BERANDA

Tampilkan postingan dengan label CERITA SILAT. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label CERITA SILAT. Tampilkan semua postingan

Selasa, 23 Juli 2024

PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI PANTAI SDELATAN (Seri Sepasang Rajawali Sakti Dari Gunung Galunggung Bagian 1)

SEPASANG RAJAWALI SAKTI 
DARI GUNUNG GALUNGGUNG

(Bagian 1)
Kehadiran Bayu di Gunung Galunggung memberikan warna tersendiri dan kegembiraan bagi semua anggota Padepokan Jejer Galunggung, mereka merasa bangga dengan kehadiran sepasang Pendekar Kembar yang di juluki Sepasang  Rajawali Sakti dari Gunung Galunggung. Dan nama Padepokan Jejer Galunggung telah tersiar ke mana-mana, membuat para pendekar dari luar berdatangan terutama mereka penasaran ingin menguji kesaktian Sepasang Rajawali Sakti dari Gunung Galunggung.

Cuplikan Akhir Cerita Yang Lalu

rajasastra-us.blogspot.com Selanjutnya giliran Ayu lestari memeragakan jurusnya, kebetulan dalam jarak 20 meter ada pohon besar yang berdiri, ayu menyuruh semua menjauh dari pohon tersebut, setelah aman Ayu Lestari merentangkan tangannya ke depan tak lama kemudian ia melontarkan pukulan jarak jauh kea rah pohon tersebut, sinar panas keluar dari tangannya.

“Pukulan Galura Laut Kidul” Dari tangannya melesat sinar warna kebiruan menuju pohon besar, pohon itu sampai rantingnya hangus dan selang beberapa detik merosot ke bawah jadi gunukan abu halus, semua yang hadir terbelalak melihat semua pohon jadi keprulan debu yang halus, mereka pada yakin Ayu lestaripun bukan gadis sembarangan. Pantas saja dia diberi gelar sepasang “Rajawali Sakti” KLIK DI SINI 

“Para Pembaca yang Budiman cerita selanjutnya bersambung dalam Episode

“Sepasang Rajawali Sakti Dari Gunung Galungung (Bagian 1)”

SEPASANG RAJAWALI SAKTI 
DARI GUNUNG GALUNGGUNG

(Bagian 1)
Kehadiran Bayu di Gunung Galunggung memberikan warna tersendiri dan kegembiraan bagi semua anggota Padepokan Jejer Galunggung, mereka merasa bangga dengan kehadiran sepasang Pendekar Kembar yang di juluki Sepasang  Rajawali Sakti dari Gunung Galunggung
SEPASANG RAJAWALI SAKTI  DARI GUNUNG GALUNGGUNG

Kehadiran Bayu di Gunung Galunggung memberikan warna tersendiri dan kegembiraan bagi semua anggota Padepokan Jejer Galunggung, mereka merasa bangga dengan kehadiran sepasang Pendekar Kembar yang di juluki Sepasang  Rajawali Sakti dari Gunung Galunggung. Dan nama Padepokan Jejer Galunggung telah tersiar ke mana-mana, membuat para pendekar dari luar berdatangan terutama mereka penasaran ingin menguji kesaktian Sepasang Rajawali Sakti dari Gunung Galunggung. Dan hari itu Padepokan Jejer Galungung di datangi 2 pendekar yang ngakunya datang dari pulau sebrang dari Gunung Krinci, kedatangan mereka dengan cara baik-baik dan bertingkah sopan, sehingga disambut para penghuni Padepokan dengan sopan juga.

“Maaf Ki sanak aku ingin bertemu dengan pendekar yang bergelar Sepasang Rajawali Sakti. 

“Untuk apa kau bertemu dengan tuanku?”

“Antarkan saja jangan banyak tanya!”

Kebetulan pada waktu itu Bayu sedang berada dekat pintu gerbang Padepokan, segera menghampirinya”.

“Tuan ingin bertemu dengan Pendekar Rajawali Sakti?”

“Ya Bocah, segera antarkan aku!”.

“Baik tuan yu aku tunjukkan”.

Kedua Pendekar itu dibawa ketempat pertemuan, dia tidak menyadari bahwa orang itulah yang dia tanyakan. Setelah menempatkan kedua tamu itu Bayu segera menghampiri adiknya Ayu Lestari, dan keduanya telah berdandan mengenakan pakaian yang dianugrahkan pada waktu pemberian gelar.

Kedua tamu itu telah dijamu dengan makanan dan minuman tradisonal yang menjadi ciri khas Gunung Galunggung. Sayat Bayu Samudra dan Ayu Lestari menghampirinya, dia tidak percaya bahwa sala satu pendekar yang ia temui adalah yang mengantarkannya tadi.

“Pagi Ki Sanak berdua, maafkan akua gak lambat menemuinya”.

“Pagi Pendekar, benarkah kau orang yang aku tuju?” dua pendekar itu merasa tidak percaya karena Pendsekar yang bergelar Sepasang Rajawali Sakti dari Gunung Galunggung begitu muda, namunn kewibawannya dan pancaran kesaktiannya sudah mulai terasa.

“Perkenalkan aku Bayu Samudra, dan ini adikku Ayu Lestari, yang mendapat gelar Sepasang Rajawali  dari Gunung Galunggung”.

“Perkenalkan aku Angga Dipa dan ini adiku Wisnu Dipa dari Gunung kerinci, orang menyebutku Sepasang Cameti api dari gunung Kerinci , langsung saja pada pokok masalah, kehebatan Sepasang Pendekar  Rajawali  dari Gunung galunggung sudah banyak didengar di sebrang aku penasaran ingin mencoba sampai dimana kehebatannya”. Dia berkata dengan sopan tapi tersimpan rasa kepongahan dan merendahkan lawan bicaranya. 

“Oh begitu, tidakah ad acara lain tak usah menjajal kehebatan masing-masing?”

“Sudahlah tak usah basa-basi, ikut saja kelapangan yang luas?”.

Rupanya teman yang satunya sudah tidak sabar, dia meloncat menuju lapangan diikuti oleh lawan bicaranya.  Bayu Samudra dan Ayu pun sudah meloncat dengan seperti terbang dengan kecepatan yang luar biasa. Sehingga ia terlebih dulu telah berada di lapangan yang luas.

Melihat lawannya telah berada di lapang terlebih dahulu, dua Pendekar dari Gunung Kerinci, sudah bisa dipastikan bahwa lawannya bukan pendekar sembarangan.

“Terimalah seranganku?” dia menyerang dengan kecepatan tinggi, tapi hanya mengenai angin, sebab Bayu lawannya menghilang dan sudah tertawa di belakangnya.

“Jangan tergesa-gesa sobat, nih aku ada dibelakangmu”. Bayu hanya berkelit dengan kecepatan yang tak dapat diikuti oleh mata.

Lawannya melakukan serangan susulan dengan menebarkan hawa panas, sebaliknya Bayu membendungnya dengan menggunakan jurus Badai Salju menimpa Bumi, akibatnya Hawa panas yang tadi ditebarkan musnah dan hawa dingin menyelimuti pendekar dari Gunung kerinci.

Ditempat lain Ayu lestari sedang diserang lawan habis-habisan, tapi ia bergerak lincah jangankan serangan itu menyentuhnya, malah membuat lawannya kesal dan emosi.

“Hemh gadis Jelita, jangan terus berkelit, terimalah jurusku Rahwana merangkul Sinta”, lawan Ayu berubah badannya jadi besar dan tangannya terpentang lebar, melihat keadaan lawannya Ayu Lestari tidak panik, Ia cepat menggunakan jurus pernahanan “Karang menahan Gelombang, akibatnya lawannya terpental dengan keras ke Belakang beberapa meter dan akhirnya jatuh dengan posisi terlentang, badannya Kembali ke semula dan merasakan sakit akibat terbanting tadi”.

“Hahaha…kau seperti anak kecil yang minta peremen malah berguling di tanah” Ayu lestari memanas-manasi lawan.

Lawan Bayu yang baru saja mengatasi rasa dinginnya, langsung saja menyerang dengan Jurus Harimau kerinci menerkam lawan, desertai dengan auman yang keras dengan pengerahan tenaga dalam yang tinggi, membuat orang yang sudah pada menyaksikan bergidik ketakutan. Badannya berubah menjadi harimau besar dengan taring dan kuku yang tajam. 

“Auummm”, terkaman itu begitu cepat tapi bayu hanya menghindar dengan jurus raja kera mengecohlawan.

BACAAN LAINNYA:

“Auum” Kembali menerkam dengan cepat, kali ini bayu hanya diam sambil meletakan telapak tangannya di dada. Semua orang mengira bahwa kali ini badan Bayu akan dikoyak-koyak oleh taring dan kuku tajam dari harimau jelmaan pendekar dari Gunung kerinci. Tapi yang terjadi sebaliknya Harimau itu mental beberapa  meter, seolah menabrak benda keras, dalam keadaan jatuh tertelungkup dan meringis kesakitan. Akhirnya harimau itu berubah ke wujud semula dan meringis kesakitan. 

“Sudahlah kawan tak perlu ada pertumpahan darah diantara kita”

“Hemmh jangan dulu sombong kau anak muda, apa kau ketakutan?”

“Maaf taka da rasa takut pada diriku kecuali oleh Allah, hanya yang tak kuharapkan pertarungan yang sia-sia”.

“Baik pertarungan ini kuhentikan, hanya kau berikan adikmu untuk ku jadikan istri”.

“Bangsat tiba-tiba Ayu lestarti yang sudah melumpuhkan lawannya langsung menyerang, Dengan Jurus Gelombang Samudra menghantam karang?” Untung saja Bayu segera menyelamatkan lawannya dengan cara menyambar dengan kecepatan 3 kali kecepatan badai. Serangan tersebut hanya mengenai batu besar yang akibatnya batu tersebut melorot jadi keprulan debu. 

Melihat kehebatan jurus tersebut kedua pendekar dari kerinci itu nyalinya jadi ciut, ia sadar bahwa ke dua pendekar itu bukan tandingannya. Apa lagi ia telah diselamatkan oleh Bayu lawannya tadi.

Akhirnya kedua pendekar itu menunduk lesu dengan rasa malu dan rasa segan yang menyelimuti hatinya.

“Terima kasih pendekar kau telah selamatkan nyawaku, aku sekarang yakin bahwa gelar Sepasang Rajawali Sakti dari Gunung galunggung bukan omong Kosong, tapi sepasang pendekar hebat yang sulit tandingannya”.

“Kakak kenapa kau selamatkan pendekar bermulut busukitu?”

“Sudahlah Ayu tak perlu berlebihan, biarlah mereka untuk menikmati hidupnya” Ayu Lestari akhirnya emosinya surut, mendengar kata bijak kakaknya”. 

“Ialah Ayu biarlah mereka menjadi sahabat kita” Wijana menimpalinya, dan mendengar perkataan Wijana akhirnya menyejukkan Kembali hati Ayu”

Akhirnya kedua pendekar itu di bawa ke balai Padepokan, luka-luka di badan mereka diobati sehingga sembuh dengan cepat. Kedua pendekar itu malah dijamu dan disediakan tempat peristirahatan.

Meraka pada mengumpat dalam hati

“Sepasang Pendekar Muda yang hebat, berbudi luhur, jauhdari kesombongan, apa lagi dengan kemampuan ilmunya yang begitu hebat dengan usianya yang masih belia. Hal itu membuat hatinya bagitu tulus dan malu karena selama ini merasa dirinya paling kuat.

“Dik selama ini kita terlalu sombong terlalu membanggakan kemamampuan diri kita, padahal dibandingkan 2 Pendekar Rajawali kita taka da apa-apanya”.

“Ya, Kak malu aku merasakan keluhuran budi mereka dan keramahankeramahan penghuni padepokan ini. KLIK DI SINI

PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI PANTAI SELATAN BAGIAN 8

PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI PANTAI SELATAN 

BAGIAN  8

(Undang Sumargna) 

Dari seja habis magrib semua murid Padepokan sedah pada berkumpul, panggunbesar belandongan sudah berdiri dengan kokoh di setiap penjuru dipasang obor-obor besar membuat suasana menjadi terang. Para pendekar lain  dari berbagai penjuru mulai berdatangan, mereka pada ingin meyaksikan pemberian gelar di Padepokan Jejer Galunggung  yang katanya diberikan pada sepasang  pendekar muda yang sakti. Terutama mereka ingin menjajal kehebatan dua pendekar tersebut, mereka pada penasaran sehebat apa sepasang pendekar tersebut.
PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI PANTAI SELATAN 

rajasastra-us.blogspot.com/Dari seja habis magrib semua murid Padepokan sedah pada berkumpul, panggunbesar belandongan sudah berdiri dengan kokoh di setiap penjuru dipasang obor-obor besar membuat suasana menjadi terang. Para pendekar lain  dari berbagai penjuru mulai berdatangan, mereka pada ingin meyaksikan pemberian gelar di Padepokan Jejer Galunggung  yang katanya diberikan pada sepasang  pendekar muda yang sakti. Terutama mereka ingin menjajal kehebatan dua pendekar tersebut, mereka pada penasaran sehebat apa sepasang pendekar tersebut. 

Waktu isa telah berlalu, para murid padep[okan Jejer Galungung sudah pada berkumpul, para undanganpun para pendekar dari berbagai padepokan sudah pada datang. Akhirnya Acara dimulai dan dimulai dengan peragaan jurus jurus dari murid-murid Padepokan Jejer Galounggung, Sebelum pemberian gelar Ayu lestari dan Bayu Naik ke atas Panggung, mereka berpakaian kulit harimau dan sepatu kulit manjangan dan ikat Kepala dari kulit harimau pula diselipi Bula raja Wali hanya yang membedakan Ayu diselipi bulu Rajawali berwarna putih sedangkan Bayu berwarna Hitam. Keduanya berdiri dengan kecantikan dan kegagahannya.

“Saudara-saudaraku ini muridku yang akan diberi gelar sepasang Pendekar  Rajawali dari Gunung Galungung, Kedua putraku ini telah dididik dengan guru Yang berbeda meskipun satu aliran. Bila ada diantara kalian ingin mencoba menjajal kehebatannya silakan, tapi ingat hanya sekedar menjajal tanpa saling mencelakai”.

Para pendekar yang sudah penasaran dari tadi sudah pada meloncat tapi dibatasi seorang seorang. Pendekar bertubuh hitam berbadan besar lebih dulu meloncat keatas pangung sambil senyum seolah-olah mencibir. 

“Hemh aku sutarsa dari Garut siapa yang mau meladeni aku” Bayu telah berdiri tapi terlebih dulu Ayu lestari telah mendahuluinya.

“Biarlah kakang aku terlebih dulu mencobanya “ kata Bayu lestari memberi hormat pada kakaknya.

“Apa tidak sebaiknya kalian maju berdua” Sutarsa berbicara dengan congkaknya

“Kau pantas jadi istriku gadis mu.., “Tapi sebelum bicaranya selesai karena kesal atas omongannya Ayu sudah menyerangnya secepat kilat.

“Nih tahan seranganku” serangan Ayu kali ini mengenai pipi sutarsa meskipun hanya menggunakan tenaga kecil cukup membuat sutarsa sempoyongan, dia merasa malu dan terbakar emosinya.

“Nih tahan seranganku gadis cilik” Secepat kilat Ayu sudah berada di belakang membuat Sutarsa hampir saja jatuh dari atas panggung besar, dan disoraki pendekar dan penongton lainnya. Dia makin emosi maka melakukan serangan lagi dengan kecepatan tinggi”

“hiiiaaat serangan beruntun mengarah ke badan serta kepala Ayu, Lagi lagi Ayu memperlihatkan kehebatanya, dia mensahanya dengan jurus menahan gelombang, akibatnya sutarsa terpental jauh keluar panggung dan jatuh tertelungkup sejauh 4 meter, akhirnya dia mundur dengan merasakan kesakitan dan sadar bahwa Ayu lestari pendekar wanita yang betul-betul berilmu tinggi.

BACAAN LAINNYA

Beberapa pendekar yang berdatangan Sebagian mulai ciut nyalinya, tapi banyak juga yang penasaran, sudah 9 orang mencoba dilayani oleh Ayu dan bergantian dengan Bayu. Dan giliran ke 10 orang tersebut meloncat dengan cepat di atas panggung kali ini Bayu Samudra yang melayani.

“Perkenalkan anak muda aku Ki Wongso  dari Banten, ingin mencoba menjajal kehebatanmu, tapi kalau kau kalah harap adikmu kau serahkan untuk jadi istriku” 

Ayu wajahnya memerah saking kesalnya, tapi Bayu menasehatinya.

“Biarlah Ayu giliranku untuk melayaninya”. Kiwongso langsung mengirimkan jurus yang Cukup berbahaya,  Bayupun tahu bahwa lawannya kali ini cukup Tangguh, beberapa jurus telah berlalu, namun Bayu belum menggunakan tenaga sepenuhnya, Membuat Ki Wongso merasa di atas angin.

“Anak muda aku tunggu kau di bawah” sambil meloncat dari atas panggung. Bayupun  mengikutinya. 

Ki Wongso tiba tiba mencabut senjata goloknya yang cukup besar dan kuat.

“Nih anak muda keluarkan senjatamu” 

“Tidak Ki Wongso cukup kulayani dengan tanganku saja”

“Jangan menyesal bila badanku tercabik cabik dengan golokku” dengan tenangnya Bayu bergerak menghindari golok dengan kecepatan tinggi, Ki Wongso makin penasaran sabetan goloknya selalu menyambar tempat kosong, sudah beberapa jurus ia memainkan goloknya, tapi semakin cepat ia menyerang semakin ia kecapaian.

“Nih terimalah jangan dulu merasa menang anak muda” Golok Ki Wongso berputar seperti baling-baling baling dengan kecepatan tinggi, merangsak kea rah Bayu seolah-olah tak memberi ruang gerak. Semua yang hadir sudah pada khawatir melihat keadaan bayu yang terdesak, tapi Ayu malah melihat dengan tenang karena ia tau Kakaknya belum menggunakan jurus-jurus tingkat tinggi.

“Mati kau anak mudaa” dengan kecepatan tinggi golok Ki wongso terus merangsek kearah badan Bayu semua yang menyaksikan yakin badan Bayu akan tercabik-cabik.

”Waduuuh”, tiba tiba jerit kesakitan dari tengah pertarungan. Orang pada pada melihat dan yakin yang menjerit itu Bayu, Tapi ternyata Bayu sedang berdiri sambil memagang Golok Ki Wongso.  Sedangkan Ki Wongso berada sekitar 2 meter dari Bayu jatuh terlentang.

“Kau Hebat anak Muda. Aku menyerah dan mengakui keunggulanmu, Sambil memegang Bahunya yang melepuh terkena Pukulan Sagara Geni dari Bayu.

“Sudahlah bangunlah Ki Wongso, taburkanl;ah bubuk ini untuk mengobati luka bakarmu” Ki wongso memberi hormat dan bayupun menyalami sambil memeluknya dan menyerahkan Kembali golok Ki Wongso

“Terima kasih anak muda, sudah sepantasnya gurumu hari ini akan menganugrahkan gelar” . Ki Wonso pergi ke tempat duduk tadi, sedangkan Bayu cepat meloncat Kembali di atas panggung. Dan akhirnya ditunggu beberapa menit tidak ada lagi yang berani maju.

Akhirnya Ki Adiyaksa dan Abiyaksa telah berada di atas pangung, setelah itu ki Adiyaksa dan maju berbicara dengan lantang.

“Saudara-saudaraku, kita lupakan pertarungan yang tadi saatnya aku menganugrahkan gelar kepada putra-putriku yaitu Bayu Samudra dan putriku Ayu Lestari sejak saatini mereka bergelar Sepasang Rajawali dari Gunung Galunggung” 

Tiba tiba Adiyaksa bersuit dua kali dan berdatanganlah Rajawali Hitam  dan Rajawali putih disusul dua harimau yang satu harimau lodaya dengan bulu loreng dan yang satu harimau putih, keduanya sudah berada dipanggung sedangkan kedua Rajawali masing masing berada dipundak Bayu Samudra dan Ayu Lestari, yang menyaksikan Sebagian merasa takut dengan kehadiran harimau itu.

“Saudara-saudaraku ini tunggangan mereka masing-masoing binatang-binatang ini akan selalu menjadi teman mereka waktu bepergian, Dan ini rompi dari Kulit manjangan akan selalu di pakai mereka, rompi ini tidak akan tembus dengan senjata tajam apapun karena telah dipagari dengan ramuan kesaktian Sembilan wali. Semua menjadi terkagum-kagum apalagi Rompi tersebut telah di pakai dan dicoba dengan senjata tajam.

Akhirnya pesta hari itu diakhiri dengan ramah tamah dan mencicipi makanan, semua yang hadir pada bergembira dan Wijana Bayu Samudra sera Ayu Lestari selalu duduk bertiga. Ki Wongso yang tadi bertarung dengan Bayu mendekati Bayu.

“Pendekar maapkan perkataanku yang kasar tadi, dan terima kasih untuk obat luka bakarnya, obat itu betul-betul mujarab”.

“Oh Ki Wongso, sudahlah anggap diantara kita tak terjadi apa-apa, ayolahduduknya di sini dekat aku”

“Perkenalkan ini Sahabatku Wijana dari Padepokan Maung Lodaya di tepi pantai Cikawung Ading”

“Hemh kau pasti pendekar hebat lah”

“Sahabatku ini Bayu yang hebat, aku taka da apa-apanya”. Akhirnya mereka mengobrol begitu akrab, dan Ki Wongso mengundangnya ke Banten kalau ada waktu. Ki Wongso merasakan keramahan dan kerendahan hati mereka dan timbul kekaguman dalam hatinya. Selesai makan-makan dipanggung diisi dengan berbagai hiburan peragaan peragaan jurus yang telah dikuasai dan Bayu didaulat untuk meragakan salah satu jurus andalannya

“Semua yang hadir di sini saya akan memperagakan jurus Badai Salju menimpa bumi bertahanlah kalian dari pengaruh jurus tersebut” Bayu merentangkan tangannya di atas tiba-tiba hawa dingin keluar dari tangannya, semua yang hadir menahan hawa dingin yangterasa menerpa tubuhnya, ada perasaan dingin yang menimpa mereka bahkan ada yang sudah tak tahan merasakan hawa dingin yang menyengat, selang 10 menit Bayu menarik lagi jurusnya dan hawa dingin itu lenyap seketika, semua orang pada kagum dan jika dibiarkan beberapa lama mungkin darah mereka akan membeku akibat hawa dingin yang ke luar dari tangan Bayu. Semua yang hadir pada kagum begitu juga para pendekar yang hadir saat itu mereka semua yakin bahwa Bayu pendekar mumpuni yang sulit untuk mencari tandingnya.

Selanjutnya giliran Ayu lestari memeragakan jurusnya, kebetulan dalam jarak 20 meter ada pohon besar yang berdiri, ayu menyuruh semua menjauh dari pohon tersebut, setelah aman Ayu Lestari merentangkan tangannya ke depan tak lama kemudian ia melontarkan pukulan jarak jauh kea rah pohon tersebut, sinar panas keluar dari tangannya.

“Pukulan Galura Laut Kidul” Dari tangannya melesat sinar warna kebiruan menuju pohon besar, pohon itu sampai rantingnya hangus dan selang beberapa detik merosot ke bawah jadi gunukan abu halus, semua yang hadir terbelalak melihat semua pohon jadi keprulan debu yang halus, mereka pada yakin Ayu lestaripun bukan gadis sembarangan. Pantas saja dia diberi gelar sepasang “Rajawali Sakti” KLIK DI SINI 

“Para Pembaca yang Budiman cerita selanjutnya bersambung dalam Episode

“Sepasang Rajawali Sakti Dari Gunung Galungung”

Senin, 22 Juli 2024

PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI PANTAI SELATAN BAGIAN 7

 PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI PANTAI SELATAN 
BAGIAN  7

(Undang Sumargna) 

Pendekar Bayu Samudra dan Wijana akhirnya pergi menuju Gununt Galunggung, setelah hampir sampai di Kaki Gunung Galungung, Bayu agak kesulitan untuk menentukan arah, akhirnya diputuskan untuk menunggangi Burung Rajawali, Beberapa saat dia mengintai tempat kediaman Kakek tua Adiyaksa, akhirnya dia menemukan sebuah pedepokan diputuskannya untuk turun, dan berjalan beberapa saat, tapi baru berejalan beberapa Langkah Bayu dan Wijana dihadang oleh beberapa orang.
PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI PANTAI SELATAN  BAGIAN  7

rajasastra-us.blogspot.com-   Dalam kisah masa lalu diceritakan bahwa Bayu Samudra dan Wijana berhasil mengalahkan penjahat yang memeras kehidupan Desa Parungponteng, dia berhasil membuat para perampok itu insap. beberapa hari menetap disana dan akhirnya meneruskan perjalanannya ke Gunung Galunggung.

Ayo mari ikuti cerita selanjutnya!

--Pendekar Bayu Samudra dan Wijana akhirnya pergi menuju Gununt Galunggung, setelah hampir sampai di Kaki Gunung Galungung, Bayu agak kesulitan untuk menentukan arah, akhirnya diputuskan untuk menunggangi Burung Rajawali, Beberapa saat dia mengintai tempat kediaman Kakek tua Adiyaksa, akhirnya dia menemukan sebuah pedepokan diputuskannya untuk turun, dan berjalan beberapa saat, tapi baru berejalan beberapa Langkah Bayu dan Wijana dihadang oleh beberapa orang.

“Hai Anak muda mau ke mana kau?, sembarang saja masuk pedepokan tanpa ijin”.

“Aku mau bertemu dengan pemimpin pedepokan ini kakek  Adiyaksa”.

“Sembarang saja kau mau bertemu dengan guruku”

“Pulang saja atau kupenggal kepalamu”

“Sabarlah Ki Sanak katakan saja kepada gurumu Aku Bayu Samudra dan temanku Wijana dari Laut selatan”.

Beberapa orang yang menghadang nyalinya begitu ciut mendengar nama Bayu Samudra, sebab dia sudah diberitahukan oleh gurunya akan kedatangan Pendekar muda dari Laut Selatan”

“Maaf-maaf pendekar aku tidak mengira bahwa yang datang Pendekar Sakti dari Laut Selatan, tidak disangka bahwa pendenkar masih belia dan berwajah tampan”.

“Tidak apa-apa aku hanya orang biasa yang mendapat undangan dari Kakek Adiyaksa, bisakah kau menunjukan tempat gurumu”

“Ya pendekar aku antar, maafkan perlakuan kasar tadi”

“Sudahlah tak perlu dipersoalkan, kamu hanya menjalankan tugas”

Akhirnya sampailah ditempat Kakek Adiyaksa, setelah dia menunggu sebentar di bale tempat pertemuan, akhirnya Kakek Adiayaksa menemuinya.

“Selamat datang ditempatku anak muda, terimakasih terima kasih kau telah memenuhi undanganku”.

“Maafkan Kek kedatangan kami merepotkan, dan kami ditemani dengan Kakaku Wijana, Putra dari Pemimpin perguruan Lodaya Gunung”

“Salam kenal anak muda” Kata Kakek Adiyaksa sambil merangkulnya.

“Istirahat dulu biar nanti kita bicara hal-hal yang penting setelah penatmu reda”.

“Tidak lama kemudian, datang seorang gadis belia seumuran Bayu, membawa air dan beberapa makanan”. Yang diherankan wajah gadis itu mirif  Bayu, Wijana mencuri pandang, dan gadis itu kebetulan menengoknya, wijana malu dan ada perasaan lain dalam hatinya”.

“Perkenalkan ini Cucuku Ayu lestari”. Gadis itu memberi hormat dan  tersenyum.

“Biarlah nanti menunggu kedatangan gurumu Bayu Adik seperguruanku Abiyasa kita bicara panjang lebar".

“Jadi Kakek Abiyasa Guruku akan datang juga Kek”

“Yah aku sudah berjanji dengan Abiyasa untuk berkumpul hari ini”

BACAAN LAINNYA

Dalam hati Bayu merasa gembira yang luar bniasa, sedangkan Wijana, merasa heran memikirkan kesamaan paras Gadis tadi dengan Bayu Samudra, tak kalah pentingnya memikirkan kecantikan dan senyumannya tadi.

Setelah beberapa lama mengobrol akhirnya kedatangan Abiyasa yang dinanti-nanti tiba juga. Begitu datang Bayu langsung memeluknya, merasakan kerinduan setelah beberapa taun tak jumpa.

“Sudahlah Bayu meskipun kita tak pernah jumpa aku terus mengawasi gerak-gerikmu baik secara langsung maupun berita dari adik  seperguruanku Adiyaksa”

“Jadi-jadi Kakek Adiyaksa itu paman guruku, ya begitulah biar nanti kita cerita panjang,”

“Biarkan gurumu istirahat dulu nanti kita  sebelum bercerita Bayu ”. Kata adiyakya sambil memeluk adik seperguruannya.

Setelah beberapa lama beristirahat akhirnya, Kakek Adiayaksa memanggil Cucunya Ayu Lestari dan beberapa orang muridnya.

Setelah berkumpul akhirnya Kakek Adiyaksa bercerita

“Kakakku Abiyasa dan Kau Nak Bayu serta Nak Wijana serta murid muridku yang pada hadir, sengaja kami berkumpul untuk mengemukakan  hal yang dianggap rahasia dan sangat penting, yang pertama Bayu Gurumu adalah Kakak seperguruanku, yang waktu muda selalu Bersama-sama, lalu yang tak kalah pentingnya Cucuku Ayu Lestari, kau dan Bayu kuselamatkan Bersama-sama dengan Kak Adiyaksa desebuah rumah waktu itu kau nak Ayu dan Bayu berada dalam pelukan ibu yang mati ditangan perampok, maaf aku dan Kakang Abiyaksa tak bisa menyelamatkan ibu dan ayahmu, karena kedapatan ibumu telah dibunuh perampok, dan menurutketerangan penduduk itu Nak Bayu dan Cucuku Ayu, adalah anak kembar Kakak beradik”.Sementata Kakek Adiyaksa menghentikan pembicaraan dan melirik kepada Bayu dan Ayu”

Tiba-tiba Ayu Lestari menghampiri Bayu sambil menangis dipangkuannya

“Kakaaaak, kau-kau ternyata kakakku”. Keduanya tak mampu melanjutkan berkata kata hanya tangis yang mengharukan dan mereka saling berpelukan semua yang menyaksikan ikut larut dalam rasa haru yang memilukan.

Stelah Bayu dan Ayu lestari melepaskan rasa harunya, kemudian kakek Adiyaksa melanjutkan percakapanya.

“Kang Abiyasa, sabagaimana kita telah kita rundingkan bahwa kita merencanakan memberikan Gelar kepada dua murid-murid kita yaitu Bayu Samudra dan adik kembarnya Ayu Lestari. Mereka akan mendsapatkan Gelar sepasang Elang Sakti dari Gunung Galunggung. Kebetulan Bayu sudah mempunyai tunggangan Elang Hitam dan Ayu Lestari mempunyai tunggangan Elang Putih, Juga mereka sudah diwariskan masing-masing tasbih dari batu Giok yang mempunyai kekuatan yang luar biasa, dan nanti malam mereka akan disaksikan oleh murid muridku semua memperagakan jurus-jurus sakti yang telah dimilikinya.

Wijana yang mendengarkan percakapan tersebut, sekarang yang ada dalam pikiranya terjawab tuntas, dia semakin hormat pada Bayu, dan mengharapkan jadi kaka iparnya.

Setelah selesai percakapan tersebut dan menceritakan pengalaman Bayu pada gurunya dan bertemu dengan paman gurunya, mereka pada melanjutkan obrolan masing-masing, Bayu terus melanjutkan obrolan dengan adiknya disertai Wijana kakek Abiasa dan Kakek Adiyaksa ngobrol dengan murid murid Paman Adiyaksa.

Selanjutnya Bayu mengenalkan lebih dalam teman akrab yang telah dianggap saudaranya. Ayu Lestari begitu hormat pada Wijana, dan di hati Ayu ada rasa simpati yang mendalam pada Wijana.

“Kak-kak ajak dong Ayu ke tempat Kakak” Ayu berkata dengan manja merajuk pada Kakaknya.

“Ya tergantung Wijana, mau enggak Ajak adiku yang cerewet itu?”

Wijana dan Ayu memerah pipinya, ada rasa malu dan gembira yang disembunyikan.

Di luar murid murid Kakek Adiyaksa sedang beramai-ramai mempersiapkan belandongan untuk upacara penmberian gelar nanti malam, dan Ayu mengajak jalan-jalan melihat situasi diluar. Setibanya mereka di luar hampir semua orang memberi hormat kepada 3 pendekar muda itu

“Slam hormat kami pendekar”. Perwakilan murid memberi hormat diikuti oleh teman-temannya yang lain.

“Sudahlah kalian tak perlu berlebihan, kalian semua kuanggap saudaraku, bersikaplah seperti biasa pada teman sendiri”. Bayu berkata dengan rendah hati diikuti saling bersalaman dengan bayu dan Wijana. Sedangkan Ayu Lestari menatap dari dekat sambil memuji kerendahan hati kakak dan temannya Wijana. Ayu terus membawa Bayu dan wijana menyelusuri padepokan yang diberi nama padepokan “Jejer Galunggung”. Dalam sehari hari padepokan tersebut dikelola oleh Ayu dan beberapa muridnya, karena kakeknya sering berkelana meninggalkan padepokan tersebut. Sehari iru mereka menyelusuri sekitar padepokan dan Bayupun memperkenalkan elang hitam kepada tunggangan Ayu Elang Putih. Mereka berduapun terlihat mudah akrab, sepertinya kedua binatang itu tau bahwa tuannya kakak beradik. Sedangkan Sibelang dperkenalkan kepada murid-murib perguruan Jejer Galunggung. Akhirnya setelah mereka berkeliling dilanjutkan dengan pesta makan Bersama, dengan menikmati sate Manjangan yang berhasil diburu. Terus ngobrol-ngobrol dan beristri rahat menunggu malam untuk pemberian Gelar pada dua Pendekar muda.

KLIK DI SINI

Bersambung ke bagian 8

PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI PANTAI SELATAN BAGIAN 6

PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI PANTAI SELATAN 
BAGIAN 6

(Oleh : Undang Sumargana)

“Siapa kau kalau berani mendekatlah hadapi aku” Bayu meloncat dengan cepat diikuti Wijana terjadilah pertarungan sengit, sedangkan beberapa penduduk memburu para perampok yang tak tahan merasakan dingin akibat pukulan Bayu.
PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI PANTAI SELATAN  BAGIAN 5

rajasastra-us.blogspot.com/ “Siapa kau kalau berani mendekatlah hadapi aku” Bayu meloncat dengan cepat diikuti Wijana terjadilah pertarungan sengit, sedangkan beberapa penduduk memburu para perampok yang tak tahan merasakan dingin akibat pukulan Bayu.

“Hai bocah cilik kau cari mati terimalah sabetan golokku”

Sesepat kilat bayu Samudra menghindari sabetan golok Ki Durga, tiba-tiba dia sudah ada di belakang Ki Durga. Ki Durga herang tiba-tiba lawannya sudah berada di belakang.

“Aku berada di belakangmu Ki Durga” Ki durga terbakar emosinya dengan cepat dia memutarkan sabetan goloknya kea rah lawan, pikirnya sabetan kali ini akan mencingcang Badan Bayu. 

“Setan kau mampuslah kali ini kau!’

“Hemh golokmu sudah berada ditanganku” tanpa terasa golok Ki Durga sudah berada di gengaman Bayu”. Ki Durga Baru sadar bahwa kali ini berhadapan dengan pendekar yang cukup Tangguh. Apa lagi goloknya langsung dibengkokan dengan mudah oleh Bayu.

“Syetan kau, jangan dulu berbesar hati bocah cilik kau akan merasakan senjata andalanku.

Ki durga mengeluarkan pecut, yang terlihat begitu dilecutkan mengeluarkan api seperti sambaran kilat, dan suara menggelegar. Bayu hanya bertahan dengan jurus menahan gelombang Samudra, iahanya sekedar menguji sampai di mana keampuhan pecut itu.

Wut-wut-wut pecut mengarah kea rah Bayu sambil mengeluarkan sambaran api, tapi sambaran api itu malah balik arah menyerang Ki Durga.

“Ki durga makin penasaran ia mengeluarkan pukulan membelah gunung” Bocah syetan matilah kau.

Bayu meloncat sambil meloncat mengarahkan pukulan segaro geni ke tangan Ki Durga

“Ciaat segoro Geni”. Walaupun pukulan itu tidak menggunakan tenaga sepenuhnya tapai membuat tangan Ki Durga kepanasan, hampir saja dia melepaskan cambuknya. Dengan sadar Ki durga menyalurkan tenaga dalamn untuk menyembuhkan lukanya. Bayu hanya tersenyum kalau dia berniat bisa saja Bayu melontarkan pukulan waktu Ki Durga menarik pecutnya. Tapi Bayu tidak bermaksud membinasakan lawannya. Dia hanya  menunggu ki Durga menyembuhkan pukulannya.

“Syetan siapa sebenarnya kau bocah cilik?”

“Namaku Bayu Samudra Pendekar dari Pantai Selatan”.

“Hemh aku Mau tau sampai dimana kekuatanmu, ketahuilahj kau sekarang berhadapan Ki Durga   raja perampok yang turun dari gunung Kawi”.

“Kejahatanmu sudah cukup dikenal, dan hari ini akan kumusnahkan”.

“Jangan dulu sombong bocah cilik, terimalah Ajian ilmu tenung dari rawa lakbok”.

Tiba tiba Ki durga duduk dan merapalkanjampi-jampi yang mengandung kekuatan syetan, tubuhnya bergetar disetai angin yang begitu besar terdengar jeritan jeritan menakutkan yang makin lama makin dekat dan makin mengerikan. Bayu sadar bahwa ia berhadapan dengan ilmu hitam tingkat tinggi, Segera iapun duduk sambil menadahkan dua tangan meminta perlindungan pada Allah. Tiba tiba di sekeliling bayu asap hitam menyelimuti  sekelilingnya dan berubah jadi mahluk mahluk yang menakutkan badanya berbulu hitam matanya menonjol keluar dan taring-taringnya begitu mengerikan. Bayu sadar matanya terpejam memusatkan pikiran sambil membacakan ayat-ayat Alloh.

Yang melihat begitu ngeri dalam pikirnya bayu akan jadi santapan Iblis Rawa Lakbok, sedangkan beberapa perampok telah dilumpuhkan oleh wijana. Tiba-tiba derdengar suara erangan menakutkan dari mahluk mahluk iblis tersebut sambil bersamaan menerjang Bayu, Tapi Apa yang terjadi.

Bayu memutarkan Tasbihnya keluarlah sinar-sinar keperakan dari serratus bilangan tasbih tersebut menuju mahluk-mahluk iblis tersebut. Terdengar jeritan kesakitan yang mengerikan Dari mahluk-mahluk tersebut. Bersamaan dengan itu Ki durga yang tadinya duduk terlempar beberapa meter dan akhirnya terbaring tak berdaya dengan rasa kesakitan yang tiada tara.

Semua penduduk yang melihat kejadian pada saat itu bergembira dan beberapa orang melugas golok memburu Ki durga dan beberapa penjahat.

Bayu cepat mencegahnya dengan suara yang penuh wibawa.

“Jangaaan, jangaan lakukan penganiayaan pada orang yang sudah tidak berdaya, biarkan mereka hidup”. Dihampirinya Ki Durga yang sudah tergeletak,

“Aaampuuun anak muda aku mengaku kalah silahkan bunuh aku”.

“Tiidak Ki Durga aku tak pantas menghabisi nyawamu, kau dan teman-temanmu masih pantas hidup dan ada kesempatan untuk bertobat”.

“Penjahat seperti aku sudah tak pantas untuk diampuni dan diberi kesempatanm hidup.”

“aku dan penduduk di sini memberi kesempatan untuk kau dan teman-temanmu untuk hidup”

“Ka Wijana bawa teman-teman ki Durga untuk berkump[ul di sini”. Setelah berkumpul Bayu merentangkan tangannya dan menebarkan hawa murni untuk menyembuhkan para perampok”. Semua para perampok termasuk Ki Durga sembuh dari kesakitannya, lantas semuanya bersimpuh dihadapan Bayu”.

“Ampun anak Muda segeralah berikan hukuman pada kami”

“Tidak Ki Durga aku mengampunimu semua, tapi dengan satu sarat kau jangan lakukan kejahatan lagi tidak jadi perampok”

“Aku bersumpah tidak akan jadi perampok, dan aku mau hidup layak seperti penduduk biasa, sekarang apa yang harus kulakukan?”

BACAAN LAINNYA:

“Tunggu saja dulu aku mau berunding dengan penduduk dan tua kampung di sini” Bayu berusaha meyakinkan pada tua kampung dan penduduk di sana dan mereka diterima menjadi penduduk di sana untuk hidup berbaur dengan penduduk kampung. Akhirnya keputusan itu disampaikan oleh Bayu kepada para perampok tadi, Bayupun menyampaikan hasil keputusan kepada para perampok, dan para perampokpun memandang bayu dengan rasa segan dan rasa takjub akan budi baik pendekar muda tersebut.

Bayu dan Wijana terpaksa beberapa hari berada di Parungponteng, sambil melihat perkembangan mantan para perampok, setelah tiga hari Berada ditempat itu dan maelihat perkembangan baik yang meyakinkan Bayu dan Wijana berpamitan dan meninggalkan pesan untuk para penduduk dan para mantan perampok. Kegarangan Ki Durga tidaK Terlihat lagi dan ilmu-ilmu aliran hitamnya telah di buang terutama ilmu yang berkaitan dengan Iblis Rawa Lakbok. 

“Ki Durga aku dan Wijana pergi ke Galunggung dan sepulangnya dari sana aku pasti singgah menjumpai penduduk di sini bersama Ki Durga dan teman-teman”.

“Terima kasih Nak Bayu Wijana, kau anak Muda hebat berbudi pekerti aku telah diterima menjadi warga sini dan aku pasti berusaha untuk jadi orang baik,malah aku sanggup menjaga keamanan kampung ini”. Mereka berangkulan meskipun baru beberapa hari bertemu kedekatan hati mereka sudah terjalin. Dan para penduduk kampungpun berteimakasih pada Bayu dan Wijana, Bayu sekali lagi meyakinkan bahwa Ki Durga dan kawan-kawannya betul betul telah insaf. Dia akan tau dari kejauhan apa yang diperbuat mereka. Akhirnya kepergian Bayu diantar dengan rasa sedih dan rasa kekaguman yang begitu mendalam.

“Hemmh dua anak muda hebat, berilmu tinggi, tampan dan berbudi perketi mereka betul-betul malaikat penolong” Tua Kampung berguman dalam hatinya sambil menatap kepergian dua pendekar sakti. KLIK DI SINI

Bersambung ke Bagian 7

PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI PANTAI SELATAN BAGIAN 5

 PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI PANTAI SELATAN BAGIAN 5

Bayu Bersama wijana serta Pak Kades terus mengembangkan perguruan silat itu, para pemuda dan warga lainnya  semakin giat berlatih, penghasilan masyarakat terus meningkat, baik dari hasil pertanian maupun hasil ikan dari laut. Kehidupan Desa Cikawung Ading yang tentram membuat Desa semakin ramai dan mengundang orang utntuk datang ke desa tersebut.

 PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI PANTAI SELATAN BAGIAN 5

RAJA SASTRA 

Dalam bagian 4 di kisahkan bahwa jagoan kita Bayu Samudra baru saja bentrok dengan pendekar Sadis dari Gunung Wilis. Dan setelah telah selesai mengadakan upaca Hajat Bumi dan sedsekah laut, dan Bayu diberi gelar sebagai warga kehormatan di Desa Cikawung Ading tersebut.

Mari lanjutkan ceritanya selamat membaca:

Bayu Bersama wijana serta Pak Kades terus mengembangkan perguruan silat itu, para pemuda dan warga lainnya  semakin giat berlatih, penghasilan masyarakat terus meningkat, baik dari hasil pertanian maupun hasil ikan dari laut. Kehidupan Desa Cikawung Ading yang tentram membuat Desa semakin ramai dan mengundang orang utntuk datang ke desa tersebut. 

Bayu Samudra dan Wijana adalah 2 tokoh muda yang dihormati dan disegani masyarakat Desa tersebut, keduanya selalu tampil mengontrol dan mengayomi masyarakat sekitar. Dengan prilakunya yang menjadi teladan, dan kesaktiannya yang begitu tinggi tak ada masyarakat yang berani menentang, disamping itu kedudukan Ayah Wijana sebagai seorang Kepala Desa yang Bijaksana. Bayu telah dianggap sebagai keluarga Kepala Desa. Aruni Adik Wijana  satu satunya putri Kepala Desa yang baru berumur 13 tahunan selalu memperhatikan Bayu dan menyiapkan segala kebutuhan Bayu dengan tulaten. 

4 bulan hampir berlalu tiba saatnya bagi Bayu untuk pergi ke Gunung Galunggung, menemui kakek Adiyaksa sebagaimana janjinya. Bayu pergi Bersama wijana dengan seijin ayahnya, Meskipun kedua orang tuanya merasa sungkan malum anaknya baru kali ini mengembara namun ia percaya Bayu pasti menjaganya, dan anakny pun sudah jadi pendekar yang cukup mumpuni. Dingan diantar oleh tatapan kedua orang tua Wijana serta Aruni gadis kecil dan warga Desa Sindang Kerta Bayu pergi meninggalkan tempatitu.

Setelah agak jauh Bayu berkata pada Wijana. “Kita menungangi Si Belang supaya kita bisa berjalan dengan cepat”. Wijana sangat gembira barukali ini dia mengembara dibarengi pendekar sakti dan menunggangi Harimau besar yang sangat seram.

Meskipun masih ada waktu 1 minggu lagi untuk berada di Gunung Galunggung, biarlah kita singgah di beberapa tempat. 

“Ya aku ikut saja” kata Wijana.

Mereka  berdua menunggangi harimau lodaya, tapi sengaja Bayu menyuruhnyatidak terlalu cepat seupaya menikmati pemandangan akhirnya sampai di daerah sindang, tempat Bayu melatih diri beberapa bulan yang lalu.

“Kita singgah dulu di sini akum au singgah di tempatku dulu”

Kedatangan Bayu rupanya diketahui oleh kera penghuni hutan itu, mereka berdatangan bergelantungan di pohon menyambut Bayu dengan suara riuh”.

Jangan takut Kak, mereka sahabat-sahabatku, ayo kita meloncat ke atas dangau di atas pohon itu. Mereka meloncat ke atas pohon sedangkan harimau yang menjadi tunggangannya pergi kea rah rumpun.

Setelah berada di dalam dangau yang berada di atas pohon tiba-tiba Kera besar yang merupakan pimpinan para kera menjumpai Bayu dan menyodorkan tangan layaknya seperti manusia.

“Perkenalkan ini Kakakku Wijana” kata Bayu berbicara dengan pimpinan Kera. Kera itu menyodorkan tangan dsambil menyeringai, maksudnya kalau manusia tersenyum.  Wijanapunmenyodorkan tangannya, sambal hatinya merasa takjub dan heran.  Tak lama kemudian beberapa kera membawa buah-buahan dan Madu lebah dalam lempengan yang masih seperti aslinya. 

“Terima kasih terima kasih” Bayu berbicara layaknya seperti kepada manusia. 

“malam ini kita tidur di sini, dan kita mandi di danau itu sebelah sana sambil Bayu menunjukkan danau tersebut.

Pengalaman hari itu dan malam itu betul-betul memberikan pelajaran pada Wijana, bahwa hewanpun kalau diperlakukan dengan baik bisa dijadikan sahabat bagi manusia. Dalam hatinya ia makin kagum pada Bayu sahabat mudanya. 

Sorenya mereka membuka perbekalan nasi bungkus dan ikan Udang untuk makankali itu, ditambah buah-buahan dan madun yang di seduh dengan air hangat. 

Subuhnya mereka sudah bangun dan setelah sembahyang subuh melanjutkan perjalanan mengarah ke Desa Bantarkalong melewati hutan terjung yang dihunioleh para perompak yang dipimpin oleh 3 pelontos kembar. Tapi Bayu tidak bermaksud untuk menganggunya teus saja perjalanan dilanjutkan perjalanan meneroboshutan. Sedangkan di atasnya Burung Rajawali mengikuti perjalanan Bayu.

“Peganglah pingganggku Kak, kita suruh si Belangberlari dengan cepat” Melesatlah harimau tunggangannya itu dengan kecepatan yang cukup tinggi. Wijana memegangi pinggang Bayu malum baru kali ini ia mencoba menunggangi harimau. Dan harimau itu seolah-olah sudah tau tempat yang dituju dan memilih jalan yang dilalui. Akhirnya tak lama menjelang tengah hari  mereka sampai di suatu perkampungan yang ternyata itu merupakan wilayah Cibalong. Mereka turun dari si Belang dan menuju tajug tempat sembahyang. 

Perjalanan dilanjutkan dengan menunggangi  Burung Elang Besar yang cukup ditunggangi berdua. Sedangkan si belang terus berlari membarengi terbangnya Elang.

Hari ke dua perjalanan sengaja beristirahat di sebuah warung yangmenjual Nasi. Begitu ramai warung itu. Memang tempatnya strategis tempat orang beristirahat,  namun masyarakat di sana berada dalam kesusahan, karena masyarakat di sana sering didatangi perampok yang merampas harta benda mereka malah adakalanya beberapa nyawa warga dirampasnya juga. Percakapan masyarakat itu sampai juga ke telinga Bayu Samudra dan Wijana. 

BACAAN LAINNYA

“Malam ini Desa ini akan didatangi perampok, Bagaimana pendapatmu Kak?’

“kalau bisa kita bantu untuk menyelamatkan masyarakat”. 

“Ya kita bermalam di sini, menunggu kedatangan para perampok”.

Setelah para pengunjung agak reda, salah seorang penduduk sana menjumpai Bayu dan Wijana.

“Nak mau kemana, kenapa anak berdua berada disini” orang tua itu bertanya penuh curiga.

“Pak tua akum au pergi ke Gunung Galunggung, perkenalkan namaku Bayu Samudra dan ini Kakakku Wijana”.

“Jadi anak Muda ini Pendekar Laut selatan, aku sering mendengar Namanya di sebut-sebut orang”.

“Maapkan pak tua aku orang biasa”

“Anak muda salam hormat saya untuk anak berdua, maafkan kelancanganku”.

Akhirnya yang ternyata orang tua itu kepala Dusun di Desa Parung Ponteng , menceritakan kwkhawatiran ancaman perampok yang akan datang nanti malam, dan katanya kalau penduduk tak mau di celakai harus mengumpulkan kekayaan, berupa ternak dan bahan makanan di lapangan.

“Pak tua pancing mereka untuk datang mengambil harta penduduk di sebuah lapangan” Lalu kita sergap Bersama-sama, biarlah aku dan kakaku akan membantu penduduk disini”

“terima kasih-terima kasih nak, aku sudah dengar kehebatan mu nak dan kehebatan para murid perguruan Maung Lodaya dari Sindangkerta”.

“Pak tua aku tidak sehebat yang kau dengar, kekompakan dan keberanian penduduk dengan perhitungan yang matang tetap diperlukan”.

Akhirnya Tua kampung dan beberapa penduduk dengan petunjuk Bayu dan Wijana mengatur stratergi untuk menyergap perampok. 

Malamnya Kira-kira pukul 11.00 malam para perampok yang dipimpin Ki Durgala kurang lebih 20 orang dan telah ditunjukkan tempat penyimpalkan harta yang dianggap sbagai pemberian upeti dari masyarakat yang harusdisiapkan 2 bulan sekali.

Waktu para perampok telah berada di dekat gunukanharta Bayu melakukan Pukulan Gunung Salju, beberapa perampokmenggigil kedinginan sdang beberapa orang masih bertahan dan mereka sadar bahwa disekitar tempat itu ada orang sakti melontarkan pukulan jarak jauh.

“Siapa kau kalau berani mendekatlah hadapi aku” Bayu meloncat dengan cepat diikuti Wijana terjadilah pertarungan sengit, sedangkan beberapa penduduk memburu para perampok yang tak tahan merasangan dingin akibat pukulan Bayu.

“Hai bocah cilik kau cari mati terimalah sabetan golokku” KLIK DI SINI

Minggu, 21 Juli 2024

PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI PANTAI SELATAN BAGIAN 4

PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI PANTAI SELATAN

(Bagian 4)

(Oleh :Undang Sumargana)

Selamat membaca semoga dapat menghibur:  “Ia Pak Kades aku bermaksud mambantu, Hati-hati dengan dia kesadisan dan kekejamannya melebihi ukuran Iblis”.  “KepaLa Desa beserta putranya merasa gembira,

RAJA SASTRA- Baru kali ini aku bisa melanjutkan cerita silat, mohon maaf kepada pembaca, mungkin tertunda karena berbagai kesibukab yang harus di dahulukan. Rupanya Jagoan kita Bayu Samudra, semakin sakti dan semakin menarik, yang penting selain hanya hiburan semata, ada hal baik yang dapat kita ambil

Selamat membaca semoga dapat menghibur:

“Ia Pak Kades aku bermaksud mambantu, Hati-hati dengan dia kesadisan dan kekejamannya melebihi ukuran Iblis”.

“KepaLa Desa beserta putranya merasa gembira, dan Bayu pun merencanakan melatih para penduduk untuk dibekali ilmu kanuragan di Padepokan “Lodaya Gunung” yang dipimpin oleh Kepala Desa.

Bayu mewariskan Gerakan-gerakan “ulin Pa monyet” dan “Ulin Pa macan” sehingga jurus jurus itu cepat dikuasai oleh anggota Padepokan terutama oleh Wijana dan Ayahnya”. 

Jurus-jurus telah di wariskan, kecuali jurus-jurus tertentu hanya Bayu wariskan kepada Wijana dan Ayahnya Pak Kades.

Beberapa bulan Bayu menetap di Desa itu, para penduduk yang menjadi anggota Padepokan telah jauh meningkat penguasaan ilmunya, Bahkah Kepala Desa dan putranya Wijana telah menguasai jurus jurus tertentu yang diajarkan Bayu. Para pamayang hidupnya Makin tentram, smentara para petani pun hasil kebunnya makin meningkat, Kepala desa dan pegawainya selalu berkeliling kalau kalau ada yang kelaparan. Begitu juga Bayu dan wijana persahabatannya makin lengket. Miskipun Bayu usianya jauh di bawah Wijana, Tapi Wijana sangat menghormatinya, malah menganggap Bayu sebagai gurunya, Gusu Silat dan Guru dalam bidang Agama serta olah Rohani. 

Warga Desa pada hari itu sedang sibuk mendirikan Panggung Besar dan belandongan persiapan 2 hari lagi aka nada pesta rakyat menyambut datangnya “Hajar Lembur” Terhadap barokah yang dibelrikan Allah pada Laut dan pada Tanah Desa Cikawung Ading., 

2 Hari kemudian dalam waktu terang bulan dipanggung telah terdengar tabuhan kendang Penca dan goong diiringi terompet menyewrtai ibing silat yang dioentaskan oleh anak-anak Muda murid Padepokan yang dipimpin olwh Pak Kades dan Wijana. Sedangkan Bayu, Pak Kades serta setap Desa lainnya juga Wijana, duduk-duduk di belandongan. Suara Kendang dan terompet smakin gencar adu kebolehanaduketerampilan di panggung semakin seru. 

Tiba-tiba penciuman Bayu mencium bau sesuatu, ini jelas bukan Bau penduduk Desa. Penciuman Bayu sudah tidak asing lagi Pendekar Jahat yang pernah bertemu Pendekar Iblis daru Gunung Wilis, beserta 3 0rang kawannya. Mata batin Bayu dalam sekilas sudah mengetahui di mana posisi tamu tidak diundang itu. 

Bayu berbisik pada Pak Kades “Kita kedatangan Tamu Jahat Pendekar Iblis dari Gunung Wilis, Siapkan kalau-kalau terjadi sesuatu, jangan gentar biarlah nanti kita hadapi Bersama”.Kedatangan Pendekar Iblis telah diketahui oleh beberapa ponggawa Desa dan jugaWijana.

“Biarla Pak Kades kita tunggu apa maunya mereka”. Pendekar Iblis dari Gunung wilis telah dikenal yang selalu menebarkan kejahatan di berbagai tempat.

“Sudahlah Pendekar Iblis aku telah tahu kedatanganmu berempat, Apa Maunya Kau?” Pendekar Iblis merasa heran ada orang yang mengetahui kedatangannya, malah mengirimkan suara lewat tenaga dalam yang cukuptinggi”.

“kedatangan kita berempat sudah di ketahui, Ayo ikuti aku!! Dengan sekilat Pendekar Iblis dan 3 orang temannya telah berada diatas panggung. 

“Hati hati Pak Kades mereka cukup kejam, biarlah pemimpinnya aku yang hadapi, yang 3 orang bagian Pak Kades dan Wijana, Jangan terlalu banyak libatkan orang, kita ber tiga ditambah satu orang lagi sudah cukup”.

