30 DAFTAR NOVEL BAHASA SUNDA YANG PENUH PESAN MORAL
DAN SANGAT BAIK UNTUK DIBACA
30 DAFTAR NOVEL BAHASA SUNDA YANG PENUH PESAN MORAL DAN SANGAT BAIK UNTUK DIBACA
Terdapat ragam tema novel yang digandrungi oleh sejumlah orang, mulai dari , novel sejarah, novel dengan tema percintaan, pendidikan, hingga novel dengan bahasa daerah.Berbicara karya sastra berbahasa daerah, novel bahasa Sunda merupakan satu dari sekian banyak buku yang disukai oleh masyarakat, khususnya di kawasan Jawa Barat.
Tidak hanya itu, setelah selesai membacanya, kamu juga dapat meresensi
novel bahasa Sunda tersebut dan mendiskusikannya dengan teman-teman, lo.
Nah, selain novel, ada pula berbagai cerita pendek alias carpon Sunda yang layak untuk kamu baca karena
memiliki cerita menarik.
30 daftar novel bahasa Sunda yang penuh pesan moral dan sangat baik dibaca. Lantas, apa saja cerita novel bahasa Sunda terbaik yang layak
untuk dibaca dan mengandung pesan positif di dalam isinya?
Daftar 30 Novel Bahasa Sunda Terbaik
30 daftar novel bahasa Sunda yang penuh pesan moral dan sangat baik dibaca adalah sebagai berikut
1. Baruang Ka Nu Ngarora – D.K. Ardiwinata
- Judul Baruang Ka Nu Ngarora.Pengarang Kanduruan Ardiwinata (D.K. Ardiwinata)
- Novel yang dalam bahasa Indonesia berarti Racun untuk Orang-orang Muda ini menceritakan tentang kehidupan dan adat istiadat masyarakat Sunda pada era kekuasaan kolonial Belanda.
- Secara umum, isi dari cerita dalam novel Sunda ini menggambarkan sistem masyarakat feodal, terlebih gerak-gerik pribumi yang terbatas.
2. Rasiah Nu Goreng Patut – Soekria/Joehana
- Novel bahasa Sunda berjudul Rasiah Nu Goreng Patut menceritakan tokoh Karnadi yang digambarkan sebagai orang miskin yang pekerjaannya sebagai pemburu katak.
- Kendati digambarkan sebagai sosok yang buruk rupa dan telah memiliki istri, tetapi ia masih mempunyai hasrat menikah lagi.
- Dengan segala akal bulusnya, ia pun mempersunting perempuan jelita dengan cara menyamar menjadi sosok orang kaya.
- Pada akhir cerita, semua kebusukannya terbongkar dan Karnadi mati bunuh diri.
3. Manehna – Syarif Amin
- Syarif Amin merupakan pengarang yang dikenal produktif menelurkan sejumlah karya berbahasa Sunda
- Pada novel Sunda Manehna ini, Syarif Amin menggambarkan seorang pemuda yang patah hati lantaran tidak jadi menikah dengan sang kekasih.
- Kegagalannya ini disebut-sebut karena tokoh utama yang digambarkan sebagai seorang pemuda tidak bisa memanfaatkan momentum dengan baik.
4. Si Bedog Panjang – Ki Umbara
- Ki Umbara dikenal sebagai salah satu pengarang yang memberikan kontribusi besar terutama dalam perkembangan sastra Sunda, mulai dari bahasa Sunda hingga carpon Sunda yang bisa dibaca dalam berbagai medium.
- Selain carita pondok, pria dengan nama asli H. Wiredja Ranusulaksana ini juga membuat beberapa novel antara lain Dewi Sri, Beja ti Manehna, hingga Si Bedog Panjang.
- Si Bedog Panjang sendiri memiliki pesan untuk tidak berburuk sangka terhadap orang lain.
5. Novel Bahasa Sunda Laleur Bodas – Samsu
- Novel bahasa Sunda berjudul Laleur Bodas menceritakan sosok Basri dan Lili yang mempunyai watak baik.
- Singkat cerita, kedua sosok tersebut memergoki Didi dan Sumarni, dua tokoh lain dalam novel ini. Akan tetapi, di tengah balas dendam Didi dan Sumarni kepada Basri dan Lili, sosok Laleur Bodas yang misterius selalu menyelamatkan Basri dan Lili.
6. Numbuk di Sue – Moh. Ambri
- Novel bahasa Sunda berjudul Numbuk di Sue karya Moh. Ambri menggambarkan suasana kehidupan tiga remaja dalam perjalanan darat dari Bandung menuju pantai Cilauteureun, Garut.
- Inti dari cerita ini memberikan pesan apa pun rintangan yang dihadapi, seseorang yang bersungguh-sungguh bisa mewujudkan keinginannya.
Nah, selain novel-novel bahasa Sunda di atas, masih ada beberapa novel dan carita pondok lainnya yang bisa kamu baca.
7. Pangeran Kornel – R. Memed Sastrahadiprawira
8. Ngawadalkeun Nyawa – Moh. Ambri
9. Panganten – Deden Abdul Aziz
10. Pipisahan – R.A.F
11. Kabungbulengan
12. Dalingding Angin Janari
13. Potret
Novel Sunda berjudul Potret bercerita
tentang latar kehidupan kota kaya di tatar Sunda sebelum perang.
Ahmad Bakri, sang pengarang, menggambarkan perilaku beberapa pria
yang cruk-crek menikah dengan orang-orang yang
menghitung, kemudian pergi setelah mempunyai anak.
Dalam penceritaan, Ahmad Bakri sangat berhati-hati, tetapi dalam
beberapa dialog percakapakannya ramai nan lucu.
14. Galuring Gending
Pengarang: Tatang Sumarsono
15. Abu Nawas Saembara
16. Saeni
17. Samagaha di Salakanagara
18. Hate Awewe
19. Saembara di Mantili
20. Bajigur Kana Henpon
21. Jangji Asih
22. Diwadalkeun ka Siluman
23. Sasakala Maribaya
24. Patepung di Bandung
25. Sabalakana
26. Bentang Hariring
27. Prabu Anom Jayadewata
28. Deming Janggala
29. Sasalad: Sempalan Epidemi di Tatar Garut
30. Carita Budak Yatim
Semoga ulasannya bermanfaat, KLK DI SINI
Sunting-sunting Berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar