TETES AIR MATA DI HAMPARAN SAJADAH
PUISI RELIGI DALAM MENDEKATKAN DIRI PADA ILLAHI
![]() |
TETES AIR MATA DI HAMPARAN SAJADAH
PUISI RELIGI DALAM MENDEKATKAN DIRI PADA ILLAHI
rajasastra-us blogspot.com Puisi adalah salah satu jenis karya sastra yang merupakan sebuah rangkaian kata ungkapan dari sang penyair. Hampir sama seperti karya sastra lainnya, tema yang dapat digunakan dalam puisi tidak ada batasnya.
Religi menjadi salah satu tema yang kerap diangkat dalam penulisan puisi. Puisi dengan tema tersebut akan menggambarkan hubungan antara kita sebagai manusia dengan Sang Pencipta.
Dalam menulis Puisi saang penyair harus mempunyai keberanian dalam dua hal. Pertama mencoret kalimat yang tidak perlu dalam larik-larik puisi yang ditulisnya, kedua menggantinya dengan kalimat yang tepat. Dalam konteks semacam inilah para pakar puisi pengatakan bahwa menulis puisi tidak bisa sekali jadi, selalu ada proses revisi. Kedua proses itu kadang disebut dengan proses di bawah kesadaran (saat puisi ditulis) dan proses di atas kesadaran (saat puisi ditulis ulang atau direvisi). setidaknya, menulis puisi menjadi makin hati-hati di kemudian hari.
Yu kita simak puisi yang penulis ciptakan dalam saat menunggu subuh setelah shalat Malam.
Selamat membaca dan ditunggu kritiknya!
TETES AIR MATA YANG JATUH DI HAMPARAN SAJADAH
(Undang Sumargana)
Hujan Kembali meneteskan rindu
Semesta menjalin asa dari perjalan hidup yang kulalui
Lembaran lembaran dosa
memantik duri duri meracuni jiwa
Aku tersaruk saruk menahan rasa buncah di mata
Biarkan hati berdendang mengeja asma-Mu
Ya Allah Ya Mujibba Syaillin
Ya Allah ya Mujibba darojatin
Biarkan Bibir bergetar mengeja Asma-Mu
\BACA YANG LAINNYA:
- KETIKA SEORANG PEMIMPIN TURUN TAHTA
- YANG MENJADI DASAR KONGRES PEMUDA YANG KE-1
- 3 TOKOH PUISI KONTAMPORER YANG MENGHEBOHKAN KANCAH SASTRA INDONESIA
Tetes air mata yang jatuh di hamparan sajadah
berkisah tentang getar asma-MU
berilah pengampunan-Mu
Yaa Robbi yang maha pengampun
Walau aku hanyalah mahluk fana
Yang berjuang mendapat cinta-Mu
Hingga meraih Jannah
Kalam-Mu kalam kebenaran
Sedang kalam manusia seperti aku
Sering sekali Cuma sekeprul debu
yang usang dengan waktu
terkadang hanya jadi sajak kurus
yang hilang terbang di angkasa
Air mat ini menetes basahi sajadah
Mengurai jejak dosa yang lama mengkristal
Dalam selubung hari yang terus berjalan
Kemantian yang terus mengintip
Menyambut di ujung waktu
Membawa ke lautan neraka
Dalam kesengsaraan yang tiada tara
Ataukah telaga surga
yang janjikan kesenangan yang abadi
Tetes air mata di hamparan sajadah
Bersamaan air hujan
kembali meneteskan rindu
luncuran kata dalam puisi bersimpuh di karib-Mu
KLIK DI SINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar