BERANDA

Tampilkan postingan dengan label BERANDA. PUISI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BERANDA. PUISI. Tampilkan semua postingan

Senin, 09 September 2024

TETES AIR MATA DI HAMPARAN SAJADAH PUISI RELIGI DALAM MENDEKATKAN DIRI PADA ILLAHI

TETES AIR MATA DI HAMPARAN  SAJADAH 
PUISI RELIGI DALAM MENDEKATKAN DIRI PADA ILLAHI

TETES AIR MATA DI HAMPARAN  SAJADAH 

PUISI RELIGI DALAM MENDEKATKAN DIRI PADA ILLAHI

rajasastra-us blogspot.com  Puisi adalah salah satu jenis karya sastra yang merupakan sebuah rangkaian kata ungkapan dari sang penyair. Hampir sama seperti karya sastra lainnya, tema yang dapat digunakan dalam puisi tidak ada batasnya.

Religi menjadi salah satu tema yang kerap diangkat dalam penulisan puisi. Puisi dengan tema tersebut akan menggambarkan hubungan antara kita sebagai manusia dengan Sang Pencipta.

Dalam menulis Puisi saang  penyair harus mempunyai keberanian dalam dua hal. Pertama mencoret kalimat yang tidak perlu dalam larik-larik puisi yang ditulisnya, kedua menggantinya dengan kalimat yang tepat. Dalam konteks semacam inilah para pakar puisi pengatakan bahwa menulis puisi tidak bisa sekali jadi, selalu ada proses revisi. Kedua proses itu kadang disebut dengan proses di bawah kesadaran (saat puisi ditulis) dan proses di atas kesadaran (saat puisi ditulis ulang atau direvisi). setidaknya, menulis puisi menjadi makin hati-hati di kemudian hari.

Yu kita simak puisi yang penulis ciptakan dalam saat menunggu subuh setelah shalat Malam.

Selamat membaca dan ditunggu kritiknya!


TETES AIR MATA YANG JATUH DI HAMPARAN SAJADAH

(Undang Sumargana)

Hujan Kembali meneteskan rindu

Semesta menjalin asa dari perjalan hidup yang kulalui

Lembaran lembaran dosa

memantik duri duri meracuni   jiwa

Aku tersaruk saruk menahan rasa buncah di mata

Biarkan hati berdendang mengeja asma-Mu

Ya Allah Ya Mujibba Syaillin

Ya Allah ya Mujibba darojatin

Biarkan Bibir bergetar mengeja Asma-Mu


\BACA YANG LAINNYA:

Tetes air mata yang jatuh di  hamparan sajadah

berkisah tentang getar asma-MU

berilah pengampunan-Mu 

Yaa Robbi yang maha pengampun

Walau aku hanyalah  mahluk fana

Yang berjuang mendapat cinta-Mu 

Hingga meraih Jannah

Kalam-Mu kalam kebenaran

Sedang kalam manusia seperti aku

Sering sekali Cuma sekeprul debu 

yang usang dengan waktu

terkadang hanya jadi sajak kurus

yang hilang terbang di  angkasa


Air mat ini menetes basahi sajadah

Mengurai jejak dosa yang lama mengkristal

Dalam selubung hari yang terus berjalan

Kemantian yang terus mengintip

Menyambut di  ujung waktu 

Membawa ke  lautan neraka

Dalam kesengsaraan yang tiada tara

Ataukah telaga surga

 yang janjikan kesenangan  yang abadi


Tetes air mata di hamparan sajadah

Bersamaan air hujan 

kembali meneteskan rindu

luncuran kata dalam  puisi bersimpuh di karib-Mu


KLIK DI SINI

Minggu, 08 September 2024

KETIKA SEORANG PEMIMPIN TURUN TAHTA

 KETIKA AIR LANGGA TURUN TAHTA

KETIKA AIR LANGGA TURUN TAHTA

rajasastra-us.blogspot.com  AIR LANGGA  adalah nama seorang raja yang mempunyai peranan penting dalam sejarah Jawa Timur.  Ia memerintah pafa tahun 1019 – 1042 Maswhi.Ia seorang raja dari keajaan Medang dan kemudian dikenal dengan Kahuripan Airlangga dikenang   pulka sebagai  pemimpin yang berhasil menyatukan kembali wilayah-wilayah yang sebelumnya terpecah akibat perang dan konflik internal.

Airlangga  putra dan merupakan putra dari Raja Udayana dari Bali dan Mahendradatta, seorang putri dari lahir sekitar tahun 990 Masehi dari Jawa. Sejak muda, ia sudah menunjukkan bakat kepemimpinan yang luar biasa.

Setelah kematian Raja Dharmawangsa, kakeknya, pada tahun 1016 dalam sebuah serangan oleh Raja Wurawari, Airlangga berhasil meloloskan diri dan mengasingkan diri ke hutan, menghindari ancaman dari para pemberontak. Di sana, ia menyusun strategi untuk merebut kembali takhta yang telah hilang.

Pada tahun 1019, Airlangga memulai perjuangannya untuk memulihkan kekuasaan dinasti keluarganya. Dengan bantuan para pendukung setianya, ia berhasil menaklukkan kembali wilayah-wilayah yang sempat terpecah, dan mendirikan kembali kerajaan dengan ibukota di Watan Mas.

Namun, karena ancaman dari gunung berapi dan serangan musuh, ia kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke Kahuripan, yang terletak di dekat delta Sungai Brantas.

Salah satu pencapaian terbesar Airlangga adalah upayanya dalam menyatukan kembali wilayah-wilayah Jawa Timur yang sebelumnya terpecah belah.

Di bawah pemerintahannya, Jawa Timur mengalami masa kemakmuran dan stabilitas. Ia juga dikenal sebagai raja yang sangat peduli dengan kesejahteraan rakyatnya.

Airlangga memerintahkan pembangunan berbagai infrastruktur, termasuk irigasi dan bendungan, yang membantu meningkatkan produksi pertanian dan perekonomian kerajaan.

Selain prestasi politik dan ekonominya, Airlangga juga terkenal karena kontribusinya dalam bidang kebudayaan. Ia mendukung perkembangan sastra dan seni, serta menyebarkan ajaran agama Hindu dan Buddha di wilayah kerajaannya.

Salah satu karya sastra terkenal yang muncul pada masa pemerintahannya adalah Kakawin Arjuna Wiwaha, sebuah epik yang ditulis oleh Mpu Kanwa dan terinspirasi dari kehidupan Airlangga.

Nama Airlangga disebut dalam beberapa prasasti, yang menunjukkan betapa mahsyurnya diri dan kerajaannya di masa itu'

1. Prasasti Pucangan (1031 M)

Prasasti ini ditemukan di daerah Pucangan, Gunung Penanggungan, Jawa Timur. Prasasti ini berisi tentang riwayat hidup Airlangga, termasuk latar belakang keluarganya, kejadian penting seperti serangan terhadap istana Raja Dharmawangsa, serta upayanya untuk memulihkan kekuasaan dan membangun kembali kerajaan.

2. Prasasti Terep (1032 M)

Prasasti ini ditemukan di Desa Terep, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Prasasti ini berisi tentang pembebasan pajak bagi penduduk Desa Terep sebagai penghargaan atas dukungan mereka kepada Airlangga dalam perjuangannya melawan musuh-musuhnya.

Dalam 1 bulan Anda akan mendapatkan 10 kg otot sekeras batu tanpa harus berolahraga dan diet

3. Prasasti Kamalagyan (1037 M)

Prasasti ini ditemukan di Desa Kamalagyan, juga di wilayah Sidoarjo, Jawa Timur. Prasasti ini menyebutkan pemberian status sima (tanah bebas pajak) kepada Desa Kamalagyan oleh Airlangga, sebagai imbalan atas kesetiaan dan jasa penduduknya kepada kerajan

4. Prasasti Calcuta (1041 M)

Prasasti ini merupakan salinan dari prasasti yang ditemukan di Calcutta (sekarang Kolkata, India) dan menjelaskan tentang pembagian kerajaan menjadi dua bagian, yaitu Janggala dan Kediri, yang dilakukan oleh Airlangga sebelum ia turun tahta. Prasasti ini menguraikan alasan pembagian tersebut, yakni untuk menghindari perebutan kekuasaan di antara para pewarisnya.

5. Prasasti Turyan (1037 M)

Prasasti ini ditemukan di Desa Turyan, Malang, Jawa Timur. Prasasti ini menceritakan tentang pemberian hadiah kepada penduduk desa yang telah membantu Airlangga dalam peperangan dan pembangunan kerajaan.Pada tahun 1042, Raja Airlangga memutuskan untuk turun tahta dan menjadi seorang pertapa, menyerahkan kekuasaan kepada dua putranya. Sebelum turun tahta, ia membagi kerajaannya menjadi dua bagian untuk menghindari konflik perebutan kekuasaan.

Putra dari Airlangga itu adalah;

BACA YANG LAINNYA:

1. Sri Samarawijaya, 

yang menjadi raja di Kerajaan Kediri, yaitu wilayah yang terletak di bagian barat dari wilayah kerajaan Airlangga yang dibagi.

2. Mapanji Garasakan

  yang menjadi raja di Kerajaan Janggala, yang terletak di bagian timur dari wilayah kerajaan yang dibagi. Janggala meliputi wilayah yang kini dikenal sebagai Surabaya, Sidoarjo, dan sekitarnya.

Meski harapan Airlangga dengan pembagian wilayah ini dapat menghindari konflik antara keturunannya, tetapi pada akhirnya, Kediri dan Janggala justru bersaing dan terlibat dalam berbagai peperangan di masa-masa berikutnya. KLIK DI SINI

Sumber: TINEMU.COM – 

Minggu, 11 Agustus 2024

PUISI NEGERI HAHA HIHI (GUS MUS) BIKIN PUSING PENUNTUT KEADILAN PENEGAK KEADILAN JALANNYA MIRING

 

PUISI NEGERI HAHA HIHI (GUS MUS)
BIKIN PUSING PENUNTUT KEADILAN PENEGAK KEADILAN JALANNYA MIRING

PUISI NEGERI HAHA HIHI (GUS MUS)
BIKIN PUSING PENUNTUT KEADILAN PENEGAK KEADILAN JALANNYA MIRING

 

Puisi Negeri Haha Hihi 

               (Gus Mus)


Bukan karena banyaknya grup lawak,

maka negeriku selalu kocak

Justru grup-grup lawak hanya mengganggu

dan banyak yang bikin muak

Negeriku lucu, dan para pemimpinnya suka mengocok perut.

 

Banyak yang terus pamer kebodohan

dengan keangkuhan yang menggelikan

Banyak yang terus pamer keberanian

dengan kebodohan yang mengharukan

Banyak yang terus pamer kekerdilan

dengan teriakan yang memilukan

Banyak yang terus pamer kepengecutan

dengan lagak yang memuakkan. Haha …

 

Penegak keadilan jalannya miring

Penuntut keadilan kepalanya pusing

Hakim main mata dengan maling

Wakil rakyat baunya pesing. Hihi …

 

Kalian jual janji-janji

untuk menebus kepentingan sendiri

Kalian hafal pepatah-petitih

 

untuk mengelabui mereka yang tertindih

Pepatah petitih, haha …


Anjing menggonggong kafilah berlalu,

Sambil menggonggong kalian terus berlalu.

 

Haha, hihi …

Ada udang di balik batu,

Otaknya udang kepalanya batu.

Haha, hihi

Sekali dayung dua pulau terlampaui,

Sekali untung dua pulau terbeli.

Haha, hihi

 

Gajah mati meninggalkan gading

Harimau mati meninggalkan belang

kalian mati meninggalkan hutang.

 

Haha, hihi

Hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri,

Lebih baik yuk hujan-hujanan caci maki.

Haha, hihi.

 


Minggu, 30 Juni 2024

RAYAP BERGEROMBOL DAN BERKELIARAN MENGHISAP DARAH RAKYAT

RAYAP BERGEROMBOL DAN BERKELIARAN  

MENGHISAP  DARAH RAKYAT 



RAYAP BERGEROMBOL DAN BERKELIARAN  MENGHISAP  DARAH RAKYAT 

Para pembaca yang Budiman…..!

Mari kita ucapkan selamat datang era kolonialisme baru dan salam Pancasila buat Rayap penghisap Darah rakyat . 

  • Rayap berkeliaran di mana-mana dan sulit dibasmI  karena mereka saling melindungi 
  • Rayap berkeliaran di seantero negeri disetiap intansi rayap bergerombol di mandor-mandor  bangunan rayap memakan semen-semen untuk bahan bagunan , sehingga takarannya dikurangi,
  •  Rayap bergerombol dijalan jalan sehingga takaran aspal banyak dikurangi.
  •  Rayap brkumpul digunukan beras-beras BANSOS, sehingga rakyat melarat banyak yang tidak mendapat bagian kadang jatahnya diambil rayap  berdasii.  
  • Rayap menggerogoti uang uang jatah pakir miskin  sehingga uangnya rusak bahkan sampai musnah dan berkurang . merongrong kewibawaan negeri, di perpajakan rakyat datang menggerogoti setoran rakyat,  di beberapa kementrian rayap datang memanipulasi anggaran. Bahkan dianggota Dewanpun rayap menyerang mengisap darah rakyat. Bahkan sampai dipedesaan di kelurahan di ke RT-an banyak rayap mencari mangsa.  
  • Rayap memang jahat kadang datang bergerombol saling melindungi kejahatan yang dilakukannya.

Berbicara masalah Rayap, Taufik Ismail dalam puisinya yang berjudul ” Negeriku Sedang Dilahap Rayap" menggambarkan keadaan negeri kita berada  dalam tatanan kehidupan yang semerawut penuh dengan kejahatan yang dilakukan oleh manusia berdasi.

Negeri ini memang sedang diserang rayap sehingga keadaannya tidak baik-baik saja. Anggota Dewan yang dipilih rakyat, banyak yang mengambil kepurtusan menyakiti rakyat. Fakta banyak oknum pejabat  yang tersandung kasus korupsi, gratifikasi menggambarkan bahwa banyak dari mereka lebih memilih mementingkan diri sendiri , mereka banyak yang jadi maling makan uang rakyat.  Beban hutang negara membuat negri ini sepertinya telah tergadaikan. Kolonialisme baru telah melanda negeri kita.

Para maling-maling negeri berjalan berjamaah, saling menutupi, sehingga sulit untuk ditembus oleh hukum. Rakyat sengsara cari kerja sulit pengangguran merajalela. Sulit rasanya rakyat merasakan kesejahtraan, karena negeri ini sudah banyak dikuasai maling.

Pembaca yang Budiman, Penulis mengajak para pembaca untuk mencoba mengapresiasi dua Puisi Karya Taufik Ismail dengan judul yang sama dibuat dalam waktu yang berbeda, namun gambaran isinya hampir sama. Mari kita bandingkan dan apresiasi dua puisi tersebut.

Selamat membaca  dan mengapresiasi karya sastrawan ternama ini.

 

Negeriku Sedang Dilahap Rayap

(Karya Taufik Ismail)

  

Kita Hampir Paripurna

menjadi Bangsa Porak- Poranda,

Terbungkuk Dibebani Hutang

dan Merayap Melata Sengsara di dunia.

Pergelangan Tangan dan Kaki Indonesia “DIBORGOL” di Ruang Tamu Kantor Pegadaian Jagat Raya.

Negeri kita “Tidak Merdeka Lagi”,

Kita sudah jadi Negeri Jajahan Kembali.

Selamat Datang dalam

“Zaman Kolonialisme Baru,”

Saudaraku.

Dulu penjajah kita “Satu Negara”,

Kini penjajah kita “Multi-Kolonialis”

banyak bangsa.

Mereka “Berdasi Sutra”,

Ramah-Tamah luar biasa

dan Banyak Senyumnya.

Makin banyak kita

“Meminjam Uang,

Makin Gembira”

karena “Leher Kita

Makin Mudah Dipatahkannya”.

Bergerak ke kiri “Ketabrak Copet”

Bergerak ke kanan “Kesenggol Jambret”,

Jalan di depan “Dikuasai Maling’,

Jalan di Belakang penuh “Tukang Peras”,

Yang di atas “Tukang Tindas.”

Lihatlah PARA MALING itu

kini mencuri secara Berjamaah.

Mereka berSaf-Saf Berdiri Rapat,

Teratur Berdisiplin dan Betapa Khusyu’.

Begitu rapatnya mereka berdiri

susah engkau menembusnya,

Begitu Sistematis.

Itukah rezim yang kalian banggakan dan di bela-bela.

Lalu dari sisi mana hebatnya rezim sekarang ini.

NEGRIKU SEDANG DILAHAP RAYAP

(Karya Taufik Ismail)




Anak-anak tak bisa bersekolah 11 juta murid, pecandu narkoba 6 juta anak muda, pengungsi perang saudara 1 juta orang, VCD koitus beredar 20 juta keping, kriminalitas merebat disetiap tikungan jalan

dan beban hutang di bahu 1600 trilyun rupiahnya.

Pergelangan tangan dan kaki Indonesia diborgol diruang tamu Kantor Pegadaian Jagat Raya, dan dipunggung kita dicap sablon besar-besar:

Tahanan IMF dan Penunggak Bank Dunia.

Kita sudah jadi bangsa kuli dan babu,

menjual tenaga dengan upah paling murah sejagat raya.

Ketika TKW-TKI itu pergi

lihatlah mereka bersukacita antri penuh harapan dan angan-angan di pelabuhan dan bandara,

ketika pulang lihat mereka berdukacita karena majikan mungkir tidak membayar gaji, banyak yang disiksa malah diperkosa

dan pada jam pertama mendarat di negeri sendiri diperas pula.

Negeri kita tidak merdeka lagi,

kita sudah jadi negeri jajahan kembali.

Selamat datang dalam zaman kolonialisme baru, saudaraku.

Dulu penjajah kita satu negara,

kini penjajah multi kolonialis banyak bangsa. Mereka berdasi sutra,

ramah-tamah luar biasa dan banyak senyumnya.

Makin banyak kita meminjam uang, makin gembira karena leher kita makin mudah dipatahkannya.

Di negeri kita ini, prospek industri bagus sekali. Berbagai format perindustrian, sangat menjanjikan, begitu laporan penelitian.

Nomor satu paling wahid, sangat tinggi dalam evaluasi, dari depannya penuh janji, adalah industri korupsi.

Apalagi di negeri kita lama sudah tidak jelas batas halal dan haram, ibarat membentang benang hitam di hutan kelam jam satu malam. Bergerak ke kiri ketabrak copet,

bergerak ke kanan kesenggol jambret, jalan di depan dikuasai maling,

jalan di belakang penuh tukang peras, yang di atas tukang tindas.

Untuk bisa bertahan berakal waras saja di Indonesia, sudah untung. Lihatlah para maling itu kini mencuri secara berjamaah.

Mereka bersaf-saf berdiri rapat, teratur berdisiplin dan betapa khusyu’. Begitu rapatnya mereka berdiri susah engkau menembusnya.

Begitu sistematiknya prosedurnya tak mungkin engkau menyabotnya. Begitu khusyu’nya, engkau kira mereka beribadah.

Kemudian kita bertanya, mungkinkah ada maling yang istiqamah?

Lihatlah jumlah mereka, berpuluh tahun lamanya, membentang dari depan sampai ke belakang, melimpah dari atas sampai ke bawah,

tambah merambah panjang deretan saf jamaah.

Jamaah ini lintas agama, lintas suku dan lintas jenis kelamin. Bagaimana melawan maling yang mencuri secara berjamaah?

Bagaimana menangkap maling

yang prosedur pencuriannya malah dilindungi dari atas sampai ke bawah? Dan yang melindungi mereka, ternyata,

bagian juga dari yang pegang senjata dan yang memerintah. Bagaimana ini?

Tangan kiri jamaah ini menandatangani disposisi MOU dan MUO (Mark Up Operation),

tangan kanannya membuat yayasan beasiswa, asrama yatim piatu dan sekolahan.

Kaki kiri jamaah ini mengais-ngais upeti ke sana kemari, kaki kanannya bersedekah, pergi umrah dan naik haji.

Otak kirinya merancang prosentasi komisi dan pemotongan anggaran, otak kanannya berzakat harta,

bertaubat nasuha

dan memohon ampunan Tuhan.

Bagaimana caranya melawan maling begini yang mencuri secara berjamaah? Jamaahnya kukuh seperti diding keraton,

tak mempan dihantam gempa dan banjir bandang,

malahan mereka juru tafsir peraturan dan merancang undang-undang,

penegak hukum sekaligus penggoyang hukum, berfungsi bergantian.

Bagaimana caranya memroses hukum maling-maling yang jumlahnya ratusan ribu, barangkali sekitar satu juta orang ini,

cukup jadi sebuah negara mini,

meliputi mereka yang pegang kendali perintah, eksekutif, legislatif, yudikatif dan dunia bisnis, yang pegang pestol dan

mengendalikan meriam, yang berjas dan berdasi. Bagaimana caranya?

Mau diperiksa dan diusut secara hukum?

Mau didudukkan di kursi tertuduh sidang pengadilan? Mau didatangkan saksi-saksi yang bebas dari ancaman? Hakim dan jaksa yang bersih dari penyuapan?

Percuma

Seratus tahun pengadilan, setiap hari 8 jam dijadwalkan Insya Allah tak akan terselesaikan.

Jadi, saudaraku, bagaimana caranya?

Bagaimana caranya supaya mereka mau dibujuk, dibujuk, dibujuk agar bersedia mengembalikan jarahan yang berpuluh tahun

dan turun-temurun sudah mereka kumpulkan.

Kita doakan Allah membuka hati mereka, terutama karena terbanyak dari mereka orang yang shalat juga, orang yang berpuasa juga, orang yang berhaji juga.

Kita bujuk baik-baik dan kita doakan mereka.

Celakanya,

jika di antara jamaah maling itu ada keluarga kita, ada hubungan darah atau teman sekolah,

maka kita cenderung tutup mata, tak sampai hati menegurnya.

Celakanya,

bila di antara jamaah maling itu ada orang partai kita, orang seagama atau sedaerah,

Kita cenderung menutup-nutupi fakta, lalu dimakruh-makruhkan

dan diam-diam berharap

semoga kita mendapatkan cipratan harta tanpa ketahuan.

Maling-maling ini adalah kawanan anai-anai dan rayap sejati. Dan lihat kini jendela dan pintu Rumah Indonesia dimakan rayap.

Kayu kosen, tiang,kasau, jeriau rumah Indonesia dimakan anai-anai. Dinding dan langit-langit, lantai rumah Indonesia digerogoti rayap.

Tempat tidur dan lemari, meja kursi dan sofa, televisi rumah Indonesia dijarah anai-anai.

Pagar pekarangan, bahkan fondasi dan atap rumah Indonesia sudah mulai habis dikunyah-kunyah rayap.

Rumah Indonesia menunggu waktu, masa rubuhnya yang sempurna.

Aku berdiri di pekarangan, terpana menyaksikannya.

Tiba-tiba datang serombongan anak muda dari kampung sekitar. “Ini dia rayapnya! Ini dia Anai-anainya! ” teriak mereka.

“Bukan. Saya bukan Rayap, bukan!” bantahku.

Mereka berteriak terus dan mendekatiku dengan sikap mengancam.

Aku melarikan diri kencang-kencang. Mereka mengejarkan lebih kenjang lagi. Mereka menangkapku.

“Ambil bensin!” teriak seseorang. “Bakar Rayap,” teriak mereka bersama.

Bensin berserakan dituangkan ke kepala dan badanku.

Seseorang memantik korek api. Aku dibakar.

Bau kawanan rayap hangus. Membubung Ke udara.

KLIK DI SINI

Jakarta, 2008


Featured Post

HABIB ALI ALHABSYI DENGAN KAROMAHNYA

KHARAMAH HABIB ALHABSYI:  BISA DENGAR SUARA TASBIH DAN BENDA MATI HABIB ALI ALHABSYI DENGAN KAROMAHNYA Habib Ali Alhabsyi nama lengkapnya H...