BERANDA

Jumat, 13 September 2024

TAKDIR DAN CINTA SEBUAH CEPEN YANG BERCERITA TENTANG SUATU REALITA KEHIDUPAN

 TAKDIR DAN CINTA

TAKDIR DAN CINTA

Ibuku adalah lautan tak bertepi. Hilir segala keluh kesah kami anak-anaknya. Kami anak-anaknya adalah sungai-sungai kecil yang sering mengangkut berbagai sampah dan membuangnya ke lautan Ibu. Bahkan termasuk Bapak.

Kakakku, enggan sekolah, enggan bekerja, dan lebih memilih menjadi kelelawar Malioboro. Banyak sampah sering dibawanya pulang. Pernah digebuki preman karena merampas ladang mengamen orang. Pernah digaruk polisi karena mabuk cimeng. Puncaknya adalah ketika ditinggal pergi pacarnya, sampai-sampai kakakku benar-benar menjadi sampah yang mengotori rumah. Suatu hari tiba-tiba saja dia berubah menjadi banteng ketaton, membuat remuk dan pecah segala yang terjamah. Akhirnya kami terpaksa memborgol tangan kakinya dan lalu menyeretnya ke RSJ. Kini, tiap bulan ia harus rutin ke sana guna mengontrol perkembangan psikisnya. Siapa pula yang harus terperas jiwa raganya kalau bukan Ibu?

Bapakku adalah Werkudara yang sering menenggelamkan diri ke lautan tak kasatmata, mencari Dewa Ruci—meski beliau selalu mengingkari itu dengan segala serapahnya terhadap Ibu. Kata Bapak, ia menemukan kesejatian hidup justru bermula ketika Ibu mulai menggadaikan diri kepada kegelapan. Padahal keputusan Bapak melebur sebagai abdi dalem Keraton lah yang menurut kamusku terlalu sering menimbulkan gempa-gempa miris.

Sejak aku lulus SD dan menjadi bintang paling cemerlang, Bapak hanya diam, dan Ibulah yang mengayuh perahu menantang gelombang demiku. Pun ketika aku lulus SLTP dan menjadi komet yang mencengangkan banyak mata, Bapak pun hanya bilang terserah ibumu.

Kadang aku begitu benci Bapak yang telah menemukan Dewa Rucinya. Sebagai seorang pengageng, beliau hanya mendapat limabelas ribu per bulan. Beliau telah memberikan hidupnya kepada orang lain, sementara keluarganya Ibulah yang menghidupi. Kadang aku heran, bagaimana dulu Ibu bisa memilih Bapak?

“Dalam hidup kau harus punya tujuan, Nduk. Jika kau sudah yakin tujuan hidupmu ke mana, maka kejarlah,” ujar Bapak suatu ketika. Membuatku semakin limbung dalam kejengkelan yang aku sembunyikan. Bukankah beliau juga tahu, jer basuki mawa beya? Untuk meraih tujuan diperlukan biaya. Apa yang bisa aku harapkan dari lelaki itu? Apa aku harus memeras keringat Ibu lagi, sementara kedua adikku masih menggeliyut menyusu pula?

“Pengabdian adalah sesuatu yang tak bisa diukur dengan materi. Kau pun akan tahu nanti setelah mengalami,” ujaran itu seperti sebuah pembelaan Bapak atas pilihan hidup yang diambilnya.

Berbilang waktu aku coba memahami apa yang dimaksud Bapak dengan pengabdian itu. Menyaksikan senyumnya yang mengembang penuh kebahagiaan sehabis mementaskan lakon Dewa Ruci di Bangsal Magangan atau juga Bangsal Kencana. Kebanggaan yang diburunya adalah ketika Sultan memuji-mujinya sebagai kebanggaan Keraton.

“Kau lihat siapa para tamu itu tadi, Nduk? Beliau-beliau adalah para pembesar negeri ini. Bapak diperkenankan mengajarkan sesuatu kepada orang-orang besar itu. Kebahagiaan Bapak tak bisa diukur dengan uang.”

Tapi Bapak tak bisa mengajarkan sesuatu yang kau anggap agung itu kepada anak sendiri, sergahku dalam diam. Tak sadarkah Bapak jadi apa Kak Manyu sekarang? Sehelai bulu yang diombang-ambing angin. Menurutku, Ibulah yang sejatinya mengajari kami sesuatu. Kesabaran seluas laut, kekayaan sedalam laut, kekuatan yang tak pernah habis bak gelombang laut yang tak pernah henti. Meski di mata Bapak Ibu adalah tempat segala sampah yang patut dicaci maki!

####

Sarkem, itulah tempat yang selalu dilaknat Bapak dan dianggapnya sebagai penyebab tak langsung kerusakan Kak Manyu. Konon, tempat itu telah menjadi Pasar Kembang yang dipenuhi kupu-kupu malam sejak 125 tahun silam. Seiring dengan proses pembangunan jalan kereta api yang menghubungkan Kota Suci[1] dengan Batavia, Bogor, Cianjur, Cilacap, dan Surabaya.

Namun tidak buatku. Bagiku, Sarkem adalah tempat lautanku berada. Tempat di mana setiap hari aku mencecap susu kehidupan. Tempat aku menemukan sebuah mutiara termahal; seorang ibu akan lebih merelakan dirinya dimangsa gelap demi hidup anak-anaknya daripada seorang bapak yang seringnya lebih suka mencari-cari kesenangannya sendiri.

“Kau akan meneruskan sekolah ke Jakarta?”

“Aku dapat beasiswa, Ibu.”

“Bagus, Ibu bangga dan akan selalu mendukungmu.”

“Tapi hanya sekadar bea pendidikannya. Untuk biaya hidup aku harus mengaisnya sendiri, Ibu.”

“Raihlah apa yang kamu impikan. Ibu akan membantumu dari sini. Selama ini kau sudah lihat Ibu kan? Ibu saja bisa menghidupi kalian, kenapa kau mesti khawatir tak bisa menghidupi diri sendiri?”

Setitik embun menyejukkan harapanku. Namun beberapa detik kemudian serasa ada yang mencekat tenggorokanku.

“Kok wajahmu layu begitu?”

Bagaimana aku tak layu, Ibu? Berapa lama lagi aku harus menjadi taliputri di rerantingmu? Sampai kapan kau sanggup bertahan merelakan mahkotamu dicabik-cabik ribuan kumbang jalang demi menghidupi keempat bijimu yang belum tentu menjelma pohon kelak?

“Kau ragu dengan ucapan Ibu?”

Aku menggeleng. Aku tak pernah meragukan lautan kasih sayangmu, Ibu.

“Dengar, saat ini Ibu tak bisa mengharapkan kakakmu lagi. Cuma kaulah satu-satunya harapan Ibu. Ibu tak pernah meremehkanmu meski kau seorang perempuan.”

Dadaku bergetar hebat. Cuma aku? Takkah Ibu berharap pada Bapak untuk kembali ke jasad wadag Bima perkasa yang mampu mengayomi seluruh keluarganya? Inikah penyebab Ibu merelakan diri dimangsa gelap? Ibu rela menjadi tumbal kehidupan kami, sementara Bapak lebih asyik bercinta dengan Dewa Rucinya sebagai abdi dalem Keraton?

*          *          *

Betapa sumringahnya wajah lelaki itu sepulangnya dari Bangsal Ksatriyan. Tanpa kupinta, beliau berceloteh sendiri dengan riangnya bahwa surat kekancingan[2] yang kemarin datang kepadanya adalah berkah dari Keraton. Ngarsa Dalem menganugerahinya gelar Kanjeng Pangeran Haryo.

Namun tak ada pesta untuk itu. Selalu tak ada pesta untuk kebahagiaan Bapak. Hidup kami memang bukan bersumber dari pengabdian Bapak. Hidup kami bersumber dari kerelaan Ibu menerima segala serapah termasuk dari mulut Bapak sendiri. Yang ada paling khotbah-khotbah menjemukan yang tak pernah membuat perut kami kenyang.

“Ayo, Nduk,” Bapak menyuruhku gegas. Malas kulangkahkan kaki mengikuti Bapak ke alun-alun Keraton bagian Selatan.

“Perhatikanlah lapangan itu,” sepertinya Dewa Ruci mulai merasuki Bapak lagi.

Jujur, aku lebih suka memandangi hamparan langit biru daripada harus mengunyah ujaran-ujaran Bapak.

“Lapangan itu dikelilingi pakel dan kweni. Di tengah-tengahnya berjajar sepasang pohon beringin yang bagian atasnya dipangkas. Semua pohon-pohon itu dikelilingi pagar beton. Semua itu memang sengaja diatur sedemikian rupa, Nduk. Tak cuma alun-alun bagian Selatan ini, tapi seluruh tatanan Keraton juga. Semuanya memiliki makna simbolis. Sebenarnya Ngarsa dalem ingin mengajari nilai-nilai luhur untuk semua rakyatnya.”

Apakah semua itu bisa mengenyangkan perut kami, Pak?

“Pakel melambangkan akil balig atau kedewasaan. Kweni melambangkan wani atau keberanian. Beringin kembar itu melambangkan kemaluan yang sudah disunat. Sedangkan pagar beton melambangkan bahwa kemaluan mestilah ditutupi atau disembunyikan. Zaman sekarang, banyak sekali pakel, kweni, ataupun beringin yang tak lagi dibetoni. Setelah akil balig, setelah merasa memiliki keberanian, mereka tak segan-segan lagi mengumbar semua. Kau lihat ibumu itu?...”

Dan, kembali mengalirlah sampah-sampah itu dari mulut agung Bapak.

Kadangkala aku merasa aneh dengan kehidupanku. Aku dilahirkan dari Bapak yang selalu merasa dirinya sebagai cahaya dan Ibu yang selalu merasa dirinya penuh gelap. Bagaimana dulu mereka bisa bersatu dan menghadirkan kami? Mungkin semua itu terjadi dalam sebuah peristiwa yang sulit dan meyakitkan. Seperti ketika kau berada di antara gelap dan terang secara bersamaan. Bisakah kau membayangkannya?

“Kami sudah berdamai dengan masa-masa pertengkaran, Nduk,” ujar Ibu suatu ketika. Sesuatu hal yang sulit kubayangkan bagaimana alurnya.

“Kau lihat para pedagang itu?” tutur Bapak sewaktu kami menyusuri Jalan Malioboro hingga alun-alun Istana. “Mereka sebenarnya sedang bertengkar dengan kehidupan. Tapi mereka sudah bisa berdamai dengan hal itu.”

Aku masih hanya diam. Kesulitan mencerna.

“Karena ada satu hal yang mereka perjuangkan,” suara Ibu dan Bapak berbaur jadi satu.

“Kalian, anak-anakku…”

Ada yang merembes ke dalam dadaku. Rasanya seperti air mata, tapi sejuk nian.


(Sumber di ambil dari Blog  Adi Zamzam,)

Rabu, 11 September 2024

 

 NASIB  DAN PERAN GURU 

DALAM ERA  PERKEMBANGAN AI

 NASIB  DAN PERAN GURU  DALAM ERA  PERKEMBANGAN AI

rajasastra-us.blogspot.com Perkembangan teknologi makin pesat sekarang memasuki Era Artificial Intelligence (AI), atau kecerdasan buatan, yaitu  kecerdasan yang ditunjukkan oleh mesin (seperti komputer, smartphone, aplikasi, perangkat lunak, dan lain sebagainya), berbeda dengan kecerdasan alami yang ditampilkan manusia atau bahkan hewan.

Kecerdasan Buatan (AI) adalah bidang ilmu komputer yang dikhususkan untuk memecahkan masalah kognitif yang umumnya terkait dengan kecerdasan manusia, seperti pembelajaran, pemecahan masalah, dan pengenalan pola. Berkaitan dengan  perkembangan AI yang kian hari kian menakjubknan, seolah – olah peran guru banyak tergantikan dengan adanya teknologi tersebut, namun walau bagaimanapun pesatnya perkembangan Al, peran guru sangat diperlukan, karena kemajuan teknologi tidak akan menggantikan peran guru

Pendidikan adalah pilar utama dalam membangun masyarakat yang berbudaya, cerdas, dan maju. Suatu proses yang memberikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai. Pendidikan berperan penting dalam membentuk individu, mengembangkan potensi, serta membuka peluang untuk masa depan yang lebih baik. Pendidikan juga dapat dikatakan sebagai landasan perubahan sosial. Dengan memberikan akses pada pengetahuan dan kesempatan bagi semua lapisan masyarakat, pendidikan dapat mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi. Melalui pendidikan, individu dari berbagai latar belakang memiliki kesempatan yang setara untuk mencapai kesuksesan dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Selain itu, pendidikan juga memiliki peran dalam mengubah norma dan nilai-nilai yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga membentuk masyarakat yang lebih toleran, modern dan inklusif.

Seiring dengan perkembangan zaman pendidikan memainkan peran penting dalam memajukan teknologi dan inovasi. Dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada generasi muda, pendidikan mendorong perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan, dan penemuan-penemuan baru. Masyarakat yang berpendidikan tinggi cenderung lebih inovatif dan mampu menghadapi tantangan global dengan solusi kreatif. Perkembangan teknologi yang didorong oleh pendidikan juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru. Dalam segi moralitas pendidikan memiliki peran vital dalam pembentukan karakter dan moral individu. Selain memberikan pengetahuan akademis, pendidikan juga membentuk kepribadian dan etika seseorang. Melalui proses pendidikan, nilai-nilai seperti integritas, kejujuran, tanggung jawab, dan empati diajarkan kepada generasi muda. Pendidikan yang baik membentuk manusia menjadi individu yang bertanggung jawab dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Sehingga dapat dikatakan pendidikan juga menjadi dasar bagi partisipasi aktif dalam kehidupan masyarakat dan politik. Dengan pengetahuan tentang hak-hak dan kewajiban sebagai warga negara, individu dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang berdampak pada masyarakat. Pendidikan membantu menciptakan pemilih yang bijak dan masyarakat yang sadar politik, yang esensial untuk menjaga stabilitas dan perkembangan bangsa.

BACA  LAINYA:

Secara kesimpulannya, pentingnya pendidikan tidak bisa diragukan lagi. Pendidikan tidak bisa tergantikan dengan AI, tetap peranan guru sangat penting dan doninan dalam pendididikan.  Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memberikan manfaat besar bagi individu, masyarakat, dan bangsa secara keseluruhan. Pendidikan bukan hanya tentang mencetak generasi cerdas, tetapi juga tentang membentuk karakter, mengubah masyarakat, dan mendorong kemajuan teknologi serta inovasi. Dengan memberikan akses pada pendidikan yang berkualitas, kita membangun dasar yang kuat untuk masa depan yang lebih baik bagi semua KLIK DI SINI

Senin, 09 September 2024

AKU MENCINTAIMU DALAM WAKTU YANG TAK PERNAH HENTI

AKU MENCINTAIMU DALAM WAKTU YANG TAK PERNAH HENTI 

(Undang Sumargana)

AKU MENCINTAIMU DALAM WAKTU YANG TAK PERNAH

rajasastra-us.blogspot.com       Sajakini kutulis, sebagai ungkapan hati buat istriku yang sangat kucintai, biarpun usia telah merayap senja, tapi rasa cinta yang mendalam terhadap dirinya tak lekang dimakan usia, meskipun aku sadar pintu kematian semakin dekat, tak tau kapan malaikat maut menjemput. 
Istriku adalah juwitaku lepas dari limpahan rasa berahi karena  memang  usia kita telah merayap senja. Tapi rasa cinta tak akan lekang dimakan usia. Biarlah keindahan hidup ini terus dirasakan dan kita berharap dipertemukan tuhan sampai  kehidupan Janah Akherat  yang abadi.
Pembaca yang budiman saya membawa pembaca untuk sekedar menyimak goresan kecil dari seorang kelana yang menginjak usia senja.
Yu kita baca puisi di bawah ini:

Aku Mencintaimu dalam Waktu yang Tak Pernah Henti

(Buat istriku tercinta)



Engkaulah bianglala senja yang pancarkan keindahan
Tak bosannya  menatap indah  telaga teduh matamu
Tak ingin berhenti  saksikan  kuncup mawar di bibirmu
Ingin rasakan kesejukan  telaga bening di hatimu
Aku ingin mencintaimu dalam waktu yang tak pernah henti
dengan kata yang tak  pernah sempat terucap
Hanya desir angin yang kau rasa 
Tapi  tak pernah kau lihat angin itu
Begitu pula cinta tak pernah kausaksikan
Tapi percayalah cintaku untukmu ada padaku
Walaupun seperti angin dapat dirasa tak dapat dilihat

Baca yang lainnya:
Aku mencintaimu dalam waktu yang tak pernah berhenti
Banyak kesejukan dari sejuknya telaga bening hatimu
Cintaku kepadamu Juwitaku hatiku 
 meruang dalam dalam relung-relung hatiku 
walau aku sadar  hidupku yang sekedar insan
Ada waktunya melapas dunia pana
Dan usia cinta kita akan lebih Panjang
Dari usia diriku dan dirimu

Aku mencintaimu dalam waktu yang tak pernah berhenti
cintaku kepadamu ternyata ada dan akan tetap ada
biarlah jadi i mitos jadi dalam relung  kalbuku
Biarlah kata cinta yang kurumuskan terus merelung waktu
Lepas dari kata kata dalam kamus
Lepas dari hiruk pikuk kehiudupan
Lepas dari daya korupsi yang menyengsarakan Rakyat

 Tasik Selatan 2024

Klik di Sini

TETES AIR MATA DI HAMPARAN SAJADAH PUISI RELIGI DALAM MENDEKATKAN DIRI PADA ILLAHI

TETES AIR MATA DI HAMPARAN  SAJADAH 
PUISI RELIGI DALAM MENDEKATKAN DIRI PADA ILLAHI

TETES AIR MATA DI HAMPARAN  SAJADAH 

PUISI RELIGI DALAM MENDEKATKAN DIRI PADA ILLAHI

rajasastra-us blogspot.com  Puisi adalah salah satu jenis karya sastra yang merupakan sebuah rangkaian kata ungkapan dari sang penyair. Hampir sama seperti karya sastra lainnya, tema yang dapat digunakan dalam puisi tidak ada batasnya.

Religi menjadi salah satu tema yang kerap diangkat dalam penulisan puisi. Puisi dengan tema tersebut akan menggambarkan hubungan antara kita sebagai manusia dengan Sang Pencipta.

Dalam menulis Puisi saang  penyair harus mempunyai keberanian dalam dua hal. Pertama mencoret kalimat yang tidak perlu dalam larik-larik puisi yang ditulisnya, kedua menggantinya dengan kalimat yang tepat. Dalam konteks semacam inilah para pakar puisi pengatakan bahwa menulis puisi tidak bisa sekali jadi, selalu ada proses revisi. Kedua proses itu kadang disebut dengan proses di bawah kesadaran (saat puisi ditulis) dan proses di atas kesadaran (saat puisi ditulis ulang atau direvisi). setidaknya, menulis puisi menjadi makin hati-hati di kemudian hari.

Yu kita simak puisi yang penulis ciptakan dalam saat menunggu subuh setelah shalat Malam.

Selamat membaca dan ditunggu kritiknya!