“Hahahahaha, mana pimpinannya”:, tiba tiba suara tawa teman si Pendekar Iblis berhenti, ternyata tersumbat btu kecil yang sengaja dijentikan Bayu.

“Setan kau siapa yang mau main main denganku”. Bayu dan 3orang kawannya melesat tapi tidak sampai di atas panggung cukup berjajar di bawah panggung yang luas.

“Pendekar Iblis, kau masih kenal aku, kita pernah bertemu beberapa tahun yang lalu”.

“Bocah kecil rupanya kau masih hidup, dan sekarang hari terakhirmu kau menghisap udara” Pendekar Iblis melayang mengarahkan terkaman kea rah liher Bayu. Bayu hanya ameloncat ke atas, dalam berakan kera meloncat dahan, sambal mencengkramkan dua tangannya.

Pendekar Iblis terperanjat dan tutup kepalanya tak dapat diselamatkan dalam cengkraman Bayu

“setan kau, terimalah jurus Iblis merenggut nyawa”. Kedua tangannya memerah, dengan cepat  mengarah ke ulu hati Bayu.

Bayu Sadar bahwa si Pendekar Iblis bermaksud meranggut nyawanya, dengan cepat ia membentengi dirinya dengan jurus menahan gelombang Samudra. Akibatnya Gerakan Pendekar Iblis berhenti malah terpental cukup keras. Pendekar Iblis cukup heran dan menyulut amarahnya untuk mengunakan jurus-jurus yang berbahaya.

Syetan kau Pendekar Iblis menyerang dengan kecepatan tinggi, Bayu hanya mengimbangi dengan meloncat secepat angin, dan tiba tiba sudah berada di belakang pendekar Iblis. 

“Aku di sini Pendekar sesat” 

“Jangan main-main kau anak muda, sbentar lagi nyawamu melayang”.  Pendekar Iblis telah mencabut sepasang pedang kembarnya mengarah pada leher dan badan Bayu

“Mati kau bocah” yang melihat pada menjerit mungkin nyawa Bayu tak terselamatkan lagi,  Tapi Bayu dengan sekilat mengibaskan tasbihnya sedangkan tangan yang kiri menangkap sabetan pedang yang Melesat, satu pedang dapat ditangkap dengan tangan kiri dan satu lagi pedang meleleh bentrok dengan tasbih yang di pegang dengan tangan kanan. Sedangkan Pendekar Iblis terjungkal beberapa kali  ke belakang. Dan akhirnya duduk tak berdaya. 

Orang-orang yang melihat begitu takjub melihat kehebatan Bayu termasuk Pendekar tua yang duduk mengintip  dari pucuk pohonatan. 

Di perterungan lainnya  Wijana telah berhasil mengalahkan lawanya dengan pukulan Bayu Samudra uyang diwariskan bayu, walaupun belum sempurna tapi cukup buat lawannya tergeletak. Dan  yang 2 orang pun sudah mulai terdesak. 

Melihat keadaan yang tak menguntungkan, pendekar iblis bangun dan segera menyambar kawannya yang tergeletak dan menyuruh kawan yang lainnya Munduuur.

“Muuunnduuur, He bocah kecil  aku belum kalah suatu saat aku akan datang menangtangmu”. 

Bayu hanya tersenyum, dan menghampiri Pak Kades, “Sudahlah jangan dikejar, dan berilah kesempatan kepada mereka untuk bertobat”.

Lagi lagi Pak Kades termasuk putranya dan para ponggawa desa dibuat kagum dengan kepribadian Bayu, yang tak mau membinasakan lawannya. Padahal kalau mau tadi dengan mudah membunuh Pendekat Iblis. 

Bayu Baru menyadari dengan mata batinnya yang tajam serta penciumannya yang luar biasa, Ia menyadari kehadiran Pendekar tua dari Gunung Galungung yang berda di rungkun atas pohon”.

“Kalau kau bermasud baik turunlah kau pendekar tua bergabung dengan Kami”. Secepat kilat pendekar tua itu telah berada dihadapan Bayu, Kepala Desa dan lainnya terperanjat dan mundur.

“Gak Apa-apa Pak Kades ini Perkenalkan sepuhku Pendekar Tua dari Gunung Galunggung”. 

“Maap kehadiranku menganggu kalian, aku hanya singgah kebetulan kalian sedang rebut-ribut dengan Pendekar Iblis, dari tadi aku  yakin akan dapat mengatasinya, terutama kau bayu kau makin hebat”.

“Tidaklah Pendekar tua aku anak muda yang masih bodoh, yang masih banyak belajar”. Lalu tujan lainnya kemana Pak Tua?”

“Aku hanya mengingatkanmu, kau 5 bulan lagi ditunggu di Gunung Galungung, Kebetulan aku juga. Baru bertemu dengan gurumu di Bubujung Cipatujah”., 

“Terma kasih undangannya aku ingat dan insya Allah datang”

“Ayolah duduk-duduk dulu sekalian minum-minum sambal melanjutkan acara yang terganggu tadi”. Ajak Wijana 

Akhirnya Pendekar tua ikut bergabung, sementara hiburan terus berlanjut sampai larut malam” Akhirnya pendekar tua melanjutkan perjalanan, tidakheran bagipendekar yang senang berkelana, tidur di atas pohon pun tak jadi permasalahan.

Paginya begitu membludaknya lautan manusia menyaksikan upacara sacral “hajat bumi dan sedekah pada laut yang telah emberi kehidupan, Berbagai seni tradisonal di gelar, para penjaja makananpun datang dari berbagai penjuru. Para penduduk banyak memperbincangkan kejadian semalam, terutama pembicaraan terpokus pada Bayu dan Wijana dua pendekar Desa yang makin dikagumi masyarakat.

“Wah aku ngeri melihat perkelahian semalam, Dikira anak Muda Bayu akan mati di bunuh pendekar Iblis, tapi malah pendekar Iblis yang Celaka”. 

“Ia aku juga menyaksikannya, Tapi kenapa Pendekar Iblis itu langsung saja di bunuh, padahal pendekar Iblis sudah jatuh tak berdaya”.

“Ya itulah hebatnya pendekar berhati lurus tak sembarang melenyapkan nyawa orang, terhadap orang jahat sekalipun.

BACAAN LAINNYA:

“Wijana juga tak kalah hebat, jurus-jurusnya semakin mumpuni setelah ia bergaul dengan Bayu”, 

“Ya dia memang orang baik tidak menyombongkan kedudukan ayahnya, Pantas suatu saat dia menjadi pengganti ayahnya”.

Percakapan para penduduk itu bercampur baur dengan orang yang menjajakan makanan. Dan hasil bumi serta kerajinan masyarakat.

Akhirnya upacara sacral Hajat Bumi dan sedekahLaut berlangsung dengan hidmat, dan hariiru juga Kepala Desa menganugrahkan gelar warga kehormatan Kepada Pendakar Muda “Bayu Samudra”.

Bayu berjalan kedepan meskipun agak risi dan diaminta ijin pak Kades untuk memanggi dua tungganyannya sekaligus memperkenalkan kepada masyarakat yang belum banyak tahu. 

“Bapak Kepala Desa berserta para ponggawanya dan Kakaku Wijana, begitu malunya aku diberi gelar kehormatan, padahal yang pantas mendapat gelar itu itu kakakku Wijana dan masyarakat lainnya, Namun dengan penuh rasa randah hati ku terima dan ijinkan aku untuk memanggil tungganganku sekaligus berkenalan dengan warga sekitar. 

Tiba-tiba bayu bersuit dan muncullah seekor harimau dan Burung elang yang bertenger di Pundak harimau.

“Jangan terkejut ini tungganganku sengaja ku dia kusuruh untuk tidak sering menampakkan diri, dan sejak sekarang jadikanlah dia sebagai para sahabatmu wahai warga Desa Cikawung Ading” 

Semua warga semakin kagum dan menaruh hormat kepada pendekar mud itu dan mereka tidak takut lagi pada arimau dan elang tungangan  sekaligu pengawal Bayu Samudra.

KLIK DI SINI

BERSAMBUNG KE BAGIAN 5

Featured Post

HABIB ALI ALHABSYI DENGAN KAROMAHNYA

KHARAMAH HABIB ALHABSYI:  BISA DENGAR SUARA TASBIH DAN BENDA MATI HABIB ALI ALHABSYI DENGAN KAROMAHNYA Habib Ali Alhabsyi nama lengkapnya H...