BERANDA

Tampilkan postingan dengan label BUDAYA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BUDAYA. Tampilkan semua postingan

Jumat, 06 September 2024

CALON PEMIMPIN CIUNG WANARA MENUJU PEMIMPIN CIUNG LODAYA

CALON PEMIMPIN CIUNG WANARA 
MENUJU PEMIMPIN CIUNG LODAYA

Ketelitian dan kecerdasan  rakyat memilih pemimpin, merupakan hal pokok, yang dapat mendatangkan kemajuan suatu negara. Koalisi partai memang tidak bisa dihindari dalam berdemokrasi di negara kita  yang akhirnya terjadi politik transaksional yang membawa pengelolaan negara dalam kegagalan.
ilustrasi pemimpin ciung lodaya

Raja Sastra Ketelitian dan kecerdasan  rakyat memilih pemimpin, merupakan hal pokok, yang dapat mendatangkan kemajuan suatu negara. Koalisi partai memang tidak bisa dihindari dalam berdemokrasi di negara kita  yang akhirnya terjadi politik transaksional yang membawa pengelolaan negara dalam kegagalan. Hal ini bisa ditandai dengan bagi-bagi kavling kekuasaan, karena banyak para pemimpin yang menginginkan kekuasaan secara instan tidak mau menempuh ekslusi kepemimpinan. 

Bacaan lainya:

Dalam hal ini kami akan membahas tipe-tipe kepemimpinan menurut pandangan orang Sunda, walaupun tidak munutup kemungkinan gambaran kepimpinan ideal dari suku lain. Penjelasan tersebut didasarkan pada Disertasi karya Husin M. Al-Banjari dengan udul “BUDAK ANGON DISKURSUS KEPEMIMPINAN SUNDA MENUJU KEKUASAAN”

Menurut beliau Kepemimpinan Sunda terdiri dari

1. Subjek Nondiskursip : Kuya Bodas, Hurang Catang

2. Subjek Diskursif: Badak, Lodaya, Lutung,  Ciung

3. Ciung Wanara model Ideal untuk  menjadi Pemimpin

Mari kita bahas  satu persatu

1. Subjek Nondiskursip : Kuya Bodas, Hurang Catang

Kuya Bodas HurangCatang digambarkan oleh tradisi tutur sebagai pemeran subjek yang menginginkan kekuasaan secara instan tidak mau menempuh system eksklusi kepemimpinan, hal ini tersirat dari kalimat “Nyegatan di saban muara,  beusi haur palid di bawa cai” (Pantun Bogor Lakon Pakuan Pajajaran Beukah Kembang )- (PBI)  (menunggu di setiap muara siapa tahu haur hanyut terbawa air )calon-calon pemimpin sepereti ini tidak berpikir proses penting di hulu hulu (saperti, tapa ngalalana, silanglang, kabuyutan), tapi mereka langsung saja mencari keuntungan di hilir/dimuara dari pada menempuh sistem  eksklusi. Calon Pemimpin model kuya bodas dan hrang catang lebih disibukan oleh bagi-bagi kavling kekuasaan.”ngaing jeung Ki Catangmah deuk jaradi jelema… ngaing deuk nyokot tanah bogaeun ngaing jadi Raja, lobana cengkaleun ngaing PBI h.22 (aku dan Ki Catang mau langsung berkuasa, akum au mengambil tanah jatah punyaku di mana aku jadi pemimpinya, luasnya aku atur sendiri.

Orang yang ingin langsung berkuasa dan enggan menempuh sistem  inilah yang digambarkan oleh calon pemimpin “Kuya Bodas-Hurang Catang” Calon pemimpin seperti ini apa bila terbukti jadi pemimpin sama saja dengan merencanakan kegagalan prestasi kepemimpinan Sunda, atau siapapun calon pemimpinya.  Hal ini akan terlihat dari cara-cara menggaet masa, baik mengandalkan ketenaran leluhurnya, atau saudaranya.  Dari kalimat lain “Mantuan di liliyuran tapi arinyanamah ngarep-ngarep jasa keuna buruh/PBI.h20 (Bukan membantu sekedar ikut-ikutan tapi Kuya dan Catang, mereka mengharapkan jasa dan upah). Ini cara berpikir model pemimpin seperti ini dalam benak mereka tidak ada makan siang yang gratis, semua aktivitas ada pertukaran antara balas budi dan harganya, dan prilaku politik transaksional seperti itu banyak dipraktekan dalam calon kepemimpinan sekarang dan sulit dihindari. 

Prestasi pemimpin model ini seperti digambarkan pantun seperti digambarkan di bawah tuan besar “Jaradi badega ka urang wetan bari muji-muji Pamujan Sabrang” /PBI.h22 (menjadi pembantu pada orang Wetan, sambal memuji-muji kepercayaan asing). Pemimpin seperti ini senang jadi orang no 2, nyaman berdiri di belakang, sambal memuji-muji keyakinan impor, bahkan ada kalanya lebih mementingkan bangsa lain dari pada rakyat sendiri. Inilah pemimpin model Kuya Bodas-hurang Catang. Watak kepemimpinan yang suka mengekor pemikiran sabrang (asing). Pemimpin seperti ini tidak akan mnyumbangkan untuk kebesaran negerinya, karena pemikiran mereka sendiri sebenarnya sudah tercerabut dari akar dari akar-akar lokalitasnya

Persoalan terbesar dari modelpemimpin seperti ini (Kuya Bodas dan Hurang Catang) terletak pada tidak ada keinginan untuk menempuh sistem ekslusi kepemimpinan sehingga tdak ada lagi pertahanan diri untuk menopang, misalnya misi kepemimpinan mensejahtrakan rakyat, karena lebih memberikan perhatian pada dirinya dan asing yang jadi pujaanya. Bahaya besar akan dating daridirinya karena benar-benar larut dalam kekuasaan, karena kekuasaan membuat mabuk dan buta. Dalam bisa berubah menjadi instrument terror bagi rakyatnya sendiri, padahal hakekat kekuasaan itu bukan semena, mena bukan membohongi masyarakat, bukan mnyakiti hati masyarakat, bukan manipulasi, bukan institusional apalagi kekerasan dengan memerangi rakyat sendiri. klik di sini

Bersambung bagian 2

Sumber: Budak Angon Diskursus Kepemimpinan Sunda Menuju Kekuasaan

Selasa, 03 September 2024

RAYAP BERGEROMBOL MEMANGSA DARAH RAKYAT

 

RAYAP BERGEROMBOL MEMANGSA DARAH RAKYAT 

RAYAP BERGEROMBOL MEMANGSA DARAH RAKYAT


Para pembaca yang Budiman…..!

KLIK rajasastra-us.blogspot.com Rayap, berkeliaran di mana-mana di seantero negeri disetiap intansi rayap bergerombol di mandor-mandor  bangunan rayap memakan semen-semen untuk bahan bagunan , sehingga takarannya dikurangi, disetiap intansi rayap bergerombol merongrong kewibawaan negeri, di perpajakan rakyat datang menggerogoti setoran rakyat,  di beberapa kementrian rayap datang memanipulasi anggaran. Bahkan dianggota Dewanpun rayap menyerang mengisap darah rakyat. Bahkan sampai dipedesaan di kelurahan di ke RT-an banyak rayap mencari mangsa.  rayap memang jahat kadang datang bergerombol saling melindungi kejahatan yang dilakukannya.

Berbicara masalah Rayap, Taufik Ismail dalam puisinya yang berjudul ” Negeriku Sedang Dilahap Rayap" menggambarkan keadaan negeri kita berada  dalam tatanan kehidupan yang semerawut penuh dengan kejahatan yang dilakukan oleh manusia berdasi.

Negeri ini memang sedang diserang rayap sehingga keadaannya tidak baik-baik saja. Anggota Dewan yang dipilih rakyat, banyak yang mengambil kepurtusan menyakiti rakyat. Fakta banyak oknum pejabat  yang tersandung kasus korupsi, gratifikasi menggambarkan bahwa banyak dari mereka lebih memilih mementingkan diri sendiri , mereka banyak yang jadi maling makan uang rakyat.  Beban hutang negara membuat negri ini sepertinya telah tergadaikan. Kolonialisme baru telah melanda negeri kita.

Para maling-maling negeri berjalan berjamaah, saling menutupi, sehingga sulit untuk ditembus oleh hukum. Rakyat sengsara cari kerja sulit pengangguran merajalela. Sulit rasanya rakyat merasakan kesejahtraan, karena negeri ini sudah banyak dikuasai maling.

Pembaca yang Budiman, Penulis mengajak para pembaca untuk mencoba mengapresiasi dua Puisi Karya Taufik Ismail dengan judul yang sama dibuat dalam waktu yang berbeda, namun gambaran isinya hampir sama. Mari kita bandingkan dan apresiasi dua puisi tersebut.

Selamat membaca  dan mengapresiasi karya sastrawan ternama ini.


Negeriku Sedang Dilahap Rayap

(Karya Taufik Ismail)

 

 

Kita Hampir Paripurna

menjadi Bangsa Porak- Poranda,

Terbungkuk Dibebani Hutang

dan Merayap Melata Sengsara di dunia.

Pergelangan Tangan dan Kaki Indonesia “DIBORGOL” di Ruang Tamu Kantor Pegadaian Jagat Raya.

Negeri kita “Tidak Merdeka Lagi”,

Kita sudah jadi Negeri Jajahan Kembali.

Selamat Datang dalam

“Zaman Kolonialisme Baru,”

Saudaraku.

Dulu penjajah kita “Satu Negara”,

Kini penjajah kita “Multi-Kolonialis”

banyak bangsa.

Mereka “Berdasi Sutra”,

Ramah-Tamah luar biasa

dan Banyak Senyumnya.

Makin banyak kita

“Meminjam Uang,

Makin Gembira”

karena “Leher Kita

Makin Mudah Dipatahkannya”.

Bergerak ke kiri “Ketabrak Copet”

Bergerak ke kanan “Kesenggol Jambret”,

Jalan di depan “Dikuasai Maling’,

Jalan di Belakang penuh “Tukang Peras”,

Yang di atas “Tukang Tindas.”

Lihatlah PARA MALING itu

kini mencuri secara Berjamaah.

Mereka berSaf-Saf Berdiri Rapat,

Teratur Berdisiplin dan Betapa Khusyu’.

Begitu rapatnya mereka berdiri

susah engkau menembusnya,

Begitu Sistematis.

Itukah rezim yang kalian banggakan dan di bela-bela.

Lalu dari sisi mana hebatnya rezim sekarang ini.

 

 

NEGRIKU SEDANG DILAHAP RAYAP  2

(Karya Taufik Ismail)


Anak-anak tak bisa bersekolah 11 juta murid, pecandu narkoba 6 juta anak muda, pengungsi perang saudara 1 juta orang, VCD koitus beredar 20 juta keping, kriminalitas merebat disetiap tikungan jalan

dan beban hutang di bahu 1600 trilyun rupiahnya.

Pergelangan tangan dan kaki Indonesia diborgol diruang tamu Kantor Pegadaian Jagat Raya, dan dipunggung kita dicap sablon besar-besar:

Tahanan IMF dan Penunggak Bank Dunia.

Kita sudah jadi bangsa kuli dan babu,

menjual tenaga dengan upah paling murah sejagat raya.

Ketika TKW-TKI itu pergi

lihatlah mereka bersukacita antri penuh harapan dan angan-angan di pelabuhan dan bandara,

ketika pulang lihat mereka berdukacita karena majikan mungkir tidak membayar gaji, banyak yang disiksa malah diperkosa

dan pada jam pertama mendarat di negeri sendiri diperas pula.

Negeri kita tidak merdeka lagi,

kita sudah jadi negeri jajahan kembali.

Selamat datang dalam zaman kolonialisme baru, saudaraku.

Dulu penjajah kita satu negara,

kini penjajah multi kolonialis banyak bangsa. Mereka berdasi sutra,

ramah-tamah luar biasa dan banyak senyumnya.

Makin banyak kita meminjam uang, makin gembira karena leher kita makin mudah dipatahkannya.

Di negeri kita ini, prospek industri bagus sekali. Berbagai format perindustrian, sangat menjanjikan, begitu laporan penelitian.

Nomor satu paling wahid, sangat tinggi dalam evaluasi, dari depannya penuh janji, adalah industri korupsi.

Apalagi di negeri kita lama sudah tidak jelas batas halal dan haram, ibarat membentang benang hitam di hutan kelam jam satu malam. Bergerak ke kiri ketabrak copet,

bergerak ke kanan kesenggol jambret, jalan di depan dikuasai maling,

jalan di belakang penuh tukang peras, yang di atas tukang tindas.

Untuk bisa bertahan berakal waras saja di Indonesia, sudah untung. Lihatlah para maling itu kini mencuri secara berjamaah.

Mereka bersaf-saf berdiri rapat, teratur berdisiplin dan betapa khusyu’. Begitu rapatnya mereka berdiri susah engkau menembusnya.

Begitu sistematiknya prosedurnya tak mungkin engkau menyabotnya. Begitu khusyu’nya, engkau kira mereka beribadah.

Kemudian kita bertanya, mungkinkah ada maling yang istiqamah?

Lihatlah jumlah mereka, berpuluh tahun lamanya, membentang dari depan sampai ke belakang, melimpah dari atas sampai ke bawah,

tambah merambah panjang deretan saf jamaah.

Jamaah ini lintas agama, lintas suku dan lintas jenis kelamin. Bagaimana melawan maling yang mencuri secara berjamaah?

Bagaimana menangkap maling

yang prosedur pencuriannya malah dilindungi dari atas sampai ke bawah? Dan yang melindungi mereka, ternyata,

bagian juga dari yang pegang senjata dan yang memerintah. Bagaimana ini?

Tangan kiri jamaah ini menandatangani disposisi MOU dan MUO (Mark Up Operation),

tangan kanannya membuat yayasan beasiswa, asrama yatim piatu dan sekolahan.

Kaki kiri jamaah ini mengais-ngais upeti ke sana kemari, kaki kanannya bersedekah, pergi umrah dan naik haji.

Otak kirinya merancang prosentasi komisi dan pemotongan anggaran, otak kanannya berzakat harta,

bertaubat nasuha

dan memohon ampunan Tuhan.

Bagaimana caranya melawan maling begini yang mencuri secara berjamaah? Jamaahnya kukuh seperti diding keraton,

tak mempan dihantam gempa dan banjir bandang,

malahan mereka juru tafsir peraturan dan merancang undang-undang,

penegak hukum sekaligus penggoyang hukum, berfungsi bergantian.

Bagaimana caranya memroses hukum maling-maling yang jumlahnya ratusan ribu, barangkali sekitar satu juta orang ini,

cukup jadi sebuah negara mini,

meliputi mereka yang pegang kendali perintah, eksekutif, legislatif, yudikatif dan dunia bisnis, yang pegang pestol dan

mengendalikan meriam, yang berjas dan berdasi. Bagaimana caranya?

Mau diperiksa dan diusut secara hukum?

Mau didudukkan di kursi tertuduh sidang pengadilan? Mau didatangkan saksi-saksi yang bebas dari ancaman? Hakim dan jaksa yang bersih dari penyuapan?

Percuma

Seratus tahun pengadilan, setiap hari 8 jam dijadwalkan Insya Allah tak akan terselesaikan.

Jadi, saudaraku, bagaimana caranya?

Bagaimana caranya supaya mereka mau dibujuk, dibujuk, dibujuk agar bersedia mengembalikan jarahan yang berpuluh tahun

dan turun-temurun sudah mereka kumpulkan.

Kita doakan Allah membuka hati mereka, terutama karena terbanyak dari mereka orang yang shalat juga, orang yang berpuasa juga, orang yang berhaji juga.

Kita bujuk baik-baik dan kita doakan mereka.

Celakanya,

jika di antara jamaah maling itu ada keluarga kita, ada hubungan darah atau teman sekolah,

maka kita cenderung tutup mata, tak sampai hati menegurnya.

Celakanya,

bila di antara jamaah maling itu ada orang partai kita, orang seagama atau sedaerah,

Kita cenderung menutup-nutupi fakta, lalu dimakruh-makruhkan

dan diam-diam berharap

semoga kita mendapatkan cipratan harta tanpa ketahuan.

Maling-maling ini adalah kawanan anai-anai dan rayap sejati. Dan lihat kini jendela dan pintu Rumah Indonesia dimakan rayap.

Kayu kosen, tiang,kasau, jeriau rumah Indonesia dimakan anai-anai. Dinding dan langit-langit, lantai rumah Indonesia digerogoti rayap.

Tempat tidur dan lemari, meja kursi dan sofa, televisi rumah Indonesia dijarah anai-anai.

Pagar pekarangan, bahkan fondasi dan atap rumah Indonesia sudah mulai habis dikunyah-kunyah rayap.

Rumah Indonesia menunggu waktu, masa rubuhnya yang sempurna.

Aku berdiri di pekarangan, terpana menyaksikannya.

Tiba-tiba datang serombongan anak muda dari kampung sekitar. “Ini dia rayapnya! Ini dia Anai-anainya! ” teriak mereka.

“Bukan. Saya bukan Rayap, bukan!” bantahku.

Mereka berteriak terus dan mendekatiku dengan sikap mengancam.

Aku melarikan diri kencang-kencang. Mereka mengejarkan lebih kenjang lagi. Mereka menangkapku.

“Ambil bensin!” teriak seseorang. “Bakar Rayap,” teriak mereka bersama.

Bensin berserakan dituangkan ke kepala dan badanku.

Seseorang memantik korek api. Aku dibakar.

Bau kawanan rayap hangus. Membubung Ke udara.

 

Jakarta, 2008


Downloade DI SINI

Minggu, 01 September 2024

21 SENJATA TRADISIONAL INDONESIA YANG PERLU KITA KENAL TERSEBAR DI BEBERAPA PROPINSI

21 SENJATA TRADISIONAL INDONESIA YANG PERLU KITA KENAL 
TERSEBAR DI BEBERAPA  PROPINSI

21 Senjata tradisional Indonesia perlu kita kenal tersebar di beberapa  propinsi di  Indonesia hal ini  berkaitan pula dengan keberadaan negara kita yang terkenal sebagai negara dengan beragam kekayaan. Mulai dari suku bangsa, budaya, fauna hingga flora yang begitu beragam bisa ditemukan di Negara Indonesia. Pada zaman dahulu ketika leluhur kita sedang memperjuangkan kemerdekaan.

rajasastra-us.blogspot.com   21 Senjata tradisional Indonesia perlu kita kenal tersebar di beberapa  propinsi di  Indonesia hal ini  berkaitan pula dengan keberadaan negara kita yang terkenal sebagai negara dengan beragam kekayaan. Mulai dari suku bangsa, budaya, fauna hingga flora yang begitu beragam bisa ditemukan di Negara Indonesia. Pada zaman dahulu ketika leluhur kita sedang memperjuangkan kemerdekaan.

Para leluhur dan pahlawan kita menggunakan berbagai macam senjata. Bahkan mungkin pada pembelajaran dari sekolah dasar dahulu kita juga sudah diajarkan beragam senjata tradisional Indonesia.

21 Senjata tradisional Indonesia perlu kita kenal tersebar di beberapa  propinsi hal ini merupakan fakta  begitu beragam dan kayanya ragam budaya tradisional Negara Indonesia. Kita juga tahu jika Negara Indonesia  kaya akan budayanya, tentu saja berkaitan  sejarah bangsa sendiri. Kita bisa belajar pada leluhur kita yang berjuang dengan  beragam senjata tradisional  untuk melawan penjajah.

Pada artikel ini kita akan mengenal aneka ragam senjata tradisional tersebut:

21 Nama dan Asal Senjata Tradisional Indonesia

1. Keris Yogyakarta

2. Celurit Madura

3. Pisau Belati Papua

4. Parang Salawaku Maluku

5. Mandau Kalimantan

6. Rencong Aceh

7. Badik Sulawesi

8. Kujang Jawa Barat

9. Golok Jakarta

10. Klewang Sumatera Selatan

11. Kurambiak Sumatra Barat

12. Pedang Jenawi Riau

13. Karih Sumatra Barat

14. Tombak Mata Panah Jambi

15. Tombak Kayu Payan Lampung

16. Sumpit Kalimantan Timur

17. Dohong Kalimantan Tengah

18. Keris Bujak Beliung Kalimantan Selatan

19. Golok Ciomas Banten

20. Keris Bali

21. Sundu Nusa tenggara Timur


21 Bentuk dan Fungsi Senjata Tradisional Indonesia

1. Keris dari Jawa

 

Keris menjadi salah satu senjata tradisional yang dahulu juga digunakan oleh para leluhur dan pahlawan khususnya yang berasal dari Jawa ketika melawan penjajah. Bahkan sampai saat ini keris masih kerap dijadikan kelengkapan pakaian adat Jawa dalam beberapa upacara adat seperti penihan. 

Selain itu keris juga kerap digunakan beberapa orang sebagai pajangan rumah hingga sebagai properti dalam film khususnya yang mengambil latar belakang cerita zaman dahulu. Bagi masyarakat Jawa sendiri khususnya daerah Yogyakarta, keris bukan hanya sebagai senjata perlindungan diri saja. Namun keris yang memiliki bentuk meliuk-liuk itu juga kerap dianggap sebagai sebuah benda yang begitu sakral dan memiliki unsur mistik di dalamnya. Tak heran jika beberapa pusaka keris kerap terlihat seperti memiliki aura yang berbeda.

2. Celurit dari Madura

Berikutnya ada celurit dari daerah Madura yang dahulu juga menjadi salah satu senjata tradisional yang digunakan oleh para leluhur dan pahlawan ketika melawan para penjajah. Bentuk dari celurit sendiri melengkung layaknya bulan sabit.

Saat ini senjata celurit masih kerap digunakan oleh masyarakat umum khususnya orang Madura dalam beberapa keperluan. Contohnya adalah digunakan untuk memotong rumput guna memberi makan ternak.  Selain itu senjata clurit juga bisa digunakan sebagai media untuk menyelesaikan suatu masalah baik antar individu maupun masalah adat lainnya. Bahkan senjata celurit juga kerap dijadikan pajangan hiasan di dalam rumah.

3. Pisau Belati dari Papua

Selanjutnya ada pisau belati dari daerah Papua yang juga termasuk ke dalam salah satu senjata tradisional Indonesia. Senjata tradisional dari daerah Papua ini terbilang cukup unik. Pasalnya pisau belati daerah Papua ini terbuat dari tulang burung kasuari. Tulang burung kasuari ini dibentuk hingga menjadi pipih dan tajam. Meski terbuat dari tulang binatang. Namun dari segi kekuatan tak boleh diremehkan. Lalu pada bagian gagang pisau belati tersebut terdapat hiasan burung kasuari. Hal tersebut bisa jadi ciri khas tersendiri milik pisau belati asal daerah Papua.

Saat ini orang-orang yang berada di tanah Papua menggunakan pisau belati untuk berbagai macam keperluan. Mulai dari berburu binatang, perang dan juga mengambil hasil hutan. Selain menggunakan pisau belati, orang-orang daerah Papua juga menggunakan senjata lain seperti busur dan juga panah yang bisa dibuat dari bambu maupun kayu.

4. Parang Salawaku dari Maluku

Bagi orang yang berada di luar daerah Maluku mungkin saja sedikit asing dengan senjata tradisional parang salawaku. Namun sedikit berbeda cerita ketika Anda melihat uang seribu yang memiliki gambar Kapitan Pattimura. Ya gambar Kapitan Pattimura dalam uang seribu memang sedang memegang senjata tradisional asal Maluku yaitu parang salawaku.

Pada masa penjajahan, parang salawaku digunakan untuk melawan penjajah seperti berperang sekaligus sebagai simbol kemerdekaan masyarakat Maluku. Di sisi lain, nama parang salawaku sendiri terdiri dari parang yang memiliki arti pisau panjang dan salwaku yang memiliki arti perisai.

5. Mandau dari Kalimantan

Berikutnya adalah ada senjata Mandau asal Kalimantan. Dimana Mandau dari Kalimantan ini sudah dikenal secara meluas hingga ke luar negeri lho. Mandau sendiri lebih banyak digunakan oleh Suku Dayak Kalimantan.

Senjata tradisional mandau sendiri memiliki bentuk seperti pedang. Selain itu pada bagian bilah mandau kerap diberikan sebuah ukiran yang terlihat begitu unik. Keberadaan Mandau asal Kalimantan juga kerap ditemani dengan sebuah pisau kecil yang bernama langgei puai.

Dahulu senjata mandau kerap digunakan untuk melawan musuh ketika perang. Namun saat ini senjata mandau lebih kerap dijadikan oleh-oleh khas Dayak bagi turis wisatawan mancanegara maupun domestik.

6. Rencong dari Aceh

 

Rancong adalah senjata tradisional daerah Aceh. Meski menjadi senjata tradisional, rancong terbilang memiliki ukuran yang cukup kecil hampir seperti pisau. Bagi masyarakat Aceh, rancong adalah senjata yang begitu berperan penting ketika melawan penjajah kala itu.

Bukan hanya sebagai senjata melawan penjajah saja. Pasalnya senjata rancong ternyata memiliki hal unik di dalamnya. Rancong menjadi lambang status kegagahan, kehormatan, kebangsawaan hingga banyak yang percaya jika di dalamnya terdapat sisi sakral.

7. Badik dari Sulawesi

Selanjutnya ada senjata tradisional kujang yang berasal dari daerah Jawa Barat. Bentuk dari senjata kujang sendiri seperti pisau melengkung yang memiliki motif. Beberapa orang menyebutnya jika kujang adalah goloknya orang sunda.

Selain itu karena badik memiliki bentuk yang cukup unik menjadikannya banyak diburu untuk dijadikan sebuah benda koleksi. Di sisi lain, badik juga kerap dijadikan senjata atraksi seni bela diri.

Meski badik terlihat seperti rencong asal Aceh. Namun sebenarnya badik adalah senjata tradisional asal daerah Sulawesi. Dahulu badik digunakan oleh suku Bugis, Makassar, dan Toraja badik sendiri memiliki ukuran yang cukup kecil hampir seperti pisau.

Karena ukuran tersebutlah badik kerap dijadikan senjata bertarung secara individu maupun kelompok. Menurut cerita, badik sudah ada sejak zaman kerajaan Sulawesi. Bahkan orang dahulu khususnya pria suku Bugis ketika merantau akan membawa badik yang diletakkan di pinggangnya.

Sebab banyak yang percaya jika senjata badik asal Sulawesi tersebut memiliki nilai sakral dan menjadi benda tolak balak. Meski saat ini badik tak lagi menjadi alat perang. Namun masih ada beberapa orang yang percaya jika badik masih memiliki nilai sakral dan mistis. Tak heran jika sampai saat ini masih ada yang menyimpan badik di tempat tersembunyi.

8. Kujang dari Jawa Barat

Selanjutnya ada senjata tradisional kujang yang berasal dari daerah Jawa Barat. Bentuk dari senjata kujang sendiri seperti pisau melengkung yang memiliki motif. Beberapa orang menyebutnya jika kujang adalah goloknya orang sunda.

Selain itu karena badik memiliki bentuk yang cukup unik menjadikannya banyak diburu untuk dijadikan sebuah benda koleksi. Di sisi lain, badik juga kerap dijadikan senjata atraksi seni bela diri.

9. Golok dari Jakarta

Berikutnya ada senjata tradisional dari daerah Jakarta yaitu golok. Dimana golok juga menjadi salah satu harta berharga bagi masyarakat Jakarta. Jika dahulu golok digunakan untuk mengusir penjajah. Saat ini golok kerap digunakan untuk seni bela diri silat Betawi pada acara-acara adat.

Selain itu golok juga identik dengan tokoh si pitung seorang jawara pengusir penjajah dari tanah Betawi. Perkembangan zaman menjadikan golok juga masih digunakan untuk membantu keperluan rumah tangga hingga berkebun.

10. Klewang dari Sumatera Selatan

Meski klewang adalah senjata tradisional Sumatera Selatan. Namun pada zaman penjajahan dahulu klewang juga digunakan saat perang Aceh melawan penjajah. Klewang memiliki ukuran sekitar 38 hingga 76 cm. Dengan ukuran tersebut menjadikan klewang sangat cocok untuk pertarungan jarak dekat.

Jika dilihat sekilas, senjata tradisional klewang hampir mirip dengan golok. Namun keduanya memiliki perbedaan pada bagian pegangannya.

11. Kurambiak dari Sumatera Barat

Kurambiak merupakan senjata tradisional dari daerah Sumatera Barat. Memiliki bentuk yang cukup unik menjadikan kurambiak begitu terkenal banyak daerah hingga ke luar negeri. Senjata tradisional kurambiak juga memiliki bentuk seperti kuku macan.

Meski kurambiak asal Sumatera Barat memiliki bentuk yang terbilang kecil. Namun tetap saja dalam menggunakan kurambiak membutuhkan keahlian khusus. Selain itu kurambiak juga pernah diperlihatkan film action Indonesia yaitu The Raid.

Saat ini kurambiak kerap digunakan masyarakat untuk keperluan mencabut rumput karena memiliki ketajaman yang begitu hebat.

12. Pedang Jenawi dari Riau

Konon katanya menurut cerita pangeran asal Kerajaan Sriwijaya menggunakan pedang jenawi ketika berperang. Ya, pedang jenawi merupakan senjata tradisional asal Riau. Pedang jenawi sendiri memiliki bentuk lurus memanjang dan pada bagian ujungnya meruncing tajam.

Meski dahulu kerap digunakan untuk berperang. Namun saat ini keberadaan dari pedang jenawi sendiri tampak begitu langka. Bahkan para kolektor juga kerap memburu pedang jenawi karena kelangkaanya.

13. Karih dari Sumatera Barat

Selanjutnya ada karih atau kerap juga disebut dengan keris yang menjadi salah satu senjata tradisional daerah Sumatera Barat. Ciri khas dari karih sendiri adalah berbentuk lekukannya yang tampak sedikit atau seperti berbentuk nyaris lurus.

Jumlah lekukannya juga lebih lebar sekaligus pada bagian hulu memiliki ukiran dan berbentuk melengkung ke arah bawah. Pada zaman dahulu masyarakat Sumatera Barat menjadikan karih sebagai senjata adat khsusunya dipakai oleh kaum bangsawan dan penghulu kerajaan.

Saat ini keberadaan dari karih juga bisa ditemui ketika ada upacara adat pernikahan masyarakat Minang. Pasalnya karih masih digunakan sebagai pelengkap pakaian adat pria Minang.

14. Tombak Mata Panah dari Jambi

Daerah Kerinci menyebut senjata tradisional tombak mata panah dengan sebutan kuju. Tombak mata panah sampai saat ini masih terus diproduksi di daerah Sungai Penuh. Tombak mata panah terdiri atas beberapa bagian. Mulai dari mata panah, puting, kuping, tangkai dan juga besi sebagai pelapis manau.

Untuk ukuran tangkai dari senjata tombak mata panah adalah sekitar satu meter. Sedangkan untuk bagian kepala tombak mata panah memiliki ukuran 20 cm. Pada bagian tangkai kebanyakan berwarna kuning dan pada bagian kepala akan berwarna hitam. Mata panah pada senjata tradisional asal Jambi ini dibuat menggunakan besi pilihan yang dibakar pada tingkat kepanasan tertentu.

Pada bagian tangkai tombak mata panah akan dibuat dari bambu atau manau. Dalam satu tahu biasanya tombak mata panah akan dimandikan sebanyak dua kali dan dilapisi dengan kemenyan.

BACAAN LAINNYA:

15. Tombak atau Payan dari Lampung

Tombak atau yang disebut juga dengan payan adalah senjata tradisional dari daerah Lampung. Jika dilihat dari bentuknya, tombak masih dibagi menjadi dua yaitu tombak panjang dan tombak pendek. Untuk tombak panjang memiliki gagang dengan panjang sekitar lebih dari 150 cm.

Lalu untuk tombak pendek memiliki ukuran gagang dengan panjang tidak lebih dari 90 cm, meski memiliki panjang gagang panjang yang berbeda. Namun untuk bagian mata tombak keduanya memiliki ukuran yang hampir sama yaitu antara 34 hingga 40 cm.

Tak hanya sampai disitu saja, pasalnya tombak atau payan asal Lampung ini masih diklasifikasikan menjadi empat kategori. Diantaranya adalah tombak sebagai benda pusaka, tombak sebagai alat berburu, tombak untuk alat upacara hingga tombak yang digunakan sebagai benda religi.

16. Sumpit dari Kalimantan Timu

Berikutnya ada senjata tradisional dari daerah Kalimantan Timur dengan nama Sumpit. Sumpit tak hanya digunakan untuk berperang saja. Namun senjata tradisional sumpit juga digunakan untuk berburu hingga keperluan upacara adat seperti pernikahan adat Dayak.

Cara mengoperasikan senjata tradisional asal Kalimantan Timur ini adalah dengan sistem meniup. Menurut kepercayaan Suku Dayak, senjata tradisional sumpit tidak boleh digunakan untuk membunuh sesama.

Panjang dari sumpit sendiri adalah antara 1,9 hingga 2,1 m. Lalu untuk diameter senjata tradisional asal Kalimantan Timur ini adalah sekitar 2 sampai 3 m. Sedangkan untuk diameter lubang sampit sendiri adalah 1 cm. Kegunaan dari lubang pada sumpit ini adalah untuk memasukkan anak sumpit.

17. Dohong dari Kalimantan Tengah

 

Dohong juga menjadi senjata tradisional Suku Dayak Kalimantan. Bentuk dari senjata tradisional dohong sendiri hampir seperti keris namun lebih besar dan lebih tajam. Pada bagian hulu dohong terbuat dari tanduk dan untuk sarungnya sendiri terbuat dari kayu.

Perlu diketahui jika senjata tradisional dohong hanya digunakan oleh kepala suku, Demang dan juga Basir.

18. Keris Bujak Beliung dari Kalimantan Selatan

Selanjutnya adalah senjata tradisional dari daerah Kalimantan Selatan dengan nama keris bujak beliung. Panjang dari keris bujak beliung adalah sekitar 30 cm. Sedangkan untuk ciri khas dari keris bujak beliung adalah pada bagian ukiran khas Kalimantan Selatan. Setiap ukiran yang ada pada keris bujak beliung akan memiliki filosofi tersendiri.

19. Golok Ciomas dari Banten

Dari wilayah Banten khususnya daerah Ciomas juga memiliki senjata tradisional yang diberi nama Golok ciomas. Golok ciomas tak hanya terkenal karena ketajamannya saja. Namun senjata tradisional asal Banten tersebut juga terkenal karena memiliki sisi mistis yang konon katanya berada di dalamnya.

Pada zaman dahulu para pejuang khususnya dari daerah Banten menggunakan golok ciomas untuk mengusir penjajah. Menariknya golok ciomas hanya dibuat bertepatan pada hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Selain itu proses pembuatan golok ciomas juga harus melewati beberapa ritual dan penempatan besi khusus. Selain itu senjata tradisional asal Banten ini juga terkenal karena keseimbangan bentuk, ketajaman dan juga kehalusan hasil proses penempaan.

20. Keris dari Bali

Dari daerah Bali juga memiliki senjata tradisional dengan nama keris. Tak hanya untuk membela diri saja. Senjata tradisional keris juga digunakan mewakili seseorang ketika menghadiri undangan pernikahan.

Lalu ada juga kepercayaan masyarakat setempat jika keris juga bisa menyembuhkan luka gigitan hewan berbisa. Caranya adalah dengan merendam senjata tradisional keris di dalam air.

Sisi unik dari keris daerah Bali adalah terletak pada ukirannya. Sebab memang ukiran keris Balis terbilang bermacam-macam bentuknya. Ada yang berbentuk patung dewa, patung pedanda, raksasa, penari, kepala kuda dan berbagai bentuk ukiran lainnya. Gagang dari keris Bali biasanya terbuat dari kayu. Namun ada juga gagang keris Bali yang dihiasi oleh batu permata.

21. Sundu dari Nusa Tenggara Timur

 

Berikutnya ada senjata tradisional asal daerah Nusa Tenggara Timur yang disebut dengan nama sundu. Bentuk dari sundu sendiri hampir menyerupai keris. Masyarakat Nusa Tenggara Timur menganggap sundu adalah benda keramat.

Nah itulah  21 Senjata tradisional Indonesia perlu kita kenal tersebar di beberapa  propinsi di  Indonesia yang dahulu kerap digunakan untuk melawan penjajah dan juga acara adat daerah setempat. 

Semoga bermanfaat KLIK DI SINI

Sumber: gramedia.com

Sabtu, 31 Agustus 2024

6 PAKAIAN ADAT SUNDA YANG CUKUP INDAH DAN SAAT YANG TEPAT UNTUK PEMAKAIANNYA

6 PAKAIAN ADAT SUNDA  YANG CUKUP INDAH 
DAN SAAT YANG TEPAT UNTUK PEMAKAIANNYA

Pakaian adat Sunda  merupakan busana yang biasanya dipakai pada saat-saat atau perayaan tertentu. Di Indonesia, pakaian adat digunakan ketika perayaan Kemerdekaan Indonesia, perayaan hari jadi sebuah instansi, acara pernikahan, dan upacara adat lainnya”. (Dikutip dari e-journal UAJY)
6 PAKAIAN ADAT SUNDA YANG CUKUP INDAH  DAN SAAT YANG TEPAT UNTUK PEMAKAIANNYA

rajasastra-us.blogspot.com  “Pakaian adat Sunda  merupakan busana yang biasanya dipakai pada saat-saat atau perayaan tertentu. Di Indonesia, pakaian adat digunakan ketika perayaan Kemerdekaan Indonesia, perayaan hari jadi sebuah instansi, acara pernikahan, dan upacara adat lainnya”. (Dikutip dari e-journal UAJY)

Pakaian adat Jawa Barat memiliki keindahan dan keunikan tersendiri yang mencerminkan warisan budaya dan sejarah yang kaya. Salah satu pakaian adat yang terkenal di Jawa Barat adalah kebayanya. Kebaya biasanya terdiri dari atasan dengan lengan panjang yang biasanya dihiasi dengan tenun tradisional dan sulaman indah.Atasan kebaya sering dipadukan dengan rok batik atau selendang. Perhiasan tradisional seperti gelang, kalung, dan anting-anting juga sering menjadi bagian penting dari pakaian adat ini.Pakaian adat ini tidak hanya memancarkan keanggunan, tetapi juga nilai-nilai budaya yang mendalam dan sering kali digunakan dalam berbagai upacara adat, seperti pernikahan, pertunjukan seni, dan perayaan budaya. Pakaian adat ini menjadi simbol kebanggaan dan identitas masyarakat Jawa Barat, serta terus dilestarikan untuk generasi mendatang.

6 Pakaian Adat Sunda dan Contonya

1. Pangsi

baju pangsi adalah sebuah pakaian adat Sunda. Pangsi berupa seperti kemeja polos yang biasanya longgar. Celana yang digunakan juga longgar dengan panjang yang tidak melebihi mata kaki. 

Pangsi adalah sebuah pakaian adat Sunda Pakaian adat pangsi ini terdiri dari sebuah baju panjang yang longgar dan celana, biasanya berwarna serba hitam, dari baju hingga celananya. Baju atasannya berupa kemeja dengan kerah tegak dan celana kain panjang yang longgar. Biasanya dipadukan juga dengan jarik yang ditekuk pendek sepaha yang dilingkarkan pada bagian pinggang.

Pangsi bukan hanya sekedar pakaian adat, tetapi juga mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah Jawa Barat. Pakaian adat ini memiliki makna kesetiaan dan perdamaian. Pakaian ini sering digunakan dalam acara-acara penting seperti pernikahan atau upacara adat lainnya. 

2. Kebaya Sunda

Kebaya Sunda juga memiliki desain yang sama seperti kebaya lainnya. Namun, terdapat beberapa hal yang membedakan kebaya Sunda dengan kebaya lainnya. Pakaian ini memancarkan keanggunan dan keindahan dalam setiap detailnya. Kebaya Sunda biasanya terdiri dari baju atasan dengan lengan panjang yang panjangnya menutupi pinggul dengan kerah U Neck. Bahan-bahan berkualitas tinggi seperti sutra atau kain katun dipilih untuk membuat kebaya Sunda dengan warna yang cenderung cerah dan memikat. Seperti merah, biru, atau kuning. Kebaya Sunda sering dipasangkan dengan kain batik yang indah dan diperindah dengan perhiasan seperti kalung, gelang, atau anting-anting.

Kebaya Sunda juga memiliki desain yang sama seperti kebaya lainnya. Namun, terdapat beberapa hal yang membedakan kebaya Sunda dengan kebaya lainnya. Mulai dari kerah kebaya yang berbentuk U, bagian bawah kebaya didesain lebih panjang untuk menutupi pinggul dan paha, hingga menggunakan warna-warna yang cerah.

3. Bedahan

 


Bedahan adalah pakaian adat Jawa Barat. Pakaian ini biasa digunakan oleh kaum menengah. Umumnya yang berprofesi pedagang atau saudagar”. (Dikutip dari ISBI Bandung)

Berbeda dengan pangsi, bedahan memiliki warna yang lebih cerah, seperti merah dan putih. Bedahan terkesan lebih mewah dan elegan. Untuk bawahannya, biasanya dipadukan dengan kain kebat batik bermotif.

Selain itu, pakaian adat dari Jawa Barat ini dilengkapi dengan beubeur, penutup kepala, dan sandal tarumpah. Kamu pun bisa juga menambahkan aksen bros sebagai pemanis.

4. Menak

Menak merupakan pakaian adat Jawa Barat yang biasanya dikenakan oleh kalangan bangsawan, Dengan tampilannya yang lebih elegan dan berkelas, menak memberikan kesan yang classy dan berwibawa. Baju adat ini berwarna hitam yang biasanya terbuat dari bahan beludru dan dihiasi dengan benang emas di sepanjang tepi baju.

Selain itu, dipadukan dengan celana hitam dan kain kebat bermotif batin yang dilingkarkan di bagian pinggang sepanjang paha. Sedangkan untuk wanitanya, dipadukan dengan kain jarik batik. Untuk pria, terdapat tambahan blankon di bagian kepala.

Baca juga 

5. Mojang Jajaka

 

Pakaian adat Jawa Barat. Foto: Istimewa

Mojang dalam bahasa Sunda memiliki arti gading, sedangkan jajaka berarti laki-laki yang belum menikah. Pakaian adat Mojang Jajaka memiliki desain seperti pasangan karena menggunakan warna yang senada.

Pakaian mojang jajaka pada laki-laki biasanya menggunakan jas dan celana berwarna senada dengan aksesoris topi. Untuk perempuan, biasanya menggunakan kebaya berwarna senada dengan yang digunakan laki-laki dan bawahan yang bermotif batik.

Mojang berarti wanita yang belum menikah, sedangkan jajaka berarti laki-laki yang belum pernah menikah. Sehingga, baju adat ini biasanya dipakai oleh para muda mudi pada suatu acara formal. Pakaian adat untuk laki-laki terdiri dari beskap berwarna polos seperti hitam, merah, putih, dan lainnya dengan kerah berdiri.

Lalu dipadukan dengan celana berwarna senada dengan atasannya. Kemudian, ditambahkan dengan kain batik sepaha yang dililitkan pada pinggang, serta bendo untuk penutup kepala.

Sedangkan, pakaian wanita terdiri atas kebaya yang berwarna serasi dengan pakaian jajaka, serta diberi perhiasan sebagai pemanis, seperti bros, gelang, dan lainnya. Untuk bawahannya, dipadukan dengan kain kebat batik yang memberi kesan anggun dan feminim.

6. Kebaya Pengantin

 

Banyak para pengantin yang memakai baju adat Jawa Barat sebagai busana impiannya. Dimana, pakaian pengantin laki-laki terdiri atas jas buka prangwedana berwarna serasi dengan kebaya pengantin wanitanya. Busana pengantin laki-laki ini memiliki makna kewibawaan dan kejantanan.

Atasan ini dipadukan dengan celana panjang yang juga diberi tambahan kain batik yang dililitkan di pinggang pada lapisan atas celana. Selain itu, pengantin laki-laki harus memakai bendo dengan aksen batu permata di tengahnya dan keris beserta sarungnya. Sedangkan untuk busana pengantin wanita memakai kebaya brokat berwarna cerah yang dipadukan dengan kain batik sido mukti atau lereng eneng prada sebagai bawahannya. 

Tampilan pengantin wanita dipercantik dengan perhiasan kalung, gelang, dan anting permata yang indah dan berkilau.Selain itu, yang menjadi ciri khas baju pengantin jawa barat adalah adanya mahkota yang biasa dikenal dengan sebutan Siger. 

Itu dia beberapa pakaian adat khas Jawa Barat yang memiliki makna mendalam dan sebagai warisan budaya Nusantara yang harus tetap dilestarikan. KLIK DI SINI

SEJARAH DAN WUJUD BUDAYA SUNDA YANG SANGAT PENTING DIKETAHUI

 SEJARAH DAN WUJUD BUDAYA SUNDA 
YANG SANGAT PENTING DIKETAHUI

SEJARAH DAN WUJUD BUDAYA SUNDA  YANG SANGAT PENTING DIKETAHUI
SEJARAH DAN WUJUD BUDAYA SUNDA  YANG SANGAT PENTING DIKETAHUI

rajasastra-us.blogspot.com Sejarah dan wujud Budaya Sunda perlu kita ketahui, hal ini berkaitan pentingnya wawasan kita tentang kehidupan Suku  dan budaya yang dimiliki Bangsa di Indonesi yang tersebar di seluruh wilayah dari Sabang hingga Merauke. Suku-suku tersebut sudah ada sejak dahulu kala, bahkan sebelum masehi dan berkembang hingga detik ini. Salah satu suku besar yang ada di negara kita adalah Suku Sunda yang mayoritas mendiami daerah Jawa Barat dan Banten. Bahkan saking besarnya, menurut sensus penduduk yang dilakukan  menyatakan bahwa populasi suku Sunda di Indonesia mencapai juml terbesar kedua setelah suku Jawa Meskipun mayoritas suku ini ada di sebelah barat Pulau Jawa, tetapi persebarannya mencapai wilayah Lampung hingga Jakarta juga. 

Sejarah dan wujud Budaya Sunda perlu kita ketahui Bagaimana sih asal-usul dari suku Sunda itu? Bagaimana pula wujud kebudayaan dan kesenian dari suku yang kerap disebut sebagai Tatar Pasundan ini? Supaya  tidak penasaran akan hal-hal tersebut, mari kita  simak ulasannya berikut ini!


Materi Pembahasan:

A. Mengenal Suku Sunda Lebih Dekat

        1. Mata Pencaharian

         2. Sistem Kekerabatan

B. Sejarah Singkat Suku Sunda

C. Wujud Kebudayaan Suku Sunda

        1. Berwujud ide atau Konsep

            a. Sunda Wiwitan

             b. Latrangan-larangan

             c. Indung Beurang

         2. Berwujud Tindakan Atau Aktivitas

             a. Bahasa Sunda

             b.Upacara Pernikahan

                1). Sebelum Pernikahan

                2). Pernikahan

                3). Setelah Pernikahan

                 4). Tradisi Ruwatan

             3. Berwujud hasil Karya Manusia

                  a. Karya Sastra

                  b.Kesenian

                  c.Kategori Sosiologi

                  d. Materi Sosiologi


A. Mengenal Suku Sunda Lebih Dekat

Populasi suku Sunda alias Tatar Pasundan ini paling banyak ada di Jawa Barat. Yap, wilayah yang memiliki luas mencapai 4.417.000 ha atau sekitar 35% dari luas Pulau Jawa dan Madura ini memang telah lama menjadi kampung halaman para masyarakat suku Sunda. Jika masyarakat pada umumnya menyebut suku ini dari Jawa Barat, maka masyarakat suku Sunda sendiri justru menyebut wilayahnya dengan istilah Tatar Sunda alias Dataran Sunda. Tatar Sunda maksudnya adalah wilayah (tanah; tatar) yang meliputi bagian barat dari Pulau Jawa, dengan batas sebelah Timur adalah Sungai Cimapali (sampai akhir abad ke-16 saja). Sementara itu, batas sebelah Tatar Sunda adalah laut yang memisahkan Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera, yakni Selat Sunda.

Sementara itu, masyarakat Sunda lebih menyebut dirinya sendiri sebagai urang Sunda. Dalam bahasa Sunda, kata “urang” berarti ‘orang’. Yap, secara etimologis, kata “Sunda” yang berasal dari kata ‘su’ berarti segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan. Sedangkan menurut bahasa Sansekerta, kata “Sunda” terbentuk dari kata ‘Sund’ yang berarti bercahaya dan terang benderang. Ada juga dari bahasa Kawi yang menyebutkan bahwa kata “Sunda” ini bermakna ‘air, daerah yang banyak air atau subur, waspada’.

Istilah “Sunda” pun juga ditemukan dalam buku berjudul The Hammond World Atlas yang diterbitkan oleh majalah Time pada tahun 1980. Kala itu, Sunda Islands (Kepulauan Sunda) digunakan untuk menyebut seluruh kepulauan yang ada di Nusantara ini. Bahkan ketika zaman penjajahan lalu, pihak Portugis dan Belanda pun membagi wilayah Nusantara ini menjadi 2 gugusan kepulauan, yakni Kepulauan Sunda Besar dan Kepulauan Sunda Kecil.

1. Mata Pencaharian

Grameds pasti sudah tahu bahwa sebagian besar wilayah Jawa Barat ini penuh dengan area perkebunan, terutama kebun teh. Itulah mengapa, masyarakat suku Sunda umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani alias bercocok tanam, karena kebanyakan masyarakatnya memang enggan merantau atau hidup terpisah dengan kerabatnya.

Kian hari, masyarakat suku Sunda pun beradaptasi dengan kecanggihan zaman dengan beralih profesi yakni mendirikan usaha percetakan, cafe, hingga warung mie instan (Warmindo) dan bubur kacang ijo (Burjo). Nyatanya, keberadaan Warmindo dan Burjo ini justru laris diminati oleh masyarakat dan bahkan telah menyebar di seluruh wilayah Pulau Jawa, terutama di sekitar daerah kampus.

2. . Sistem Kekerabatan

Pada dasarnya, setiap suku di Indonesia ini memiliki sistem kekerabatan yang berbeda-beda. Nah, pada suku Sunda ini sistem kekerabatan lebih bersifat bilateral alias garis keturunan dapat ditarik dari pihak Ayah maupun Ibu. Hampir sama dengan sistem keluarga lainnya, Ayah akan bertindak sebagai kepala sekaligus pemimpin keluarga. Untuk menyebut hubungan kekerabatan, baik secara vertikal maupun horizontal, suku ini menggunakan sistem Pancakaki.

B. Sejarah Singkat Suku Sunda

Dilansir dari Sejarah Suku Sunda yang ditulis oleh Roger L. Dixon pada tahun 2000, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang tahu pasti kapan, darimana, dan bagaimana masyarakat suku Sunda awal menetap di wilayah Jawa Barat. Kemungkinan terjadi pada abad pertama masehi, yang mana terdapat sekelompok kecil suku Sunda tengah menjelajahi hutan-hutan pegunungan dan melakukan tradisi tebas bakar untuk membuka hutan.

Bahkan menurut sejarawan Bernard Vlekke, menyebutkan bahwa pada abad ke-11, wilayah Jawa Barat justru menjadi daerah yang paling terbelakang di Pulau Jawa. Sementara kerajaan-kerajaan besar bangkit di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur, tetapi di Jawa Barat hanya sedikit yang berlaku demikian. Jika membahas tentang pengaruh Hinduisme bagi masyarakat Sunda, maka jawabannya adalah adanya pengaruh dari Jawa. Meskipun sejarah besar yang masih diingat oleh masyarakat Sunda dan Jawa adalah Perang Bubat, yang terjadi antara Kerajaan Majapahit dengan Kerajaan Sunda, tetapi tetap saja tidak menutup kemungkinan bahwa Jawa banyak berpengaruh pada kehidupan suku Sunda.

Sebelum Belanda datang ke Indonesia pada 1596, agama Islam telah berpengaruh secara dominan di masyarakat Sunda, bahkan di antara kaum ningrat dan pemimpin masyarakat. Hal yang menonjol dari sejarah suku Sunda adalah hubungan mereka dengan kelompok-kelompok lain. Secara historis, suku Sunda tidak memainkan suatu peranan penting dalam urusan-urusan nasional. Beberapa peristiwa yang sangat penting telah terjadi di Jawa Barat tetapi biasanya peristiwa-peristiwa tersebut bukanlah kejadian yang memiliki karakteristik Sunda.

BACAAN LAINNYA:

C. Wujud Kebudayaan Suku Sunda

Menurut Koentjaraningrat (1990), definisi dari kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia yang dilakukan dalam rangka kehidupan bermasyarakat untuk dijadikan sebagai milik sendiri dengan cara belajar. Singkatnya, kebudayaan itu pastilah memiliki 3 perwujudan yakni gagasan atau ide, tindakan atau aktivitas manusia, dan hasil karya manusia yang dapat dilihat secara kasat mata. Masyarakat suku Sunda tentu saja memiliki 3 perwujudan kebudayaan tersebut dan masih eksis hingga sekarang ini. Nah, berikut uraiannya!

1. Berwujud Ide Atau Konsep

     a. Sunda Wiwitan

Pada dasarnya, Sunda Wiwitan ini adalah bentuk kepercayaan atau agama lokal yang berkembang di Tanah Pasundan. Sama halnya dengan agama lokal lainnya yang begitu melekat pada sistem kepercayaan berdasarkan tradisi leluhur, pandangan hidup, dan praktik persembahan yang dilakukan oleh masyarakat tertentu. Nah, dalam kepercayaan Sunda Wiwitan ini, masyarakat mempercayai adanya kehadiran kekuasaan tertinggi yang disebut sebagai Sang Hyang Kersa atau Gusti Sikang Sawiji-Wiji (Tuhan yang Satu atau Tunggal).

Menurut kepercayaan suku Sunda, Sang Hyang Kersa hidup di tempat yang tinggi dan agung yakni Bhuana Agung atau Buana Nyungcung. Kepercayaan ini juga setidaknya memiliki 3 lapisan kosmologis dunia yaitu Buana Agung yang merupakan tempat Gusti Sikang Sawiji-Wiji berada; Panca Tengah sebagai tempat manusia dan binatang hidup; Buana Larang sebagai tempat roh-roh jahat bersemayam.

Selain itu, Sunda Wiwitan juga memiliki konsep peranan hidup manusia yang dianut oleh suku Sunda, yaitu Tri Tangtu. Pada konsep Tri Tangtu ini mengacu pada pandangan akan konsepsi keseimbangan peneguh dunia dan dilambangkan dengan Raja sebagai sumber wibawa. Rama sebagai sumber ucap (yang benar), dan Resi sebagai sumber tekad (yang baik).

Pusat dari kepercayaan Sunda Wiwitan ini adalah Kerajaan Padjajaran yang dalam perkembangan zaman ini justru semakin menghilang. Namun, kemudian terbagi menjadi beberapa jenis dengan ciri khas sejarah masing-masing, salah satunya adalah komunitas Agama Djawa Sunda (ADS) di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat.

b. Larangan-Larangan

Sama halnya dengan masyarakat suku lain, pada suku Sunda ini juga memiliki nasihat yang berupa larangan-larangan secara turun-temurun dari nenek moyang. Tujuan dari larangan-larangan ini adalah keturunan mereka tidak sembarangan melakukan kesalahan atau bahkan melanggar sesuatu yang memang telah dilarang. Contoh larangan-larangan yang hingga saat ini masih melekat pada masyarakat suku Sunda adalah perkataan “Tidak boleh bermain di saat matahari tenggelam, nanti diganggu setan”, “Jangan makan makanan masam ketika matahari terbenam, nanti ibunya meninggal”, “Tidak boleh melangkahi padi, nanti akan mendapatkan penyakit yang disebabkan oleh setan”, dan masih banyak lainnya.

c. Indung Beurang

Di kehidupan sehari-hari, masyarakat suku Sunda begitu menghormati dan menjunjung tinggi kaum perempuan. Salah satunya dengan menjadikan sosok Ibu sebagai panutan dengan menyebutnya sebagai Indung. Sementara Ayah tidak memiliki sebutan yang lebih tinggi. Menurut Hasan Mustapa, “Siapa yang mendidik anak dari kecil, sekalipun bukan manusia, harus disebut indung (ibu)”. Hal ini juga hampir sama dengan ajaran Islam yang meminta kita menyebut Ibu terlebih dahulu, kemudian baru Ayah.

2.Berwujud Tindakan atau Aktivitas

     a. Bahasa Sunda

Grameds pasti tahu dong jika setiap daerah itu memiliki bahasa tersendiri sebagai identitas atau jati diri dari suku tersebut berasal. Nah, dalam suku Sunda pun memiliki bahasa khas yang termasuk dalam wujud kebudayaan aktivitas, yakni Bahasa Sunda. Pembelajaran Bahasa Sunda, baik secara lisan maupun tulisan telah diajarkan di lembaga pendidikan formal mulai dari jenjang Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas.

Ditinjau dari buku-buku terbitan Balai Pustaka tentang Bahasa Sunda, bahasa ini terbagi menjadi beberapa tingkatan yakni kasar pisan (sangat kasar), kasar (kasar), sedeng (sedang), lemes (halus), dan lemes pisan (sangat halus). Tingkatan-tingkatan tersebut ternyata merupakan usaha feodalisme masyarakat Sunda setelah Tanah Pasundan di bawah kekuasaan Kerajaan Mataram. Perkembangan bahasa Sunda ternyata sudah ada sejak abad Masehi, tepatnya sebelum tahun 1600 M. Secara garis besar, bahasa Sunda terbagi menjadi beberapa sejarah.

  • Sejarah bahasa Sunda masa I (sebelum tahun 1600 M)
  • Sejarah bahasa Sunda masa II (1600-1800 M)
  • Sejarah bahasa Sunda masa III (1800-1900 M)
  • Sejarah bahasa Sunda masa IV (1900-1945 M)
  • Sejarah bahasa Sunda masa V (1945-sekarang)

b. Upacara Pernikahan

Wujud kebudayaan yang berupa aktivitas dan tindakan manusia selanjutnya adalah Upacara Pernikahan yang lebih cenderung ke tradisi. Yap, masyarakat suku Sunda ketika hendak melangsungkan pernikahan, pasti harus melalui beberapa tahapan yang cukup panjang terlebih dahulu karena memang sudah menjadi tradisi warisan nenek moyang. Bahkan setiap tahapan-tahapan upacara pernikahan Sunda ini harus dipersiapkan secara matang dari jauh-jauh hari. Tahapan-tahapan upacara pernikahan suku Sunda ini terbagi menjadi 3 tahap yakni sebelum, saat, dan sesudah upacara pernikahan.

Bacaan lainnya:

1). Sebelum Pernikahan

  • Neundeun Omong, yakni perjanjian antara orang tua pihak laki-laki kepada orang tua pihak perempuan untuk melaksanakan pernikahan.
  • Ngalamar/Nyeureuhan/Nanyaan (Meminang), yakni orang tua pihak laki-laki akan meminta pihak (calon) pengantin perempuan. Caranya adalah dengan bertanya apakah si gadis masih dalam status bebas atau sudah bertunangan dengan orang lain.
  • Papacangan (Tunangan), yakni pihak perempuan dan laki-laki akan berdekatan secara sewajarnya untuk lebih mengenal satu sama lain, dengan tetap dalam pengawasan orang tua kedua belah pihak.
  • Seserahan, yakni menyerahkan pengantin laki-laki kepada calon mertuanya untuk dinikahkan kepada si perempuan. Upacara ini dilaksanakan 1-2 hari sebelum hari perkawinan dengan membawa barang bawaan berupa uang, pakaian perempuan, perhiasan, ditambah pula sirih, pinang, kue, beras, ternak, buah-buahan, kayu bakar, juga peralatan dapur dan rumah tangga.
  • Helaran (Iring-Iringan), yakni calon pengantin laki-laki beserta keluarga akan iring-iringan menuju ke rumah calon pengantin perempuan. Seolah akan menjemput calon pengantin perempuan.
  • Ngeuyeuk Seureuh (Menyiapkan Sirih Pinang), dilaksanakan pada malam hari sebelum hari pernikahan.
  • Siraman, yakni dengan memandikan calon pengantin pada sehari sebelum hari pernikahan.

2). Upacara Pernikahan

  • Akad Nikah (Ijab Kabul), yakni dengan diambilnya  ijab dan kabul dari calon pengantin pria dengan wali calon pengantin wanita serta penyerahan mas kawin sebagai tanda sahnya perkawinan.
  • Munjungan (Sungkem), yakni dilakukan oleh kedua mempelai kepada orang tua dan keluarga yang lebih tua sebagai rasa terima kasih serta memohon restu untuk membangun rumah tangga.
  • Sawer, yakni dilaksanakan di luar rumah yang dipimpin oleh juru rias atau juru sawer. Bahan-bahan yang disawer adalah: beras putih lambang kehidupan bahagia, kunyit lambang kemuliaan, bunga atau rampai lambang keharuman nama baik rumah tangga, uang logam lambang kekayaan, payung lambang kewaspadaan, sirih yang digulung berbentuk cerutu berisi gambir, kapur sirih, pinang, tembakau lambang keharmonisan suami istri, serta permen lambang manis budi dan ramah tamah.
  • Nincak Endog (Injak Telur), yakni melambangkan  cara berkomunikasi atau pergaulan suami istri dalam kehidupan sehari-hari.
  • Buka Pintu, yakni melambangkan percakapan antara kedua mempelai di dalam rumah yang mengandung nasihat dengan dipimpin oleh juru sawer.
  • Huap Lingkung (Saling Menyuapi), yakni dengan kedua mempelai duduk bersanding sambil menyuapi satu sama lain, sebagai tanda saling mencintai.

2) Setelah Pernikahan

  • Numbas, yakni upacara selamatan sebagai bukti mempelai wanita masih perawan dan mempelai pria adalah pria yang sehat. KLIK DI SINI
SUMBER BACAAN;

Sari, Devita Nela dan Risti Yuliana. (2015). Kebudayaan Suku Sunda. Institut Seni Indonesia Surakarta.

Featured Post

HABIB ALI ALHABSYI DENGAN KAROMAHNYA

KHARAMAH HABIB ALHABSYI:  BISA DENGAR SUARA TASBIH DAN BENDA MATI HABIB ALI ALHABSYI DENGAN KAROMAHNYA Habib Ali Alhabsyi nama lengkapnya H...