TETES AIR MATA YANG JATUH DI HAMPARAN SAJADAH

(Undang Sumargana)

Hujan Kembali meneteskan rindu

Semesta menjalin asa dari perjalan hidup yang kulalui

Lembaran lembaran dosa

memantik duri duri meracuni   jiwa

Aku tersaruk saruk menahan rasa buncah di mata

Biarkan hati berdendang mengeja asma-Mu

Ya Allah Ya Mujibba Syaillin

Ya Allah ya Mujibba darojatin

Biarkan Bibir bergetar mengeja Asma-Mu


\BACA YANG LAINNYA:

Tetes air mata yang jatuh di  hamparan sajadah

berkisah tentang getar asma-MU

berilah pengampunan-Mu 

Yaa Robbi yang maha pengampun

Walau aku hanyalah  mahluk fana

Yang berjuang mendapat cinta-Mu 

Hingga meraih Jannah

Kalam-Mu kalam kebenaran

Sedang kalam manusia seperti aku

Sering sekali Cuma sekeprul debu 

yang usang dengan waktu

terkadang hanya jadi sajak kurus

yang hilang terbang di  angkasa


Air mat ini menetes basahi sajadah

Mengurai jejak dosa yang lama mengkristal

Dalam selubung hari yang terus berjalan

Kemantian yang terus mengintip

Menyambut di  ujung waktu 

Membawa ke  lautan neraka

Dalam kesengsaraan yang tiada tara

Ataukah telaga surga

 yang janjikan kesenangan  yang abadi


Tetes air mata di hamparan sajadah

Bersamaan air hujan 

kembali meneteskan rindu

luncuran kata dalam  puisi bersimpuh di karib-Mu


KLIK DI SINI

Minggu, 08 September 2024

KETIKA SEORANG PEMIMPIN TURUN TAHTA

 KETIKA AIR LANGGA TURUN TAHTA

KETIKA AIR LANGGA TURUN TAHTA

rajasastra-us.blogspot.com  AIR LANGGA  adalah nama seorang raja yang mempunyai peranan penting dalam sejarah Jawa Timur.  Ia memerintah pafa tahun 1019 – 1042 Maswhi.Ia seorang raja dari keajaan Medang dan kemudian dikenal dengan Kahuripan Airlangga dikenang   pulka sebagai  pemimpin yang berhasil menyatukan kembali wilayah-wilayah yang sebelumnya terpecah akibat perang dan konflik internal.

Airlangga  putra dan merupakan putra dari Raja Udayana dari Bali dan Mahendradatta, seorang putri dari lahir sekitar tahun 990 Masehi dari Jawa. Sejak muda, ia sudah menunjukkan bakat kepemimpinan yang luar biasa.

Setelah kematian Raja Dharmawangsa, kakeknya, pada tahun 1016 dalam sebuah serangan oleh Raja Wurawari, Airlangga berhasil meloloskan diri dan mengasingkan diri ke hutan, menghindari ancaman dari para pemberontak. Di sana, ia menyusun strategi untuk merebut kembali takhta yang telah hilang.

Pada tahun 1019, Airlangga memulai perjuangannya untuk memulihkan kekuasaan dinasti keluarganya. Dengan bantuan para pendukung setianya, ia berhasil menaklukkan kembali wilayah-wilayah yang sempat terpecah, dan mendirikan kembali kerajaan dengan ibukota di Watan Mas.

Namun, karena ancaman dari gunung berapi dan serangan musuh, ia kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke Kahuripan, yang terletak di dekat delta Sungai Brantas.

Salah satu pencapaian terbesar Airlangga adalah upayanya dalam menyatukan kembali wilayah-wilayah Jawa Timur yang sebelumnya terpecah belah.

Di bawah pemerintahannya, Jawa Timur mengalami masa kemakmuran dan stabilitas. Ia juga dikenal sebagai raja yang sangat peduli dengan kesejahteraan rakyatnya.

Airlangga memerintahkan pembangunan berbagai infrastruktur, termasuk irigasi dan bendungan, yang membantu meningkatkan produksi pertanian dan perekonomian kerajaan.

Selain prestasi politik dan ekonominya, Airlangga juga terkenal karena kontribusinya dalam bidang kebudayaan. Ia mendukung perkembangan sastra dan seni, serta menyebarkan ajaran agama Hindu dan Buddha di wilayah kerajaannya.

Salah satu karya sastra terkenal yang muncul pada masa pemerintahannya adalah Kakawin Arjuna Wiwaha, sebuah epik yang ditulis oleh Mpu Kanwa dan terinspirasi dari kehidupan Airlangga.

Nama Airlangga disebut dalam beberapa prasasti, yang menunjukkan betapa mahsyurnya diri dan kerajaannya di masa itu'

1. Prasasti Pucangan (1031 M)

Prasasti ini ditemukan di daerah Pucangan, Gunung Penanggungan, Jawa Timur. Prasasti ini berisi tentang riwayat hidup Airlangga, termasuk latar belakang keluarganya, kejadian penting seperti serangan terhadap istana Raja Dharmawangsa, serta upayanya untuk memulihkan kekuasaan dan membangun kembali kerajaan.

2. Prasasti Terep (1032 M)

Prasasti ini ditemukan di Desa Terep, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Prasasti ini berisi tentang pembebasan pajak bagi penduduk Desa Terep sebagai penghargaan atas dukungan mereka kepada Airlangga dalam perjuangannya melawan musuh-musuhnya.

Dalam 1 bulan Anda akan mendapatkan 10 kg otot sekeras batu tanpa harus berolahraga dan diet

3. Prasasti Kamalagyan (1037 M)

Prasasti ini ditemukan di Desa Kamalagyan, juga di wilayah Sidoarjo, Jawa Timur. Prasasti ini menyebutkan pemberian status sima (tanah bebas pajak) kepada Desa Kamalagyan oleh Airlangga, sebagai imbalan atas kesetiaan dan jasa penduduknya kepada kerajan

4. Prasasti Calcuta (1041 M)

Prasasti ini merupakan salinan dari prasasti yang ditemukan di Calcutta (sekarang Kolkata, India) dan menjelaskan tentang pembagian kerajaan menjadi dua bagian, yaitu Janggala dan Kediri, yang dilakukan oleh Airlangga sebelum ia turun tahta. Prasasti ini menguraikan alasan pembagian tersebut, yakni untuk menghindari perebutan kekuasaan di antara para pewarisnya.

5. Prasasti Turyan (1037 M)

Prasasti ini ditemukan di Desa Turyan, Malang, Jawa Timur. Prasasti ini menceritakan tentang pemberian hadiah kepada penduduk desa yang telah membantu Airlangga dalam peperangan dan pembangunan kerajaan.Pada tahun 1042, Raja Airlangga memutuskan untuk turun tahta dan menjadi seorang pertapa, menyerahkan kekuasaan kepada dua putranya. Sebelum turun tahta, ia membagi kerajaannya menjadi dua bagian untuk menghindari konflik perebutan kekuasaan.

Putra dari Airlangga itu adalah;

BACA YANG LAINNYA:

1. Sri Samarawijaya, 

yang menjadi raja di Kerajaan Kediri, yaitu wilayah yang terletak di bagian barat dari wilayah kerajaan Airlangga yang dibagi.

2. Mapanji Garasakan

  yang menjadi raja di Kerajaan Janggala, yang terletak di bagian timur dari wilayah kerajaan yang dibagi. Janggala meliputi wilayah yang kini dikenal sebagai Surabaya, Sidoarjo, dan sekitarnya.

Meski harapan Airlangga dengan pembagian wilayah ini dapat menghindari konflik antara keturunannya, tetapi pada akhirnya, Kediri dan Janggala justru bersaing dan terlibat dalam berbagai peperangan di masa-masa berikutnya. KLIK DI SINI

Sumber: TINEMU.COM – 

YANG MENJADI DASAR ADANYA KONGRES PEMUDA SUNDA KE-1

rajasastra-us.blogsapot.com   Urang Sunda harus bangkit, sejajar dan bersama suku lain di Indonesia. Buktikan pada negeri pada dunia orang Sunda masih ada dan harus tetap ada. Buktikan bahwa kita mampu berkarya. Hargai dan kembangkan  budaya kita, cintai bahasa Sunda, sebagai bukti pada dunia bahwa orang Sunda masih ada.

Ayo pemuda-pemuda Sunda mari kita bangkit bersama .

Penulis pun di sini mengajak untuk mengenal/mengupas secercah kisah kecilk  sejarah lama tentang orang Sunda. Selamat membaca semoga bermanfaat. dan kritiknya apa bila ada hal yang tek berkenan.


EUNTEUNG BEUREUM JADI  MARGA AYANA KONGRES  PAMUDA SUNDA KA-1

(TGL 5, 6 jeung 7 Nopember 1956)

   ( Undang Sumargana) 



Sumer rujukan/bacaan :

NU MARANGGUNG DINA SAJARAHN SUNDA”, Disusun ku EDI S, EKAJATI, 

Penerbit: PT Kiblat Buku Utama, Bandung, 2005


Teungteuingeun enteung beureum 

Keretas daluang  Cina

Teungteuingeun deungeun-deungeun

Neken téh ka bina-bina


Paneungteuingan deungeun dina Dasa warsa 1950-an tumiba ka urang Sunda, ngajadikeun dasar ayana Kongrés Pamuda nu munggaran ti tanggal 5 Nopember nepi ka 7 nopémber 1956. Tuduhan nu diteumbleuhkeun ka urang Sunda harita diantarana

1. Ayana isu politik “Non” jeung “Co”. Urang Sunda dituduh hianat kana perjoangan gawé  bareng jeung Walanda.

2. Urang Sunda dituduh Provinsialistis, jeung ngagedekeun sukuisme, antukna loba gegedén urang Sunda, digésér ku cara teu étis tina kalungguhan ti pamarentah di tatar Sunda, kalawan diganti ku deungeun-deungeun anu can puguh kmampuhanana.

3. Gangguan kamanan teu eureuneureun, Gorombolan Karto Suwiryo ngagalaksak di padésaan; raja kaya dirampas, imah diduruk, nyawana dipaténi. Nya ngabalukarkeun rakyat loba nu ngungsi ka kota, bari jeung teu mawa bekel, modal jeung kaparigelan, antukna hirup sangsara, kadungsang-dungsang.

4. Para nonoman nu rék nyiar pangarti ka paguron luhur réa pisan barébédanana, sabab harita tacan réa paguron luhur cara ayeuna, aya ogé ITB, tapi da étamah keur para nonoman Sanusantara, katurug-turug ngulik elmuning tehnik waé.

Tina ayana késang tukang kasebut, urang Sunda nguniang hudang, terus singkil ngadegkeun  organisasi kasundaan, anu udaganana; ngahadéan nasib, jeung merjoangkeun pikahareupeun ,  Kuayana dugdegna organisasi urang sunda nya di gagas ku  Ajip Rosidi, anu harita umurna kakarek 18 taun, kalayan meunang pangbagéa ku organi sasi kasundaan anu sumebar.

Punten sim kuring moal rék medar ngawujudna kongrés, Nu perlu jadi catetan hasil kongrés Pemuda Sunda anu mangrupa proklamasi beunang ngarumuskeun Seksi Kabudayaan. Unina

Proklamasi

Kongrés Pamuda Sunda I  nu diayakeun ti tanggal 5,6 jeung 7 Nopémber 1956 di Bandung Mroklamasikeun;

1. Yen istilah Jawa Barat diganti di ganti ku Sunda, sarta minangka konsukwensina, istilah Jawa Tengah diganti ku Jawa Barat, sarta ngaran Pulo Jawa jadi Nusa Selatan luyu jeung conto ti pamaréntah, anu geus ngarobah Sunda Kecil jadi Nusa Tenggara

2.. Yén, Ki Tapa,  Dewi Sartika, jeung Oto Iskandar Dinata, minangka Pahlawan Nasional

3. Yén Dewi Sartika, Oto Iskandar Dinata kudu dipiéling ku urang Sunda saban taun, minangka Ibu jeung Bapa Sunda.

4. Yen Gajah Mada téh  lain pahlawan Nasional, malah sabalikna, Gajah Mada teh penjajah nu geus nimbulkeun  perpecahan diantara suku-suku bangsa, ku sabab éta mitos nu patali jeung hal éta kudu diancurkeun.

Kitu diantarana pertélaan   ngeunaan hasil kongrés Pemuda Sunda anu harita dipokalan ku para nonoman Sunda anu umurna rata-rata 20 taunan.

Sabada medar hasil kongrés tina éta hasil kongrés aya hal nu jadi perhatian utama patali jeung no 4 ngeunaan Gajah Mada, anu sumebar dina sejarah nu dibaraca ku barudak Sakola disebutkeun  salaku pahlawan nasional anu gede jasana.

Ngarujuk kana bahan bacaan kenging; EDI S, EKADJATI,  sakumaha anu kacatet dina perang bubat, Gajah Mada jalma telenges anu geus  hianat deleka ku ayana ambisi pribadina.  Cita resmi (Diah Pitaloka tea) jadi Saksi pikeun nanjeurkeun ajén Ki Sunda, ajén diri Ki Sunda teu suka kudu dihina teu Suka kudu serah bongkokan jadi boyongan.

Dina carita sejarah Citaresmi (Diyah Pitaloka téa) dipikahayang ku Raja Maja Pahit Hayam Wuruk,  nya ngutus Patih Gajah Mada katut wadya Baladna. Gajah mada geus hianat kasurung ku kasarakahan, calon panganteén anu kuduna dipapag make kahormatan karajaan, malah kudu dipasrahkeun salaku upeti tandaning karajaan Sunda taluk ka Maja Pahit, Prabu Maha Raja, Raja Sunda,  ramana Cita Resmi teu boga pikiran nepi ka lebah dinya, nya daripada kudu jadi patalukan kajeun perang tutumpuran. Kajadianana di tegal Bubat, poe Salasa 13 paropeteng bulan bhadrawada taun 1278 Saka (4 Septémber 1357 Masehi) akhirna sanggeus nguwak-ngawik ngayonan  musuh,  maharaja katut abdi-abdina kasambut ngemasing pati. Ningali ramana katur-abdi-abdina perlaya, Cita Resmi teu sudi pikeun sumerah, nya akhirna newék manéh ku patrem kagunganana, nuturkeun nu jadi ramana étang-eétang wujud ajén dirina, wujud  kasatiaan ka rama katut nagara,.

Baca yang lainnya:

Akhirna kahanyakal  nyamuni na manah Hayam Wuruk Raja Maja Pahit, dugi kagegeringan. Antukna Gajah Mada ku Déwan Karaton Maja Pahit ditibanan hkumnan, ngan hanyakal kaburum lolos mantén abur-aburan. Tah ku hal éta keur urang Sunda asana teu pantes lamun nganggap Gajah Mada Salaku Pahlawan, nu puguhmah jalma bengis, nu geus nimbulkeun perpecahan diantara suku Bangsa.

Saur Pangeran Wangsa Kerta dina Nagara kretabumi,  dina waktu kajadian Perang Bubat, bumi tatar Sunda ngadadak oyag ku Lini badag, tur ngarandapan samagaha sareéngengé, , anu ceuk Maha Resi sundamah, etatéh perlambang  yén Karajaan Sunda pinanggih jeung katunggara anu pohara. 

KLIK DI SINI

Tasik apakidulan:  2023

TIGA TOKOH PUISI KONTAMPORER YANG MENGHEBOHKAN KANCAH SASTRA INDONESIA

 MENGENAL PUISI KONTEMPORER

                   SUTARDJI CALZOUM BACHRI         






IBRAHIM SATTAH
rajasastra-us.blogspot.com   Pembaca yang budiman dalam artikel kali ini penulis, membawa pembaca untuk mengenal puisi kontemporer,  beberapa tokohnya  juga serta  beberapa karyanya. Puisi kontamporer memang sulit dipahami, tapi bukan berarti tidak bisa untuk dipahami. Untuk itu mari kita telaah apa yang dimaksud puisi kontamporer, serta apa bedanya dari puisi puisi jenis lain


Pengertian Puisi Kotemporer

Arti kontenporer adalah masa kini. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)   Jadi puisi kontemporer dapat diartikan  puisi yang dibuat pada masa sekarang, atau penciptanya pada masa sekarang,  atau penciptanya pada masa sekarang, Puisi ini tidak memiliki ikatan bentuk dan irama, selain itu yang menjadikan momen kekinian adalah kebebasan penyair untuk menciptakannya.                          Puisi kontemporer lebih menitikberatkan pada puisi yang menekankan pada grafik atau bentuk fisik (bunyi) untuk mengekspresikan emosi penyair. Tugas penyair adalah menyusun kata-kata agar bunyinya terdengar indah.                                     Puisi kontamporer  dapat diartikan sebagai puisi yang muncul di zaman modern, bentuk dan gayanya tidak sesuai dengan kaidah puisi pada umumnya dan memiliki ciri yang berbeda dengan puisi lainnya. Terkadang dalam puisi kontemporer,  penggunaan kata  tidak memperhatikan kesopanan bahasa. Ada kalanya menggunakan kata-kata kasar, ejekan, dll. Puisi kontemporer lebih menitikberatkan pada puisi yang menekankan pada grafik atau bentuk fisik (bunyi) untuk mengekspresikan emosi penyair. Tugas penyair adalah menyusun kata-kata agar bunyinya terdengar in                                                                                Puisi kontemporer hanya terjadi di Indonesia yang semula dikenal setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua. Generasi “45” inilah yang dianggap sebagai pencetus puisi kontemporer (Sastra Kontemporer). Alasan dimulainya sastra kontemporer adalah lahirnya proklamasi yang menggunakan bahasanya, menggunakan bahasa Indonesia dan nasionalisme (Budi Darma, 1996: 9).Tokoh-tokok yang mencetuskan puisi kontemporer yaitu diantaranya Chairil Anwar, Toto Sudarto Bachtiar, Sitor Situmorang, Taufik Ismail, Mohammad Taufik, Soebagio Sastrowardjojo & Sutardji Calzoum Bachri                                                   Ada beberapa tokoh yang memiliki perang penting dalam puisi kontemporer di negara Indonesia yaitu:

· Sutardji Calzoum Bachri, yang terkenal dengan karyanya yang berjudul O, Amuk, dan juga O Amuk Kapak

· Hamid Jabbar, yang terkenal dengan karyanya didalam kumpulan puisi Wajah Kita

· Ibrahim Sattah, yang terkenal dengan karyanya didalam kumpulan puisi Hai Ti

Dalam puisi kontemporer terdapat beberapa ciri-ciri antara lain:

· Seringkali menggabungkan beberapa kata atau kalimat bahasa Indonesia dengan kata atau kalimat dari bahasa asing atau daerah ke bahasa dialek.

· Banyaknya pengulangan kata, frasa atau kelompok kata yang membuat puisi ini tidak wajar.

·  Loudness / idiosyncrasy diperhatikan

·  Seringkali mengutuk idiom yang tidak konvensional (tidak konvensional) atau tidak biasa

· Ada banyak kemacetan, dan hampir tidak terbaca karena terkadang hanya tanda tanya yang berbaris

·  Tipografi atau bentuk penulisan puisi ini unik

· Menggunakan gaya paralelisme yang dipadukan dengan gaya bahasa yang hiperbola.


Jenis-Jenis Puisi Kontemporer

Ada beberapa macam atau jenis-jenis dari puisi kontemporer adalah sebagai berikut:

Puisi Mbeling

Sesuai dengan namanya, “mbeling” berasal dari bahasa Jawa yang mempunyai arti “nakal” atau “sulit dikendalikan”. Dibandingkan dengan puisi biasa, puisi ini sama sekali tidak mengikuti ketentuan yang berlaku.

Biasanya bersifat humor dan mengandung sindiran atau kritik terhadap fenomena yang terjadi, khususnya fenomena sosial dan politik.

· Biasanya berisi kritik sosial atau politik terhadap suatu pemerintahan

· Bisa juga digunakan untuk menggoda jenis penyair puisi lainnya

·  Mengedepankan unsur humor tanpa ada unsur tersirat

Puisi Idiom Baru

Sebelumnya kita perlu memahami arti dari kata “idiom”. idiom (ekspresi) merupakan gabungan kata-kata yang membentuk makna baru dan tidak dapat diartikan dengan kata-kata.

Puisi idiom baru masih menggunakan kata sebagai alat ungkapan, tetapi kata itu diungkapkan dengan cara baru, dan diberi kehidupan baru.

Puisi Suprakata

Puisi suprakata adalah jenis puisi kontemporer yang menggunakan kata-kata konvensional yang dipertukarkan atau menghasilkan kata-kata baru yang sebelumnya tidak memiliki kosakata bahasa Indonesia. Jenis puisi ini menekankan pada ritme dan suara.

Puisi Tipografi

Puisi tipografi merupakan salah satu jenis puisi kontemporer yang melihat wujud fisik atau penampilan yang dapat memperkuat puisi.

Puisi Multi Lingual

Puisi multi lingual/multibahasa merupakan jenis puisi kontemporer yang menggunakan kata atau kalimat dari berbagai bahasa, baik bahasa asing maupun bahasa daerah.

Puisi Mini Kata

Puisi mini kata merupakan jenis puisi kontemporer yang menggunakan beberapa kata yang dilengkapi dengan simbol lain, seperti huruf, garis titik, atau simbol lainnya.

Puisi Tanpa Kata

Puisi tanpa kata merupakan jenis puisi kontemporer yang sama sekali tidak menggunakan kata-kata sebagai cara mengungkapkannya, melainkan menggunakan titik, garis, huruf, atau simbol lainnya.

Puisi Mantra

Puisi mantra dalam puisi kontemporer terkait dengan mantra jenis puisi kuno. Puisi mantra pertama kali dikemukakan oleh Sutardji Calzoum Bachri.

Puisi mantra diusulkan untuk memiliki peran tertentu, terhubung dengan dunia misterius, dan dianggap memiliki peran yang efektif.

Puisi Konkret

Puisi konkret adalah salah satu jenis puisi kontemporer yang menekankan pada bentuk grafik pada bentukan kata untuk membentuk citra tertentu.

Selain makna yang ingin disampaikan oleh penyair, puisi konkrit juga menunjukkan keserasian kata-kata yang membentuk citra tertentu, seperti bentuk segitiga, kerucut, hingga citra piala.                                                                      Ada beberapa tokoh yang memiliki perang penting dalam puisi kontemporer di negara Indonesia yaitu:

· Sutardji Calzoum Bachri, yang terkenal dengan karyanya yang berjudul O, Amuk, dan juga O Amuk Kapak

· Hamid Jabbar, yang terkenal dengan karyanya didalam kumpulan puisi Wajah Kita

· Ibrahim Sattah, yang terkenal dengan karyanya didalam kumpulan puisi Hai Ti


BACAAN LAINNYA:

PUISI-PUISI SUTARDJI CALZOUM BACHRI

 

MANTERA

lima percik mawar

tujuh sayap merpati

sesayat langit perih

dicabik puncak gunung

sebelas duri sepi

dalam dupa rupa

tiga menyan luka

mangasapi duka

 

puah!

kau jadi Kau

Kasihku

 

HEMAT

dari hari ke hari

bunuh diri pelan-pelan

 

dari tahun ke tahun

bertimbun luka di badan

 

maut menabungKu

segobang-segobang

1977

 

TRAGEDI WINKA DAN SIHKA

kawin

           kawin

                      kawin

                                 kawin

                                            kawin

                                                       ka

                                                 win

                                              ka

                                      win

                                  ka

                           win

                      ka

              win

         ka

 winka

                       winka

                                 winka

                                           sihka

                                                    sihka

                                                             sihka

                                                                      sih

                                                                  ka

                                                             sih

                                                        ka

                                                   sih

                                               ka

                                          sih

                                      ka

                                 sih

                             ka

                                 sih

                                      sih

                                           sih

                                                sih

                                                     sih

                                                          sih

                                                               ka

                                                                   Ku

 

 

 

AH

 rasa yang dalam!

datang Kau padaku!

      aku telah mengecup luka

      aku telah membelai aduhai!

      aku telah tiarap harap

      aku telah mencium aum!

      aku telah dipukau au!

                      aku telah meraba

                                                 celah

                                                         lobang

                                                                    pintu

                       aku telah tinggalkan puri purapuraMu

                                    rasa yang dalam

rasa dari segala risau sepi dari segala nabi tanya dari segala nyata sebab dari segala abad sungsang dari segala sampai duri dari segala rindu luka dari segala laku igau dari segala risau kubu dari segala buku resah dari segala rasa rusuh dari segala guruh sia dari segala saya duka dari segala daku Ina dari sega- la Anu puteri pesonaku!

datang Kau padaku!

apa yang sebab? jawab. apa yang senyap? saat. apa

yang renyai? sangsai! apa yang lengking? aduhai

apa yang ragu? guru. apa yang bimbang? sayang.

apa yang mau? aku! dari segala duka jadilah aku

dari segala tiang jadilah aku dari segala nyeri

jadilah aku dari segala tanya jadilah aku dari se-

gala jawab aku tak tahu

 

siapa sungai yang paling derai siapa langit yang paling rumit

siapa laut yang paling larut siapa tanah yang paling pijak si-

apa burung yang paling sayap siapa ayah yang paling tunggal

siapa tahu yang paling tidak siapa Kau yang paling aku kalau

tak aku yang paling rindu?

 

bulan di atas kolam kasikan ikan! bulan di jendela

kasikan remaja! daging di atas paha berikan bosan!

terang di atas siang berikan rabu senin sabtu jumat

kamis selasa minggu! Kau sendirian berikan aku!

 

Ah

rasa yang dalam

aku telah tinggalkan puri purapuraMu

 

yang mana sungai selain derai yang mana gantung selain sambung

yang mana nama selain mana yang mana gairah selain resah yang

mana tahu selain waktu yang mana tanah selain tunggu

yang mana tiang

                           selain

                                     Hyang

                                                mana

                                                         Kau

                                                                selain

                                                                          aku?

                                                              nah

rasa yang dalam

tinggalkan puri puraMu!

Kasih! jangan menampik

masuk Kau padaku!

 

                                      BATU

 

                                        batu mawar

batu langit

batu duka

batu rindu

batu jarum

batu bisu

kaukah itu

            teka

                       teki

yang

tak menepati janji?

 

Dengan seribu gunung langit tak runtuh dengan seribu perawan

hati tak jatuh dengan seribu sibuk sepi tak mati dengan

seribu beringin ingin tak teduh. Dengan siapa aku mengeluh?

Mengapa jam harus berdenyut sedang darah tak sampai mengapa

gunung harus meletus sedang langit tak sampai mengapa peluk

diketatkan sedang hati tak sampai mengapa tangan melambai se-

dang lambai tak sampai. Kau tahu?

 

batu risau

batu pukau

batu Kau-ku

batu sepi

batu ngilu

batu bisu

kaukah itu

                       teka

            teki

            yang

tak menepati

            janji?

 

                                   TAPI

 

aku bawakan bunga padamu

tapi kau bilang masih

aku bawakan resahku padamu

tapi kau bilang hanya

aku bawakan darahku padamu

tapi kau bilang cuma

aku bawakan mimpiku padamu

tapi kau bilang meski

aku bawakan dukaku padamu

tapi kau bilang tapi

aku bawakan mayatku padamu

tapi kau bilang hampir

aku bawakan arwahku padamu

tapi kau bilang kalau

tanpa apa aku datang padamu

   wah!

1976

 

 

DAGING

 

daging

coba bilang

bagaimana arwah masuk badan

 

bagaimana tuhan

dalam denyutmu

 

jangan diam

nanti aku marah

kalau kulahap kau

aku enak sekejap

aku sedih

kau jadi taik

 

daging

kau kawan di bumi di tanah di resah di babi babi

 

daging

ging ging

kugali gali kau

buat kubur

dari hari

ke hari

 

1979

mawar lepas rasa

tikam lepas luka

gunung lepas puncak

kini aku bebas

kutaklagi punya tawanan

batu tak lagi beban

mawar tak peduli wangi

laut tak acuh luas

bebas

          ngiau

                    was was was was was was

                                 was was was

                                        was

 

           was was was was

                                      huss

                                             puss

                                                   diam

                                                          makanlah

                                                                          se

                                                                              Ada

                                                                                     mmmmMu!

1973-1974

 

PARA PEMINUM

di lereng-lereng

para peminum

mendaki gunung mabuk

kadang mereka terpeleset

jatuh

dan mendaki lagi

memetik bulan

di puncak

 

mereka oleng

tapi mereka bilang

- kami takkan karam

dalam laut bulan –

mereka nyanyi nyanyi

jatuh

dan mendaki lagi

 

di puncak gunung mabuk

mereka berhasil memetik bulan

mereka menyimpan bulan

dan bulan menyimpan mereka

 

di puncak

semuanya diam dan tersimpan

 

NGIAU

Suatu gang panjang menuju lumpur dan terang tubuhku me-ngapa panjang. Seekor kucing menjinjit tikus yang menggele-par tengkuknya. Seorang perempuan dan seorang lelaki bergi-gitan. Yang mana kucing yang mana tikusnya? Ngiau! Ah gang

yang panjang. Cobalah tentukan! Aku kenal Afrika aku kenal Eropa aku tahu Benua aku kenal jam aku tahu jentara aku  kenal terbang. Tapi bila dua manusia saling gigitan menanamkan gigi-gigi sepi mereka aku ragu menetapkan yang  mana suka yang mana luka yang mana hampa yang mana  makna yang mana orang yang mana kera yang mana dosa yang mana surga.

 

HILANG (KETEMU)

batu kehilangan diam

jam kehilangan waktu

pisau kehilangan tikam

mulut kehilangan lagu

langit kehilangan jarak

tanah kehilangan tunggu

santo kehilangan berak

 

Kau kehilangan aku

 

batu kehilangan diam

jam kehilangan waktu

pisau kehilangan tikam

mulut kehilangan lagu

langit kehilangan jarak

tanah kehilangan tunggu

santo kehilangan berak

 

Kamu ketemu aku

 

O

dukaku dukakau dukarisau dukakalian dukangiau

resahku resahkau resahrisau resahbalau resahkalian

raguku ragukau raguguru ragutahu ragukalian

mauku maukau mautahu mausampai maukalian maukenal maugapai

siasiaku siasiakau siasiasia siabalau siarisau siakalian siasiasia

waswasku waswaskau waswaskalian waswaswaswaswaswaswaswas

duhaiku duhaikau duhairindu duhaingilu duhaikalian duhaisangsai

oku okau okosong orindu okalian obolong orisau oKau O....

 

 

LUKA

ha ha

1976

 

husspuss

diamlah

kasihani mereka

mereka sekedar penyair

husspuss

maafkan aku

aku bukan sekedar penyair

aku depan              

depan yang memburu

membebaskan kata

memanggilMu

pot pot pot

      pot pot pot

kalau pot tak mau pot

                  biar pot semau pot

mencari pot

                   pot

hei Kau dengar manteraku

       Kau dengar kucing memanggilMu

       izukalizu

mapakazaba                itasatali

                   tutulita

papaliko arukabazaku kodega zuzukalibu

tutukaliba dekodega zamzam lagotokoco

zukuzangga zagezegeze zukuzangga zege

zegeze zukuzangga zegezegeze zukuzang

ga zegezegeze zukuzangga zegezegeze zu

kuzangga zagezegeze aahh....!

nama nama kalian bebas

carilah tuhan semaumu

 

WALAU

walau penyair besar

takkan sampai sebatas allah

 

dulu pernah kuminta tuhan

dalam diri

sekarang tak

 

kalau mati

mungkin matiku bagai batu tamat bagai pasir tamat

jiwa membumbung dalam baris sajak

 

tujuh puncak membilang bilang

nyeri hari mengucap ucap

di butir pasir kutulis rindu rindu

 

walau huruf habislah sudah

alifbataku belum

 KLIK DISINI

Featured Post

HABIB ALI ALHABSYI DENGAN KAROMAHNYA

KHARAMAH HABIB ALHABSYI:  BISA DENGAR SUARA TASBIH DAN BENDA MATI HABIB ALI ALHABSYI DENGAN KAROMAHNYA Habib Ali Alhabsyi nama lengkapnya H...