PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI PANTAI SELATAN
BAGIAN 7
![]() |
PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI PANTAI SELATAN BAGIAN 7 |
rajasastra-us.blogspot.com- Dalam kisah masa lalu diceritakan bahwa Bayu Samudra dan Wijana berhasil mengalahkan penjahat yang memeras kehidupan Desa Parungponteng, dia berhasil membuat para perampok itu insap. beberapa hari menetap disana dan akhirnya meneruskan perjalanannya ke Gunung Galunggung.
Ayo mari ikuti cerita selanjutnya!
--Pendekar Bayu Samudra dan
Wijana akhirnya pergi menuju Gununt Galunggung, setelah hampir sampai di Kaki
Gunung Galungung, Bayu agak kesulitan untuk menentukan arah, akhirnya
diputuskan untuk menunggangi Burung Rajawali, Beberapa saat dia mengintai
tempat kediaman Kakek tua Adiyaksa, akhirnya dia menemukan sebuah pedepokan
diputuskannya untuk turun, dan berjalan beberapa saat, tapi baru berejalan
beberapa Langkah Bayu dan Wijana dihadang oleh beberapa orang.
“Hai Anak muda mau ke
mana kau?, sembarang saja masuk pedepokan tanpa ijin”.
“Aku mau bertemu dengan
pemimpin pedepokan ini kakek Adiyaksa”.
“Sembarang saja kau mau
bertemu dengan guruku”
“Pulang saja atau
kupenggal kepalamu”
“Sabarlah Ki Sanak
katakan saja kepada gurumu Aku Bayu Samudra dan temanku Wijana dari Laut
selatan”.
Beberapa orang yang
menghadang nyalinya begitu ciut mendengar nama Bayu Samudra, sebab dia sudah
diberitahukan oleh gurunya akan kedatangan Pendekar muda dari Laut Selatan”
“Maaf-maaf pendekar aku
tidak mengira bahwa yang datang Pendekar Sakti dari Laut Selatan, tidak
disangka bahwa pendenkar masih belia dan berwajah tampan”.
“Tidak apa-apa aku hanya
orang biasa yang mendapat undangan dari Kakek Adiyaksa, bisakah kau menunjukan
tempat gurumu”
“Ya pendekar aku antar,
maafkan perlakuan kasar tadi”
“Sudahlah tak perlu
dipersoalkan, kamu hanya menjalankan tugas”
Akhirnya sampailah
ditempat Kakek Adiyaksa, setelah dia menunggu sebentar di bale tempat pertemuan,
akhirnya Kakek Adiayaksa menemuinya.
“Selamat datang
ditempatku anak muda, terimakasih terima kasih kau telah memenuhi undanganku”.
“Maafkan Kek kedatangan
kami merepotkan, dan kami ditemani dengan Kakaku Wijana, Putra dari Pemimpin
perguruan Lodaya Gunung”
“Salam kenal anak muda”
Kata Kakek Adiyaksa sambil merangkulnya.
“Istirahat dulu biar
nanti kita bicara hal-hal yang penting setelah penatmu reda”.
“Tidak lama kemudian,
datang seorang gadis belia seumuran Bayu, membawa air dan beberapa makanan”.
Yang diherankan wajah gadis itu mirif
Bayu, Wijana mencuri pandang, dan gadis itu kebetulan menengoknya,
wijana malu dan ada perasaan lain dalam hatinya”.
“Perkenalkan ini Cucuku
Ayu lestari”. Gadis itu memberi hormat dan tersenyum.
“Biarlah nanti menunggu
kedatangan gurumu Bayu Adik seperguruanku Abiyasa kita bicara panjang lebar".
“Jadi Kakek Abiyasa
Guruku akan datang juga Kek”
“Yah aku sudah berjanji
dengan Abiyasa untuk berkumpul hari ini”
BACAAN LAINNYA
- PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI LAUT SELATAN BAGIAN 6
- PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI LAUT SELATAN BAGIAN 5
- PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI LAUT SELATAN BAGIAN 4
- PENDEKAR SAKTI BAYU SAMUDRA DARI LAUT SELATAN BAGIAN 3
Dalam hati Bayu merasa
gembira yang luar bniasa, sedangkan Wijana, merasa heran memikirkan kesamaan
paras Gadis tadi dengan Bayu Samudra, tak kalah pentingnya memikirkan kecantikan
dan senyumannya tadi.
Setelah beberapa lama mengobrol akhirnya kedatangan Abiyasa yang dinanti-nanti tiba juga. Begitu datang Bayu langsung memeluknya, merasakan kerinduan setelah beberapa taun tak jumpa.
“Sudahlah Bayu meskipun
kita tak pernah jumpa aku terus mengawasi gerak-gerikmu baik secara langsung
maupun berita dari adik seperguruanku Adiyaksa”
“Jadi-jadi Kakek Adiyaksa
itu paman guruku, ya begitulah biar nanti kita cerita panjang,”
“Biarkan gurumu istirahat
dulu nanti kita sebelum bercerita Bayu ”. Kata adiyakya sambil memeluk adik seperguruannya.
Setelah beberapa lama
beristirahat akhirnya, Kakek Adiayaksa memanggil Cucunya Ayu Lestari dan
beberapa orang muridnya.
Setelah berkumpul
akhirnya Kakek Adiyaksa bercerita
“Kakakku Abiyasa dan Kau
Nak Bayu serta Nak Wijana serta murid muridku yang pada hadir, sengaja kami
berkumpul untuk mengemukakan hal yang dianggap rahasia dan sangat penting,
yang pertama Bayu Gurumu adalah Kakak seperguruanku, yang waktu muda selalu
Bersama-sama, lalu yang tak kalah pentingnya Cucuku Ayu Lestari, kau dan Bayu
kuselamatkan Bersama-sama dengan Kak Adiyaksa desebuah rumah waktu itu kau nak
Ayu dan Bayu berada dalam pelukan ibu yang mati ditangan perampok, maaf aku dan
Kakang Abiyaksa tak bisa menyelamatkan ibu dan ayahmu, karena kedapatan ibumu
telah dibunuh perampok, dan menurutketerangan penduduk itu Nak Bayu dan Cucuku
Ayu, adalah anak kembar Kakak beradik”.Sementata Kakek Adiyaksa menghentikan
pembicaraan dan melirik kepada Bayu dan Ayu”
Tiba-tiba Ayu Lestari menghampiri
Bayu sambil menangis dipangkuannya
“Kakaaaak, kau-kau
ternyata kakakku”. Keduanya tak mampu melanjutkan berkata kata hanya tangis
yang mengharukan dan mereka saling berpelukan semua yang menyaksikan ikut larut
dalam rasa haru yang memilukan.
Stelah Bayu dan Ayu
lestari melepaskan rasa harunya, kemudian kakek Adiyaksa melanjutkan
percakapanya.
“Kang Abiyasa,
sabagaimana kita telah kita rundingkan bahwa kita merencanakan memberikan Gelar
kepada dua murid-murid kita yaitu Bayu Samudra dan adik kembarnya Ayu Lestari.
Mereka akan mendsapatkan Gelar sepasang Elang Sakti dari Gunung Galunggung.
Kebetulan Bayu sudah mempunyai tunggangan Elang Hitam dan Ayu Lestari mempunyai
tunggangan Elang Putih, Juga mereka sudah diwariskan masing-masing tasbih dari
batu Giok yang mempunyai kekuatan yang luar biasa, dan nanti malam mereka akan
disaksikan oleh murid muridku semua memperagakan jurus-jurus sakti yang telah
dimilikinya.
Wijana yang mendengarkan
percakapan tersebut, sekarang yang ada dalam pikiranya terjawab tuntas, dia
semakin hormat pada Bayu, dan mengharapkan jadi kaka iparnya.
Setelah selesai
percakapan tersebut dan menceritakan pengalaman Bayu pada gurunya dan bertemu
dengan paman gurunya, mereka pada melanjutkan obrolan masing-masing, Bayu terus
melanjutkan obrolan dengan adiknya disertai Wijana kakek Abiasa dan Kakek
Adiyaksa ngobrol dengan murid murid Paman Adiyaksa.
Selanjutnya Bayu
mengenalkan lebih dalam teman akrab yang telah dianggap saudaranya. Ayu Lestari
begitu hormat pada Wijana, dan di hati Ayu ada rasa simpati yang mendalam pada
Wijana.
“Kak-kak ajak dong Ayu ke
tempat Kakak” Ayu berkata dengan manja merajuk pada Kakaknya.
“Ya tergantung Wijana,
mau enggak Ajak adiku yang cerewet itu?”
Wijana dan Ayu memerah
pipinya, ada rasa malu dan gembira yang disembunyikan.
Di luar murid murid Kakek
Adiyaksa sedang beramai-ramai mempersiapkan belandongan untuk upacara
penmberian gelar nanti malam, dan Ayu mengajak jalan-jalan melihat situasi
diluar. Setibanya mereka di luar hampir semua orang memberi hormat kepada 3
pendekar muda itu
“Slam hormat kami
pendekar”. Perwakilan murid memberi hormat diikuti oleh teman-temannya yang
lain.
“Sudahlah kalian tak
perlu berlebihan, kalian semua kuanggap saudaraku, bersikaplah seperti biasa
pada teman sendiri”. Bayu berkata dengan rendah hati diikuti saling bersalaman
dengan bayu dan Wijana. Sedangkan Ayu Lestari menatap dari dekat sambil memuji
kerendahan hati kakak dan temannya Wijana. Ayu terus membawa Bayu dan
wijana menyelusuri padepokan yang diberi nama padepokan “Jejer Galunggung”. Dalam sehari
hari padepokan tersebut dikelola oleh Ayu dan beberapa muridnya, karena
kakeknya sering berkelana meninggalkan padepokan tersebut. Sehari iru mereka
menyelusuri sekitar padepokan dan Bayupun memperkenalkan elang hitam kepada
tunggangan Ayu Elang Putih. Mereka berduapun terlihat mudah akrab, sepertinya
kedua binatang itu tau bahwa tuannya kakak beradik. Sedangkan Sibelang
dperkenalkan kepada murid-murib perguruan Jejer Galunggung. Akhirnya setelah
mereka berkeliling dilanjutkan dengan pesta makan Bersama, dengan menikmati
sate Manjangan yang berhasil diburu. Terus ngobrol-ngobrol dan beristri rahat
menunggu malam untuk pemberian Gelar pada dua Pendekar muda.
KLIK DI SINI
Bersambung ke bagian 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar