperti yang kurasakan, ibunya terutama yang sering terlihat berderai air mata, Ini terasa kesepian yang begitu menyiksa setelah baru saja berkumpul Bersama banyak orang setelah melaksanakan tahlillan. Hanya pak Haji ayahnya Alm Yanti yang terlihat tegar, mungkin karena beliau begitu kuatnya dasar agama yang melekat pada dirinya.

Kematian Yanti, menoreh duka yang menyekap dalam dadaku. Duka yang menyekap  membuat hidupku berantakan, kelam yang membentang, mengiris perih menoreh luka di dalam jiwa. Bersama desiran angin seolah ada suara halus mengurai kesunyian, suara seolah-olah piala cinta yang diusung para malaikat dibawa dari sang  kekasih.

Purnama ke-6 aku masih merasakan  sisa sisa kesedihan , aku duduk di beranda wisma. Cahya bulan yang dulu terasa indah, kini terasa cahaya pekat yang menyisakan luka di dada, ada haru yang terus terusan menusuk lerung kalbu.

“Enam bulan yang lalu kita bisa menikmati cahya bulan purnama berdua  di tepi pantai”.

“Jangan sedih kak, seharusnya kakak bergembira karena kakak telah lulus jadi Sarjana, tinggal acara pesta menghadiri Wisuda pengukuhan Gelar Drs. Yang telah kakak sandang”

“seharusnya kegembiraan itu dirasakan bersama Dik Yanti sayang?”

“Sudahlah kak, kakak sayang kan pada Yanti, relakan Yanti kak, di sini Yanti telah merasakan kebahagiaan yang tiada bandingnya, bangkitlah kak, ayo bangkit, kakak lelaki yang kuat yang masih harus menjalani hidup dengan penuh semangat”   Di sini  

Tiba-tiba bayangan  dan suara itu seolah lenyap disapu angin, seolah -olah membangkitkan kesadaranku dari lamunan berkepanjangan. Ya memang aku tak boleh  berlarut-larut dalam kesedihan yang terus-terusan, 3 hari lagi aku di Wisuda, seharusnya dijalani bersamaYanti kekasihku tapi, takdir Allah menentukan lain.                      (Bersambung ke bagian 5 )

 

Featured Post

HABIB ALI ALHABSYI DENGAN KAROMAHNYA

KHARAMAH HABIB ALHABSYI:  BISA DENGAR SUARA TASBIH DAN BENDA MATI HABIB ALI ALHABSYI DENGAN KAROMAHNYA Habib Ali Alhabsyi nama lengkapnya H...