BERANDA

Selasa, 25 Juni 2024

BIALANGLALA CINTA SEORANG KELANA BAGIAN 3

};

 

BIANGLALA CINTA SEORANG KELANA

Karya :  Undang Sumargana

(Cerita bersambung bagian 3)


Catatan

Dulu kalau mau ke Cidadap apalagi ke Citoe, bnyak mengunakan jalan jalur Cipatujah, berhenti di Sabeulit naik bis sampai Cikawung Ading. Karena jalan yang dari Sindangreret sangat langka kendaraan.  Sampai di cikawung ading, nyebrang sungai kecil naik eretan,yang lajunya pakai tambang, belum ada jembatan seperti sekarang, berjalan menyusuri jalan Setapak, sampai di sisi sungai cilangla naik menyebrang naik perahu, belum terbangun jembatan dan jalan seperti saat ini.

Untuk ditanggapi:

Saya menantikan tanggapan dan kritik untuk cerita ini, apalagi kalau ada bahasaya yang tak dimengerti langsung tanggapi di bloog. Maaf bila Bahasa-yang saya tulis kurang memasyarakat, tapi sengaja banyak Bahasa sastra, karena saya yakin kebanyakan pembaca Bapak Ibu guru yang tingkat Apresiasinya sudah cukup tinggi.

Memang ada orzng yang mengerti.

Ada orang yang sadar dirinya tak mengerti.

Ada orang yang pura pura mengerti

Ada orang yang pura-pura tak mengerti.

Ada orang yang tak tau bahwa dirinya tak mengerti.

 Sudah ah yu dari pada pusing  langsung pada sambungan cerita

rajasastra-us.blogspot.com  --- Cahya bulan terlihat mengambang di bebukitan desa, cahayanya tak begitu terang, ada rintik hujan yang turun perlahan, siulan angin di dedaunan, deburan suara ombak di kejauhan, berbaur dengan suara binatang malam. Seolah-olah ada lantunan kidung  kehidupan yang mengalunkan irama pedih mengiris hati. Pikiran menerawang menembus pilu di relung kalbu. Ada rasa kesunyian yang mengelus menembus tulang rusuk, yang kadang datang menebar pesona dalam janji setia.

Heemmhh ……janji setia? Cuma cerita kosong pemanis bibir.

Jangan percaya itu ! Itu adanya dicerita para putri putri kayangan yang menjungjung tinggi nilai- nilai kebenaran.

Kebenaran?

Adakah kebenaran dalam cinta?

Kebenaran dalam cinta? Ya… cinta yang dihiasi kesetiaan, tapi tidak semua cinta dihiasi kesetiaan, bahkan yang banyak terjadi cinta yang diakhiri penghianatan.

Akhirnya aku terlelap dalam tidur setelah ada dalam lautan lamunan yang tiada berujung.

Tak terasa sudah tiba lagi hari jumat, waktunya aku berangkat ke Campus melaksanakan perkuliahan. Berangkat bersama Yanti, menjadikan aku semakin akrab, sikap dia yang agak manja, menjadikan aku agak risi, biarlah dia kuanggap adikku, adik manis yang kadang menimbulkan rasa kangen.

Hemmh…. aku mencoba menepis rasa lain yang kadang tumbuh tak disengaja. Satu bis bersama, duduk bersama tapi diperjalanan  dalam bis  banyak waktu   kuhabiskan untuk membaca buku ysng berkaitan dengan mata kuliah.

Heemmh dasar kutu buku? Yanti mendengus kesal, tapi kubiarkan saja seolah-olah aku tak menanggapinya.

Dia merebut buku yang ku baca. “Enak saja dari tadi Yanti bicara, kenapa sih?”

Aku Cuma tersenyum menanggapi kekesalan dia.

 “Ya adik manisku aku sekarang kan dengarkan pembicaraanmu. Tapi sini bukuku akan ku masukan kedalam tas, nanti lupa”.

“Minggu sehabis kuliah kita pulang Bersama, dan Sabtu sore antar aku ke toko beli pakaian ya Pak?” dia memanggilku dengan sebutan  pak mungkin ini penghargaan terhadapku karena aku seorang guru.

“Ya dik, panggil dong aku Kakak, aku kan bukan bapakmu” kataku sambil tersenyum.

“Memang kau kakaku ?” Yanti menyela dengan muka kesal

Sisa perjalananku kuhabiskan dengan percakapan yang  tak tentu arah.  Akhirnya sampai juga aku di campus setelah bis berhenti dan dilanjutkan naik angkot. Mampir ke warung nasi sbelum jumatan dan masuk kuliah.

Selesai makan, aku bergegas untuk bayar  makan aku dan Yanti.

 Sudah dibayar oleh Neng Yanti” kata penjaga warung,

 Aku melirik kepada \yanti, “seharusnya aku yang bayar”

“Tidak apa-apa kan besok Kakak mau ngantar aku”, kata Yanti sambal tersenyum kecil

Aku berpamitan untuk melaksanakan sholat Jumat, sedangkan Yanti pergi ke arah perpustakaan di areal csmpus

Hari itu pembahasan di tempat kuliah, berkaitan dengan perkembangan sastra di Indonesia, dilanjutkan dengan Linguistik Bahasa Indonesia, dan berakhir sampai pukul 1630

Hari Sabtu sepulang Kuliah sebagaimana yang telah dijanjikan, Yanti mengajakku menyulusuri toko pakaian di Cihideung Tasikmalaya, Lama  menulusuri deretan toko-toko. Sebetulnya kesal juga, namung aku berusaha untuk sabar,tidak memperlihatkan muka suntuk.

“Sebetulnya pakaian apa yang kau cari ?”

“Ya sabarlah kak, nih ditoko ini pasti ada” sambil masuk ketoko Asia, akhirnya setelah menyusuri rak-rak pakaian Yanti, mengambil sebuah baju dan stelan roknya,

 “Ini bagus ya kak?”

“wow, bagus amat”  emang bagus pakaian itu corak warna yang menakjubkan  dan kainnya begitu halus, dan sempat kulirik  lebel harganya Rp 75.000,00, harga yang cukup mahal pada saat itu, gaji aku saja 1 bulan sebagai PNS dengan golongan II/a hanya   Rp 21.500,00, berarti kalau  beli pakaian seperti itu lebih dari 3 bulan gaji.

“Dia kan orang kaya?”

“Orang tuanya yang kaya, Yanti kan seorang mahasiswa, yang mendapat pasilitas dari orang tuanya.

Lamunanku tersentak Ketika Yanti memegang tanganku mengajak keluar setelah bayar di kasir.Diajaknya aku untuk ketempat baso, sebagaimana kebiasaan Wanita yang setiap berpergian tak lupa jajan baso, aku sih ikut juga meskipun, tidak biasa makan baso, yah hitung hitung menyenangkan Yanti

Naik angkot, di perempatan Padayungan aku berpisah Yanti menuju tempat kosnya  dekat Campus UNSIL, sedangkan aku menuju rumah kakaku tempatku menginap.

Hari minggu pagi bertemu di UNSIL, ia menghampirimu sambal senyum.

“Ada apa sih, senyum senyum tak karuan?”

“Hemmh aneh, pikirku

Ikh Judes amat, kaya kesurupan, jangan lupa nanti pulang Bersama”, Dia langsung pergi mencari tempat duduk, tak menunggu jawabanku, hanya yang aku herankan biasanya Yanti pulang 1 bulan 1 kali, kadang beberapa bulan tak pulang. Hemmh aneh, pikirku

Terlihat Dosen kebahasaan masuk ruangan, perkuliahan berakhir sampai pukul 10.00, Hari itu Cuma satu mata kuliah, dosen-dosen yang lainnya yang ada jadwal kuliah hari itu tidak hadi, jadi bisa pulang masih pagi.

Naik angkot naik bis, menikmati perjalanan sambal ngobrol, tentang kuliah tentang kehidupan keluarga dan kadang menyinggung tentang pribadi, senang juga ngobrol dengan Dia, orangnya bebas, kadang diselingi ketawa lepas, yang kadang membuat orang yang duduk berdekatan sering melirik. Akhirnya  sampai juga dipemberhentian bis di daerah Cikawung Ading  Nyebrang sungai kecil naik eretan, berjalan menyusuri jalan kecil, kanan kiri semak semak yang kadang merintangi perjalanan, 25 menit perjalan sebelum sampai di pinggir sungai dekat muara, Yanti berjalan dengan lincahnya diselingi percakapan, dan ketawa-ketawa kecil.

“Biasanya kan Yanti pulang 1 bulan 1 kali, bahkan sampai 2 bulan?”

“Kan sekarang ada kakak yang mengawal Yanti?”

“Emangnya aku pengawalmu?”

“Maunya apa, kekasihmu gitu?”

“yah terserahmu lah”

“Anggap saja, kita kekasih” Yanti menyela seolah tanpa beban, sedangkan mukaku agak memerah.

Hemmhh, gadis sableng, gadis berani, timpalku di dalam hati. 

BACAAN LAINNYA

Sampai juga di penyebrangan setelah memanggil perahu yang biasa menyebrangkan orang, dengan hati hati aku meghampiri perahu dan akhrinya menyebrangi sungai yang memang cukup luas. Saelang 10 menit berjalan sampai juga di depan rumah Yanti, rumah yang cukup besar, ada kesan mewah dengan penataan halaman yang begitu indah.

“Sini mampir dulu jangan dulu ke wisma, istirahat dulu, sambal menunggu si Bibi masak, kita makan Bersama” Kata yanti

Sebetulnya aku enggan singgah, mau cepat sampai, tapi ibu \Yanti menghampiri, dan agak memksa dengan bahasa yang ramah, kuturuti juga kurang enak kalau aku menolak. Makan bersama, ngobrol-ngobrol kecil dengan Bu Haji dan Pak Haji ibu dan ayah Yanti. Aku berpamitan, tapi Yanti nanti sore mengajak aku menghabiskan hari minggu menikmati pemandangan menyaksikan cahaya  Mentari di sore hari dan deburan ombak lautan. Perjalanan kira 10 menit sampai juga di wisma guru SD Karangmulya, ganti pakaian rebahan di Kasur tapi sulit mata untuk terpejam.

Aku membisu sendiri terasa ada guncangan kecil di hatiku, guncangan itu lebih merupakan kekecewaan yang tak berujung, karena dikhianati tapi merasa diri tak bersalah.

Aku harus bangkit-bangkit dari relung-relung penghianatan seorang wanita. Memang  cinta saja tidak cukup, apa sih yang diharapkan, dari aku hanya guru SD. Cinta telah sepakat untuk tidak saling menyakitkan, biarlah dia-dia yang telah dianggap kekasih telah berhianat, tapi aku – aku harus bangkit menata kehidupan. Rasa suka yang melimpah bisa naik ke langit, kadang tercurah ke bumi dengan dahsyat, dan menimbulkan rasa nyeri dan sakit hati.

          Yanti ?  Dia memberikan sinyal, tapi dia tak boleh jadi kekasihku apalagi untuk calon istriku. Tak mungkin-tak mungkin tak sepadan dia dari keluarga kaya, masa harus bersuamikan Guru SD yang gajinya paspasan. Apa lagi jika ingat waktu ngantar beli pakaian, satu stel saja pakaiannya 3 kali lipat gajiku, ngeri aku dibuatnya.

          Tapi Dia Cantik?

Tidak… Tidaaakkk, aku tak boleh jatuh cinta pada Yanti

“Dia kaya”

“Orang tuanya yang kaya

“jangan jangan manfaatkan dia”

“Emang salah, kalau mengharapkan dia, jangan bodoh Dia sudah mulai memberi sinyal, apa lagi nanti sore mau menikmati tenggelamnya cahya matahari.

“Ungkapkan bodoh ungkapkan !”, suara hatiku terus untuk menghasut aku agar aku jadian dengan Yanti

“Jangan-jangan biarlah dia menikmati keceriaan tanpa diembel-embeli rasa cinta. Anggap saja dia adikmu, itu saja sudah cukup. Jangan jadikan dia pelarian karena kau dihianati kekasihmu !” .

Akhirnya aku bertekad untuk melakukan kebaikan pada  Dia, tapi tak boleh aku jadikan dia sebagai kekasih. Lamunanku buyar bersamaan suara adzan ashar, aku mandi lakukan sholat ashar dan ganti pakaian untuk santai.

Ringan rasanya beban hatiku setelelah sholat ashar. Aku bertekad dalam hatiku bahwa kebaikan itu ibadah. Kebaikan datangnya dari Allah, maka perlunya kita berbuat  kebaikan agar disayang Allah.

Ya kebaikan adalah ibadah, maka janganlah berbuat hal yang tidak baik karena nanti akan mencemari kehidupanmu, kalau sudah tercemar akan menjadikan dirimu kotor.

Suara halus ketukan pintu, tak salah lagi Yanti sudah datang untuk menikmati cahya matahari di tepi pantai. Ku sambut dan langsung berjalan menuju Bukit Karang Bayawak. Duduk dibawah pohon rindang cari tempat yang tertinggi dari bukit itu, pandangan diarahkan ke Barat, arah matahari tenggelam. Terasa waktu merayap seperti bermain dengan angin, angin yang ramah membawa kehidupan.

“Kak begitu sejuk ya rasanya tiupan angin sore ini?”

“Tapi angin yang datang akan segera pergi mendera dari lembah ke lembah, tuh sekarang angin sedang mengelus pantai kebiruan laut”.

“Kok kaya manusia angin bisa mengelus”

“Ya iya lah,  tuh lihat sekarang angin nakal lagi menyingkap betismu”

“Ikh Kaka nakal sih” terlihat mukanya yang memerah sambil membetulkan roknya yang tersingkap.

Cahaya keemasan mulai ditaburkan di langit, seperti hamparan permadani yang memenuhi rongga bumi, warna-warna yang samar layaknya lukisan yang penuh misteri, ada kilauan cahaya terang seperti bersaing dengan malam, anginpun mulai senyap singgah dengan tiupan halus menyisir pepohonan. Hari terasa semakin menua bayangan alam seperti silhuet di ujung senja.

“Subhanalloh indah banget tuh mentari yang mulai tenggelam?” yanti berguman penuh kekaguman.

“Ya tapi keindahan tidak akan abadi”.

“Tapi setidaknya kita bisa merasakan saat keindahan itu ada”.

“Jika keindahan itu telah tiada?”

“Cari lagi yang masih ada” Yanti menjawab dengan jawaban ringan tapi berbekas dalam pikiranku.

“Yan, kamu baik cantik?” aku bicara setelah berguman.

“Kalau aku tak cantik, kakak gak mau temani aku?”

“bukan itu maksudnya sebaiknya kau harus sudah punya pacar”.

“kakak sendiri?” Yanti balik bertanya, membuat aku mati kutu tak mampu menjawabnya.

“kau sendiri mungkin sudah mendengar cerita hidupku, jadi aku tak punya pacar”

“Kalau aku jadi pacarmu?”

“Aku gak bakal mampu menghidupimu, beli pakaianmu saja harus 3 kali lipat gajiku”.  Yanti tertawa kecil, sambil menggoyang-goyangkan kepalanya.

“ Oh rupanya ini yang membuat kaka banyak terdiam waktu pulang kemarin, itu pesenan anak bibiku yang sebaya denganku dan ukuran badannya sama denganku, tak bakalan aku beli pakaian semahal itu, walau ada uang sekalipun, Aku anak Desa kak, meskipun orang tuaku kaya, tapi aku sedikit coba cari uang halal  kecil kecilan, selain baju yang mahal itu kan aku beli beberapa potong pakaian untuk anak anak, yah sedikit cari lebihnya.

Rupanya aku salah sangka, ternyata dia gadis baik yang mau mandiri  tak mengandalkan orang tua.

“Itu kak yang membuat aku selalu pulang sehabis kuliah, sebetulnya untuk memenuhi pesanan penduduk di sekitarku yah cari untung  sedikit, buat uang jajan dan keperluan kuliah” dia berbicara sambal tertawa kecil.

Aku mulai kagum, prasangka -prasangka buruk terhadapnya mulai hilang, yang ada dibenakku Ia gadis desa yang luar biasa, mana ada pada waktu itu anak-anak desa yang mau kuliah,  sampai SMP saja sudah untung, malah kebanyakan hanya cukup lulus SD.

”Kak-kak tuh lihat matahari mulai ditelan laut” Yanti membuyarkan lamunanku.

Sedikit sedikit mentari seolah tenggelam dari permukaan laut,  suatu keindahan yang tiada tara. Begitu sunyi hidup berebut dengan senja, kebiruan langit mulai dipoles kehitaman alam yang mulai kelam.

Beranjak aku bangun untuk pulang.

“Kak besok Senin kan hari libur, acara mau kemana?”

“Hari libur?” Aku baru ingat bahwa bsok tanggal merah

“Kalau mau nanti malam pamanku mau ambil udang di muara, kebetulan sekarang musim udang, malah nanti malam kan bulan Purnama, aku mau ikut, kalau kakak ikut, yah di pantai saja nunggu udang dan menikmati nasi liwet. Mau ya kak yah? Seolah-olah dia tak memberikan kesempatan untuk aku menolaknya.

“Emmhh gimana ya?”

“Ya maulah kan kakaku yang baik ” Yanti merayu untuk  mendesakku.

“Yaaa maulah, aku mengiyakan sambal tertawa.

Terlihat muka Yanti begitu ceria, Dia kelihat kegirangan.

“Pokoknya ditunggu, nanti sesudah magrib sholat isa ditempatku sesudah isa kita dengan paman dan beberapa orang langsung berangkat”.

“ Yah, apa sekarang harus ku antar pulang?”

“ Gak usahlah kaya jauh saja, tapi awas nanti kalau tidak datang” Sedikit dia mengancam,  sambil terus tinggalkan aku menuju rumahnya.

“Sudah sembahyang magrib aku langsung menuju rumah Yanti. Bercakap, cakap dengan orang tua dan keluarga yang lainnya, sambil menunggu waktu isa. Selesai sembahyang isa ada 3  orang yang Bersama Paman yanti, Putra Pamannya, dan 2 orang lainnya, aku dan rombongan berjalan sampai penambatan perahu, 2 orang ikut paman sedangkan aku dan seorang lagi tukang kebun ayahnya Yanti berjalan mengarah kedekat muara mencari tempat yang tepat, Kang Rusdi panggilannya, mempersiapkan tempat membuat liwet.

“Kerja kita apa Ya?”

“Kita cari tempat duduk saja sambil menunggu paman datang dan Nasi liwet masak?”

“Wah enak banget, duduk ngobrol ditemani gadis cantik, disediakan nasi liwet, bakar ikan dan Udang”

“Hemh mulai gombal”

“ Siapa gombal, emang kamu tidak merasa cantik”

“tuh mantan pacar kakak yang cantik”

“Hemmhh cantik cantik berhianat, aku bicara setengah mengeluh.

“Sudahlah duduk di sini, aku sengaja bawa tikar buat duduk”

“Sambil pacarana bolah engga?” Aku menggodanya.

“Siapa yang mau pacarana?” Dia bicara sambil ketus memonyongkan bibirnya.

Duduk berdua nikmati cahya bulan yang mulai terang, seperti ada cahya Ajaib yang turun dari langit, menangkap kilatan cahya ombak yang menaburkan kristal putih di tengah laut. Rasanya aku tak pernah menorehkan penaku untuk membangun sebuah kisah, aku hanya bisa mnorehkan pena mengungkap sebuah kisah kesedihan karena penghianatan. Tapi sekarang aku betul betul merasa senang.

”Jangan bodoh kau !”, suara hatiku menyentak malah mendorong aku untuk  bicara. “Sekarang waktunya kau berkata, gadis itu menantikanmu untuk bicara, sekarang waktunya, kau tak sadar dia telah memberikan sinyal sinyal kebaikan agar kau mengungkapkannya”.

“Tidaaak, tidaaak, telah dua kali aku dihianati kekasih ” seolah-olah aku berontak.

“Jangan dungu kau, dia gadis baik tak mungkin berhianat”

“Kalau berhianat ?”

“gak bakalanlah asal kau pandai menjaganya”

“:Kakak melamun ya” Yanti mengejutkan aku, aku senyum cengengesan merasa malu ketahuan melamun.

“Yanti gak merasa risi ajak aku?”

“Emang kenapa? Justru aku mersa bangga berteman dengan Bapak Guru, ingat Kakak itu seorang guru yang cukup dihormati di daerah ini, siapa sih yang tak bangga bisa ngobrol sama kakak, bisa berteman dengan kakak, kakak orang baik pintar lagi kan kalau ada tugas kuliah aku selalu mengcopy dari kakak.”.

Harga diriku merasa terangkat, tersanjung diriku rasanya,  keberanianku mulai bangkit.

“Kakak temanku yang sangat baik selama ini”

“Kalau bukan teman?” aku mulai mengatur setrategi pembicaraan

“Kalau bukan teman ya, mungkin bisa jadi pacar?”  Yanti bicara seolah olah tanpa beban, sambil – senyum senyum.

“Yaitu harus jadi” Jawabku singkat aku memberanikan diri sambal menatap dia

Gadis itu  menatap lembut ke arahku, seolah-olah tak percaya apa yang ku katakana.

“Betulkah itu kak, atau kakak hanya bercanda”.

“Memang kamu mau jadi pacarku?”

“Aku tak pernah main main dengan cinta, tapi aku sering dihianati dalam cinta”.

“Kak sudah lama aku menunggu  perkataan itu” Dia berbicara dengan menunduk, ada binar air mata di pipinya, mungkin  air mata kegembiraan.

“Sudahlah tak perlu menangis, kaya anak TK minta peremen saja” Dia menyeka air matanya dan mengembangkan seulas senyuman. Begitu manis senyuman itu terasa dadaku bergetar perlahan seperti dawai gitar yang dipetik perlahan.

Ini entah purnama keberapa aku berada di Daerah citoe, ini purnama yang istimewa, saat aku mendapatkan ganti kekasih yang telah berhianat. Malam ini Yanti resmi jadi pacarku. Seperti daun tertiup angin gemetar, ada goncangan harapan dalam hidupku. Kalau aku mengingat yang sudah-sudah berarti mundur ke belakang, suatu hal yang tak akan sampai-sampai.

Cahya bulan makin terang, laut tenang dihadapan kami seperti tak suka menghempaskan ombak.

”Heeemmmh…! Kita jadi sepasang kekasih dong kak?”

“Ya kita mulai mengarungi lautan cinta”?

“Cinta?” suara Yanti sayup tersipu ombak.

”Betul cinta  adalah kehidupan, tapi hidup tak boleh berhenti dalam cinta, Cinta memang selalu bergerak, cintalah yang menggerakkan kehidupan”

“Maksudnya kak?”

“Cinta menuntut kenyataan, kenyataan adalah harapan yang terwujud”.

“Ada harapan yang terwujud dalam kehidupan, ada pula harapan  yang terwujud di balik kehidupan”.

“Di balik kehidupan?” Maksudnya, Yanti semakin tak mengerti

“Ya di balik kehidupan, ada kehidupan lain setelah mengalami kematian”.

“Kematian?” Bukankah kematian itu akhir kehidupan?”

“Bukan-bukan, kematian adalah gerbang menuju kehidupan lain, merasakan siksa kubur atau nikmat kubur, sebelum dibangkitkan dan dikumpulkan di alam mashar, sampai kita di sambut  di  surga atau di lemparkan ke dalam  neraka yang cukup mengerikan dan menyakitkan, semua urusan kita akan diselesaikan di sana, dengan hakim yang maha adil dan ditimbang seadil adilnya.

“Wow ngeri kalau dengar kata neraka” Yanti berkata lirih sambil menggoyangkan lehernya.

“Makanya mari berlomba menanam kebaikan dalam kehidupan sekarang”

Percakapanku terputus dengan panggilan Mang Rusdi, ternyata Paman, putranya dan 2 orang temannya telah menepi, dekat perapian, malah terlihat tumpukan ikan  dan Udang telah dibakar, tinggal dibubuhi kecap dan cabe. Lahap rasanya makan pada malam itu, diterangi nyala api dan cahya bulan yang cukup terang. Apa lagi di sisiku ada Yanti yang telah resmi jadi kekasihku. 08 April 1988 itulah yang tercatat dalam buku harianku          KLIK DI SINI


(BERSAMBUNG KE BAGIAN 4)

BIANGLALA CINTA SEORANG KELANA 2


BIANGLALA CINTA SEORANG KELANA.

Undang Sumargana)

(Cerita bersambung bagian 2 )


BIANGLALA CINTA SEORANG KELANA 2


BIANGLALA CINTA SEORANG KELANA 2

Pembaca yang budiman permohonan maaf cerita bersambung bagian 2 lupa saya posting di bloog, terima kasih kepada pembaca bloog saya yang telah mengingatkan

Catatan:

Guru SD dulu cukup berijzah SPG (Sekolah Pendidikan Guru) atau SGO (sekolah Guru Olah Raga) atau PGA (Pendidikan Guru Agama) Sekolah sekolah tersebut setingkat SMA sekarang, tak diperlukan Ijazah S1 seperti sekarang, maka kalau  guru SD melanjutkan kuliah dianggap aneh malah ada yang mencibir memandang berlebihan. Guru SD diangkat CPNS  dalam usia yang masih belia dan diberi pangkat II/a, bisa dibayangkan kehidupan guru pada wktu itu dengan gaji Rp 14.500,00 (Empat Belas Ribu Lima Ratus Rupiah)

rajasastra-us.blogspot.com

Keegoan membuat jiwa kita menjadi  gelap, dan Nurani kita menjadi kelam, hati yang cemerlang arif dalam menjatuhkan pandangan,akan membuat kita  dapat membedakan antara kegelapan dengan cahaya, membedakan  antara haq dan bathil, Jangan cemaskan teriknya panas yang mematangkan padi, dan jangan cemaskan hujan yang menyuburkan daun, biarlah tempaan  akan mematangkan jiwa kita menjalani kehidupan. Kita  harus berjuang melangkah dalam ayunan qudrah dan iradah Allah.

Menetapkan jiwa untuk mengikuti kuliah menempuh jenjang S1, itu menjadi pilihan hatiku, bukan semata mata karena pelarian dari kandasnya cinta, tapi itu pilihan hidup. Tak sedikit yang mencibir, karena anggapan orang terutama dikalangan guru SD, apa gunanya kuliah  cukup Pendidikan dari SPG, rasanya berlebihan kalau untuk guru SD harus kuliah lagi, tapi aku tak peduli dengan anggapan orang, biarlah suatu saat zaman akan berubah, dan terbukti sekarang tak ada lagi guru SD hanya setingkat SLA seperti SPG dan SGO, tapi minimal harus S1.

Kesedihanku perlahan lahan sirna melebur dalam kesibukan tugas sebagai guru dan tugas di campus, aku harus bangkit-bagkit dari keterpurukan,

Cintaa….!

Kita tak seharusnya jadi bucin (budak cinta), sebab yang kurasakan cinta bisa datang dan pergi tanpa permisi, Emang indahnya cinta seperti gemercik air di sela  bebatuan, seperti arus yang tenang mengalir sungai sungai di pedalaman, cinta merambah tanah menghijaukan dedaunan memberi penghidupan. Cinta bisa berupa kasih tanpa suara.  Embun yang merayap keseluruh persada. Lembut selembut air di kolam sebening kaca. Tapi kalua cinta sudah berulah petaka dahsyat yang bisa membuat kita terseok seok dalam kehidupan

Adakah kita memahami cinta?

Diawal-awal putus cinta  aku merasakan Wanita itu macan…..jangan dekati kejaaammm.

Tapi aku harus jadi pawang macan yang siap menjadikan  macan yang buas  untuk bertekuk lutut dikakiku , seperti surat terakhirku “Kau harus bertekuk lutut menyembah telapak kakiku!” Pengalaman hidup yang menempaku, menjadikan diriku hilangnya kepercayaanku  pada Wanita, biarlah aku berselancar seperti angin, bebas seperti burung camar, ataukah sewaktu-waktu menderu seperti dahsyatnya ombak lautan, atau aku harus kokoh seperti batu karang ? Yah tapi nurani ku, mengharuskan aku seperti buih putih ombak lautan yang terlihat begitu indah diterpa cahaya matahari, cahaya yang memencarkah aneka warna dalam pedaran kehidupan, warna yang memberikan manfaat bagi orang lain. Yang perlu kita pahami usia kita terus merayap setiap detik, memacu setiap saat ke ujung waktu semuanya pasti melepaskan kehidupan dan berakhir dengan helaan napas dan berakhir dalam kematian itu pasti, pasti tak bisa dihindari  hanya yang tak tau kapan Malakal maut datang menjemput

Pada waktunya pasti datang, Cuma sebelum datang kita harus menentukan pilihan.

Hidup cuma-cuma atau hidup harus bermanfaat?

Ya tentu …! Pilihan yang tepat, hidup harus bermanfaat bagi orang lain selain untuk diri sendiri. Teringat falsafah kehidupan;

“jangan mati dalam kehidupan, kita harus bisa merasakan hidup dalam kehidupan  bahkan jalan terbaik bisa  hidup dalam kematian” Hemmmhh bagi pembaca yang tak pernah belajar Filsapat pusing bukan? Baik sedikit ku jelaskaN

Mati dalam kehidupan berarti hidup kita tidak bisa berbuat kebaikan, jangankan untuk orang lain untuk diri sendiri saja hanya mengandalkan orang lain. Hidup dalam kehidupan kita bisa berbuat banyak untuk diri sendiri dan berguna orang lain, sedangkan hidup dalam kematian meskipun  orangnya sudah mati, tapi karena jasa-jasanya, karena perbuatan dan kebaikan semasa hidup, masih tetep dikenang, tatap abadi seperti hanya para pahlawan.

Hari terus bergulir dengan begitu cepat, tak terasa aku sudah masuk ke Semester 4  mengikuti kuliah di UNIVERSITAS SILIWANGI Tasikmalaya, Fakultas Pendidikan program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Pulang pergi dari Wisma Guru SDN Karangmulya, di kampung Citoe Desa Cidadap Kec. Karangnuggal.  Berangkat Jumat sore,  pulang mingu sore. Cape? Ya memang Cape, apalagi kendaraan pada waktu itu harus menunggu lama, tidak seperti sekarang. Pada waktu itu  untuk ukuran Guru SD jangankan membeli motor,  untuk kehidupan sehari-hari saja masih morat-marit, tapi hal ini  terus kujalani karena disisi lain aku menemukan  kesenangan. Tekadku kuliahku harus selesai secepat mungkin.

Senin sore pada waktu itu, ada tugas kuliah yang harus selesai Sabtu yang akan dating.  Kebetulan,  sore itu teman kuliahku datang utuk mengerjakan tugas bersama-sama, teman satu jurusan dia ikut kuliah di kelas karyawan. Orang pribumi juga satu  kampung dengan tempat tugasku mengajar. Gadis belia dari keluarga orang cukup  berada. Satu jam tugas selesai dikerjakan,  aku beranjak maksud untuk menikmati cahya mentari disore hari di tepi pantai, Tapi Yanti temanku ikut juga, ya gak apa-apa ada teman ngobrol, tapi kadang aku mersakan risi dia memberikan  perhatian kadang berlebihan, baik di campus maupun kalau  pulang kekampungnya, tapi yah mungkin itu hanya anggapanku saja.

Sampai di dekat pantai aku naik ke bukit Karang Bayawak menyaksikan deburan ombak dan cahaya yang mulai meredup  yang kemudian  munculnya rona merah menebar di ufuk barat

“Tuh lihat cahaya yang kemerahan itu indah ya” Yanti  teman perempuan yang duduk disampingku berkata sambal menunjuk cahaya yang kemerahan
             ”Tentu.....” kataku “Kalau kemunculan  matahari  mempunyai cahaya yang indah dan bagus maka kesudahannya juga akan terpancar keindahan pula. Apa lagi  matahari menjelang terbenam cahayanya   begitu indah, dan akhirnya ditutup dengan cahaya mega senja yang berpedaran dengan aneka warna”.

           “Maksudnya”
   Bukankah sering saya katakanMan asyrakat bidayatahu asrakat nihatahu....

Barang siapa terpancar cahaya diawalnya  maka akan    terpancar       pula cahaya diakhirnya....
Kemudian
     di malam hari    kita    bisa    menikmati   cahaya  bintang bersama kebebasan yg tiada akhir…....dan merasakan kedamaian dan kesejukan bersama cahaya purnama yangindah.....
           Hemmmhhh…. Nafas Yanti  pun mendesah dengan kelembutan YAA  RABBI,  YAA  RABBI,  YAA RABBI....

Terlihat dia mencoba menatapku, tapi aku mencoba menepis dengan mengalihkan perhatiannya, walaupun secara sembunyi kulirik sedikit, cantik emang dia cantik, tapi ah kutepis jauh jauh pikiran itu.

Senja pun merangkak perlahan -lahan keindahan yang tiada tara dari pedaran cahaya membuat lukisan Illahi dalam kombinasi pedaran warna yang menakjubkan, pancaran warna warna kuningnya melukiskan bianglala di atas dedaunan dan hamparan air laut  yang kini beubah warna jingga yang pupus, warna itu seperti melukiskan sisa  kesenduan yang masih memahat dalam hati.

 Hemmh sebuah lukisan ujung hari, laksana lukisan ujung kehidupan. Kilauan cahaya lembayung yang hampir tenggelam seperti menggoreskan kenangan yang melaju di ujung usia, seperti menoreh peristiwa masa silam. Suara angin    semakin lirih, deburan ombak terdengar bersahutan seolah-olah bertasbih memuja sang Illahi, pencipta keindahan dari segala yang paling indah,

Hari merangkak menuju rembang petang, akhirnya  aku mengajak Yanti  beranjak dari bukit Karang Bayawak menuju rumah,   setelah berjalan kira kira 10 menit sampai di persimpangan dia berpamitan sambal menyungingkan senyum.  Hemmh……senyum gadis belia polos tapi mungkin punya arti.

(BERSAMBUNG)

KLIK RAJA SASTRA DI SINI

     

Rabu, 19 Juni 2024

3 PUISI CINTA UNTUK MENGUNGKAP RASA BAGI YANG TERKASIH

3 PUISI CINTA  UNTUK MENGUNGKAP RASA  BAGI YANG TERKASIH


3 PUISI CINTA  UNTUK MENGUNGKAP RASA  BAGI YANG TERKASIH

rajasastra-us.blogspot.com Puisi cinta untuk mengungkapkan rasa  bagi yang terkasih.  Ada banyak cara yang dapat dilakukan terutama bagi remaja untuk mengungkapkan rasa cinta untuk orang terkasih. Salah satu cara yang bisa dilakukan dengan cara sederhana, yakni mengungkapkan isi hati melalui puisi cinta romantis.

Penulis mengajak untuk mencoba memahami cinta  lewat puisi. Puisi bisa mengungkapkan perasaan seseorang yang mencintai secara diam-diam, bahkan lewat  doa, dan  suara burung dan desir angin bisa menjadi perantara untuk menyampaikan perasaan cintanya. Walau terkesan sederhana, terkadang kata-kata mampu menyentuh hati seseorang sehingga membuatnya merasa sangat dicintai dan dihargai pasangannya. 

Ketika ingin melakukan sesuatu yang romantis, tak ada salahnya untuk mengungkapkan ungkapkan perasaan cinta dan kasih sayang  lewat puisi.

Terkadang cinta tidak selalu membahagiakan, cinta juga bisa berakhir luka. Namun, Cinta yang Agung menggambarkan sebuah cinta yang perlu pengorbanan seseorang mencintai dengan tulus bahkan cinta yang agung ingin melihat sang pujaan bahagia dengan pilihannya. 

Yu kita apresiasi 3 Puisi Cinta berikut ini: !

Puisi Cinta Untuk Mengungkap Rasa


Aku Hanya Sebutir Kerikil yang Tak Punya Makna

(Undang Sumargana)

Aku hanya sebutir krikil yang tak punya makna apa-apa

Yaa Robbi…!

Aku bergelimang dosa namun yakin akan sipat maha pengampun-Mu

Aku hanya sehelai daun kering namun mencloba bertasbih kepada-Mu

Aku adalah ombak samudera-Mu

Yang lari-datang karena kuasa-Mu

Betapa naifnya hidupku, dalam gelimang dosa 


Aku hanya sebutir krikil yang tak punya makna apa-apa

Yang ingi meraih syurga-MU

Sedangkan kitab-Mu banyak yang kuingkari

Ayat-ayat-Mu banyak yang kusepelekan 

Betapa tak masuk akal keinginanku 

Selain mengharap sipat  Rahman-rahim-Mu


Aku hanya sebutir krikil  yang tak punya makna apa-apa

Yang mudah putus asa bila mendapat cobaan

Sedangkan …

Kekasih-Mu Muhammad di uji dilempar batu

Ibrahim orang yang kau sayang  di uji dibakar

Yunus-Mu orang yang agung dicampakkan ke laut

Nuh yang menjadi kebanggaan dibiarkan-Mu dalam  kesepian

Akan tetapi wahai Qadir Muqtadir

Aku hanya sebutir krikil  yang tak punya makna apa-apa


Bantarklong, Kec Cipatujah

01 Januari 2024

KLIK DI SINI


Aku Mencintaimu dalam Waktu yang Tak Pernah Henti

(Undang Sumargana)


Engkaulah bianglala senja yang pancarkan keindahan

Tak bosannya  menatap indah  telaga teduh matamu

Tak ingin berhenti  saksikan  kuncup mawar di bibirmu

Ingin rasakan kesejukan  telaga bening di hatimu

Aku ingin mencintaimu dalam waktu yang tak pernah henti

dengan kata yang tak  pernah sempat terucap

Hanya desir angin yang kau rasa 

Tapi  tak pernah kau lihat angin itu

Begitu pula cinta tak pernah kausaksikan

Tapi percayalah cintaku untukmu ada padaku

Walaupun seperti angin dapat dirasa tak dapat dilihat


Bantarklong, Kec Cipatujah

01  Januari 2024

BACAAN LAINNYA:

  • SUARA KESUNYIAN BUKU KUMPULAN PUISI KORRIE LAYUN RAMPAN SASTRAWAN ANGKATAN 2000
  • BIARKAN AKU MELEBARKAN SAYAP
  • MENGENAL MUHAMMAD IQBAL SEBAGAI SEORANG FILSUF DAN PENYAIR KLASIK DARI INDIA

Aku Ingin Melayang Ke Langit Meraih Bintang

(Undang Sumargana)

Aku ingin melayang ke langit meraih bintang 

Menandingi cahya matamu yang begitu indah

Malam, kudekap lirih dalam debur kerinduan

Kala bias cinta menghilang ditelan awan

Adalah kesetiaan  ketika kamu menitikkan air mata

Tap kesetiaan bukan berarti 

ketika cinta itu mati..kamu harus mati  matbersamanya..

Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku


Aku ingin melayang ke langit meraih bintang 

Waktu angin memainkan daun yang berguguran

aku dalam kangen dan sepi yang membisu

Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.

Aku ingin melayang ke langit meraih bintang 

Menyulam senja dengan aneka wara lembayung


Bantarklong, Kec Cipatujah

01 Januari 2024

KLIK DI SINI

BIANGLALA CINTA SEORANG KELANA 1

BIANGLALA CINTA SEORANG KELANA

(Cerita bersambung bagian 1 )

BIANGLALA CINTA SEORANG KELANA 1


Catatan: 

  • Maap ini tulisan hanyalah secercah kisah dari sebuah kehidupan  yang diambil dari catatan harianku yang di tulis tahun 1987  tak ada maksud tuk mengungkit kisah lama, namun setidaknya, sekecil apapun dari cerina ini mungkin ada manfaat yang dapat ku ambil
  • Bila nama dalam tulisan ini sengaja disunting disembunyikan, mungkin hanyalah dirinya yang mengetahui .
  • Karang Bayawak adalah gunung kecil  di Dusun Citoe, Desa Cidadap, Kecamatan. kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat Karangnunggal, Namun pemandangan dan gunungnya tak seindah dulu karena keserakahan para penggali pasir sebagai penjahan lingkungan.
  • Di usia menjelang senja  Alhamdulilah aku bertemu dengan teman lamaku alaupun baru di alam maya, itulah kuasa Allah yang mengatur kehidupan manusia.


Aku merasakan hidupku seperti abu, ringan mengikuti kemana angin berhembus, melayang tanpa arah, pedih-memang pedih ditinggal kasih tersayang hidup terpuruk dalam kehampaan, padahal saat itu aku baru mendapat anugrah dapat pekerjaan tuk menata hidup masa depan. Ataukah pekerjaan ku kurang menjanjikan, seorang guru SD lulusan SPG, mana mungkin mampu membahagiakan Dia ( nona ST) gadis yang kupuja, ku cintai. Namun cinta saja memang tidak cukup. 

Ada kehampaan yang menyelinap dalam dadaku ada kepedihan yang mengiris di relung hatiku, ada cinta yang tercampak berbuah kenangan yang memilukan, duka yang menyekap, tapi aku sadar akulah lelaki perlu bangkit, bangkit merajut kehidupan, melompat ke depan, meraup hidup yang akan datang, itulah tekadku. 

Tepat 5 mei 1984 usiaku baru 21 tahun masih muda memang, masih panjang perjalan yang perlu ku tempuh, di sini di Karang Bayawak gunung kecil pinggir laut, aku merayakan ulang taun sendiri bersama angin laut, bersama camar, serta gelombang laut yang ku tatap dari jauh.

  • KATA KATA INDAH DALAM BAHASA INDONESIA YANG JARANG DIPERGUNAKAN
  • PENTINGNYA PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH DASAR
  • MENGENAL TAUFIK  Wr. HIDAYAT DALAM CERPEN PISAU SEGALA LAMPAU

“ Angin saja tak pernah berhenti, bertiup, burung saja tak pernah putus asa mengintai ikan di laut, kenapa aku harus putus asa?” pikirku, tapi seperti ada bayang-bayang yang mondar-mandir, seakan nyanyian pilu yang sulit dihilangkan. Biarlah perjalan waktu yang akan menghapus kenangan duka dalam hidupku.

Purnama yang ke-18  hari ini  aku berada di perkampungan ini. Kalau dihitung berarti aku sudah lebih 1tahun 6 bulan  berada ditempat tugas aku sebagai Guru di sebuah SD, masih merasakan hembusan angin, merasakan deburan gelombang, menikmati indahnya camar yang menukik mengangkat ikan di lautan, tapi kali ini ada yang mendampingiku gadis belia berinisial (AR)  yang mampu meluluhkan hatiku, yah dalam hidupku seperti ada semburan cahya ajaib dari langit, menuntun perjalan hidupku melampoi batas kepedihan yang telah mengiris hati. Jatuh cinta yang kedua kali kualami begitu indah, begitu mengesankan membuat aku gairah tapi dalam batas wajar dan mengakar pada norma kehidupan. 

“Nona AR,  Aku adalah Seorang kelana yang telah letih mengembara, ku persembahkan semangkuk kasih dan secawan cinta buat dirimu”

DI SINI

 Itulah cuplikan kata-kata dari surat yang ku buat,  indah memang perjalanan hidup, namun dia gadis belia yang belum dewasa yang perlu tempaan kasih sayang yang menapak dalam akar kehidupan. Menginjak usia yang tambah dewasa, dia bersekolah di  SLA (SGO). Bertambah cantik, seiring itu pula jarang aku bertemu dengannya. Pertemuan terakhir di Karang Bayawak, dalam senja yang kemerahan, nikmati tengelamnya cahya  mentari seolah menyusup dalam gelombang lautan bercengkrama tentang cinta tentang gelombang, tentang langit yang kemerahan serta tentang rencana hidup yang akan datang, aku semakin yakin kesetiaan akan membawaku dalam jenjang kehidupan masa depan.

Seperti halnya angin, tidak selamanya meniupkan kelembutan, ada kalanya datang bersama hujan deras, menjadikan badai yang dahsyat memporak-porandakan kehidupan, begitupun dengan hdupku, sudah 2 gadis yang memutuskan tali cinta dalam hidupku, 

‘Penyebabnya?”,  Aku tak tau, 

“Kesalahanku?”, mungkin saja.

“Fitnah ?” mungkin saja.

“Marah ?” Ya aku marah.

“Pedih?” Ya hatiku pedih.”

“Benci?, Ya itulah kebencianku,  puncak kebencian, yang membawa gelora kemarahan dalam jiwa mudaku, dan terlontar dalam surat balasan yang mungkin tak pantas ku tuliskan.

“biarlah kepedihanku akan ku bawa, dan aku bersumpah, Suatu saat kau akan bersujud menyembah telapak kakiku” itulah  surat terakhir yang ku tulis buat nona (AR), tak pantas memang ku tulis, m mungkin itulah keegoan yang timbul akibat kepedihan dan kemarahan yang memuncak.

Ada hikmah yang ku petik dari kepedihan itu, sejak itulah aku semangat untuk meningkatkan pendidikan  tepatnya di jenjang S1 pada tahun 1987. Perjalan hidup selanjutnya biarlah aku tak tau biarlah skenario Alloh yang akan menuntunku dalam masa yang akan datang.

Downloade di sini

(BERSAMBUNG)

Rabu, 12 Juni 2024

MENGENAL PUISI GUSMUS YANG CUKUP PENOMENAL DAN PUISI PUISI BERTEMAKAN NABI NABI MUHAMMMAD SAW

MENGENAL PUISI  GUSMUS YANG CUKUP PENOMENAL 
DAN PUISI PUISI BERTEMAKAN NABI  MUHAMMMAD SAW 

Sebelum memaparkan puisi puisi karya beliau saya mengajak pembaca untuk mengenal siapa beliau itu sebenarnya:Dr. (H.C.) K.H. Ahmad Mustofa Bisri atau lebih sering dipanggil dengan Gus Mus (lahir 10 Agustus 1944 di Rembang) adalah pimpinan Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang. Gus Mus pernah menjadi Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada tahun 2014 hingga 2015 karena menggantikan KH. Sahal Mahfudz yang wafat. Ia juga merupakan salah seorang pendeklarasi Partai Kebangkitan Bangsa dan sekaligus perancang logo PKB yang digunakan hingga kini. Ia juga seorang penyair dan penulis kolom yang sangat dikenal di kalangan sastrawan. Di samping budayawan, dia juga dikenal sebagai penyair.1

MENGENAL PUISI  GUSMUS YANG CUKUP PENOMENAL 
DAN PUISI PUISI BERTEMAKAN  NABI MUHAMMMAD SAW 

Riwayat Hidup Gus Mus

rajasastra Sebelum memaparkan puisi puisi karya beliau saya mengajak pembaca untuk mengenal siapa beliau itu sebenarnya:Dr. (H.C.) K.H. Ahmad Mustofa Bisri atau lebih sering dipanggil dengan Gus Mus (lahir 10 Agustus 1944 di Rembang) adalah pimpinan Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang. Gus Mus pernah menjadi Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada tahun 2014 hingga 2015 karena menggantikan KH. Sahal Mahfudz yang wafat. Ia juga merupakan salah seorang pendeklarasi Partai Kebangkitan Bangsa dan sekaligus perancang logo PKB yang digunakan hingga kini. Ia juga seorang penyair dan penulis kolom yang sangat dikenal di kalangan sastrawan. Di samping budayawan, dia juga dikenal sebagai penyair.1

atOptions = { 'key' : '9efe0dd7fbe688699363f88c824891f4', 'format' : 'iframe', 'height' : 250, 'width' : 300, 'params' : {} };
">

Pendididikan  

Pendidikan Gus Mus dimulai di Sekolah Rakyat (SR) Rembang, kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri di bawah asuhan KH. Marzuqi Dahlan dan KH. Mahrus Aly kurang lebih selama satu setengah tahun. Setelah itu ia melanjutkan menimba ilmu di Pondok Pesantren Al Munawwir, Krapyak, Yogyakarta selama empat tahun di bawah asuhan KH. Ali Maksum dan KH. Abdul Qadir. Seetelah menamatkan di pondok tersebut ia menimba ilmu di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir.


Kiprah 

Gus Mus pernah menjabat sebagai Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama pada tahun 2014 hingga 2015. Pada mulanya ia adalah seorang wakil Rais 'Aam dan Rais 'Aam saat itu adalah KH. Sahal Mahfudz, karena KH. Sahal Mahfudz wafat pada tahun 2014, maka kedudukan Rais 'Aam dijabat oleh KH. Mustafa Bisri (Gus Mus).

Gus Mus adalah seorang pemuka agama atau ulama pertama kali yang memperoleh penghargaan "Yap Thiam Hien" pada tahun 2017 karena ia dikenal sebagai pejuang Hak Asasi Manusia

Selain itu saat Gus Mus menimba ilmu di Universitas Kairo, ia pernah menjadi pengurus HPPI (Himpunan Pemuda dan Pelajar Indonesia) bersama KH. Syukri Zarkasyi sekaligus menjadi aktivis pengelola majalah organisasi berdua dengan KH. Abdurrahman Wahid.

Puisi Gus Mus: Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana

Puisi “Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana” termasuk karya Gus Mus yang cukup fenomenal.

Meski ditulis tahun 1987, puisi ini masih sangat relevan dengan kondisi sosio-kultural masyarakat Indonesia hari ini.

Puisi Gus Mus satu ini mencoba untuk merepresentasikan geliat abu-abu pola pikir manusia dan hasil perenungan dan keresahan Gus Mus dalam membaca keadaan sumber daya masyarakat kita.

Baiklah mari kita baca dan renungkan sejenak sajak-sajak gus mus, selamat membaca.

Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana

Kau ini bagaimana

Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya

Kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kapir

Aku harus bagaimana


Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai

Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai

Kau ini bagaimana

Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku

Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin-plan

Aku harus bagaimana


Aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimpung kakiku

Kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku

Kau ini bagaimana


Kau suruh aku taqwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa

Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya

Aku harus bagaimana


Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya

Aku kau suruh berdisiplin, kau menyontohkan yang lain

Kau ini bagaimana


Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilNya dengan pengeras suara setiap saat

Kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai

Aku harus bagaimana


Aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya

Aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya

Kau ini bagaimana


Kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah

Kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah

Aku harus bagaimana


Aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi

Aku kau suruh bertanggung jawab, kau sendiri terus berucap Wallahu A’lam Bisshowab

Kau ini bagaimana


atOptions = { 'key' : '9efe0dd7fbe688699363f88c824891f4', 'format' : 'iframe', 'height' : 250, 'width' : 300, 'params' : {} };

style="font-size: medium;">Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku

Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku

Aku harus bagaimana


Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah ku pilih kau bertindak sendiri semaumu

Kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu

Kau ini bagaimana


Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis

Kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis

Aku harus bagaimana


Kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah

Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja

Kau ini bagaimana


Aku bilang terserah kau, kau tidak mau

Aku bilang terserah kita, kau tak sukaAku bilang terserah aku, kau memakiku

Kau ini bagaimana

Atau aku harus bagaimana

Rembang, 1987.

Puisi Puisi Bertemakan Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW, sebagai panutan semua umat Islam sebagai tauladan yang tidak ada bandingnya islam tentu saja mengilhami   puisi Gus Mus yang yang merupakan sosok ulama yang kharismatik.  Berikut saya ajak para pembaca untuk membaca puisi-puisi yang bertemakan Nabi Muhammad SAW. 

Selamat membaca  puisi-puisi berikut:


Aku Merindukanmu, O, Muhammadku

Oleh: KH A Mustofa Bisri

Aku merindukanmu, o, Muhammadku

Sepanjang jalan kulihat wajah-wajah yang kalah

Menatap mataku yang tak berdaya

Sementara tangan-tangan perkasa

Terus mempermainkan kelemahan

Airmataku pun mengalir mengikuti panjang jalan

Mencari-cari tangan

Lembut-wibawamu

Dari dada-dada tipis papan

Terus kudengar suara serutan

Derita mengiris berkepanjangan

Dan kepongahan tingkah-meningkah

Telingaku pun kutelengkan

Berharap sesekali mendengar

Merdu-menghibur suaramu


Aku merindukanmu, O, Muhammadku

Ribuan tangan gurita keserakahan

Menjulur-julur kesana kemari

Mencari mangsa memakan korban 

Melilit bumi meretas harapan

Aku pun dengan sisa-sisa suaraku

Mencoba memanggil-manggilmu


O, Muhammadku, O, Muhammadku!

Di mana-mana sesama saudara

Saling cakar berebut benar

Sambil terus berbuat kesalahan

Qur’an dan sabdamu hanyalah kendaraan

Masing-masing mereka yang berkepentingan

Aku pun meninggalkan mereka

Mencoba mencarimu dalam sepi rinduku


Aku merindukanmu, O, Muhammadku

Sekian banyak Abu jahal Abu Lahab

Menitis ke sekian banyak umatmu


O, Muhammadku – selawat dan salam bagimu –

bagaimana melawan gelombang kebodohan

Dan kecongkaan yang telah tergayakan

Bagaimana memerangi


Umat sendiri? O, Muhammadku

Aku merindukanmu, o, Muhammadku

Aku sungguh merindukanmu


Bagaimana aku menirumu, o kekasihku

Oleh: KH A Mustofa Bisri


Engkau mentari

Aku bumi malam hari

Bila tak kau sinari

Dari mana cahaya akan kucari?

Bagaimana aku menirumu, o kekasihku

Engkau purnama

yang menebarkan senyum kemana-mana

Aku pekat malam tanpa rona


Bagaimana aku menirumu, o kekasihku

Engkau mata air

Aku di muara

Di mana kucari jernihmu


Bagaimana aku menirumu, o kekasihku

Engkau samudra

Aku di pantai

Hanya termangu

Engkau merdeka

Aku terbelenggu

Engkau ilmu

Aku kebodohan

Engkau bijaksana

Aku semena-mena

Diammu tafakkur

Diamku mendengkur


Bicaramu pencerahan

Bicaraku ocehan

Engkau memberi

Aku meminta

Engkau mengajak

Aku memaksa


Engkau kaya dari dalam

Aku miskin luar-dalam

Miskin bagimu adalah pilihan

Miskin bagiku adalah keterpaksaan

Bagaimana aku menirumu, o kekasihku


Ya Rasullullah….

Oleh: KH A Mustofa Bisri

Ya Rasulullah… aku ingin menjadi santri berbaju putih yang tiba-tiba datang menghadapmu, duduk menyentuhkan lututnya pada lututmu yang agung dan meletakkan telapak tangannya di atas paha muliamu,

lalu aku akan bertanya….???

Ya Rasulullah… tentang Islamku,

Ya Rasulullah… tentang Imanku,

Ya Rasulullah… tentang Ihsanku.

Ya Rasulullah…

Mulut dan hatiku bersaksi tiada tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa engkaulah utusan Qllah tapi ku sembah jua diriku, Astaghfirullah….

Dan risalahmu hanya ku baca bagai sejarah.

Ya Rasulullah…

Setiap saat jasadku solat setiap kali diriku bersimpuh diriku juga yang ku ingat, setiap saat ku baca shalawat setiap saat tak lupa ku sampaikan salam

” Assalamu ‘alaika ayyuhan Nabiyu warahmatullahu wabarokatuh”

salam padamu wahai nabi juga rahmat dan berkat allah tapi tak pernah ku sadari apakah di hadapanku kau menjawab salamku bahkan apakah aku menyalamimu. 

Ya Rasulullah… ragaku berpuasa dan jiwaku ku lepas bagai kuda

Ya Rasulullah… sekali-kali ku bayar zakat dengan niat mendapat balasan kontan dan berlipat

Ya Rasulullah… aku pernah naik haji sambil menaikkan gengsi.

Ya Rasulullah… Sudah Islamkah aku?

Ya Rasulullah…

Aku percaya Allah dan sifat-sifat-Nya, aku percaya malaikat, percaya kitab suci-Nya , percaya Nabi-nabi utusan-Nya, aku percaya akhirat, percaya Qada’ Qadar-Nya seperti yang ku catat dan ku hafal dari Ustaz, tapi aku tak tahu seberapa besar itu mempengaruhi kelakuanku.

Ya Rasulullah… sudah Imankah aku…?

Ya Rasulullah… ku dengar panggilan aku menghadap Allah tapi apakah Dia menjumpaiku sementara wajah dan hatiku tak menentu.

Ya Rasulullah… dapatkah aku berihsan…???

Ya Rasulullah… ku ingin menatap meski sekejap wajahmu yang elok mengelok setelah sekian lama mataku hanya menangkap gelap.

Ya Rasulullah… ku ingin mereguk senyummu yang segar setelah dahaga di padang kehidupan hambar hampir membuatku terkapar.

Ya Rasulullah… meski secercah titiskan pada ku cahayamu buat bekalku sekali lagi menghampiri-Nya.  KLIK DI SINIKLIK DI SINI

Featured Post

HABIB ALI ALHABSYI DENGAN KAROMAHNYA

KHARAMAH HABIB ALHABSYI:  BISA DENGAR SUARA TASBIH DAN BENDA MATI HABIB ALI ALHABSYI DENGAN KAROMAHNYA Habib Ali Alhabsyi nama lengkapnya H...