MENGENAL JAMALUDIN AL-AFGHANIDAN MUHAMMAD ADDUH SEBAGAI PEMBAHARU ISLAM
![]() |
JAMALUDIN AL-AFGHANI |
![]() |
MUHAMMAD ADDUH |
MENGENAL JAMALUDIN AL-AFGHANI DAN MUHAMMAD ADDUH SEBAGAI PEMBAHARU ISLAM
Biografi Singkat Jamaluddin Al-Afghani
Masa Muda dan Aktifitas Politik
rajasastra-us.blogspot.com Ketika berusia 20 tahun ia telah menjadi pembantu Pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Di tahun 1864 ia menjadi penasihat Sher Ali Khan. Beberapa tahun kemudian diangkat oleh Muhammad Azam Khan menjadi Perdana Menteri Afghanistan. Pada masa itu Inggris telah mencampuri hal-hal politik dalam negeri Afghanistan dan dalam pergolakan yang terjadi ia memilih pihak yang melawan golongan Inggris. Pihak pertama kalah dan al-Afghani merasa lebih aman meninggalkan tanah tempat kelahirannya dan pergi ke India di tahun 1869.
Al-Afghani juga aktif berpolitik. Ketika berada di Mesir ia secara terbuka menentang pemerintah Mesir dan pengaruh serta campur tangan Inggris di negeri itu. Pandangannya ini menjadi preseden bagi aktivitas politik Islam di masa mendatang, meskipun hal tersebut menyebabkan ia terusir dari Mesir pada tahun 1879.
Al-Afghani seorang refornis dan modernis, dikenal pula sebagai seorang yang pernah aktif dalam dunia politik. Hal ini dibuktikan pada tahun 1876 ia bergabung dengan para politikus di Mesir pada tahun 1879 membentuk suatu partai politik dengan nama Hizb al-Wathani (partai Kebangsaan). Dengan partai ini ia berusaha menanamkan kesadaran nasionalisme dalam diri orang-orang mesir. Al- Afgani juga diakui sebagai seorang filosof, jurnalis dan sufi, namun yang lebih banyak dipublikasikan adalah sebagai seorang politikus.
Ia merupakan seorang pemikir Islam, aktivis politik, dan jurnalis terkenal. Ia pandai, berwibawa, memiliki karisma yang besar, dan berkeyakinan teguh akan masa depan peradaban Islam yang cemerlang. Di tengah keterbelakangan kaum muslim dan gejolak kolonialisme bangsa Eropa di negeri-negeri Islam, al-Afghani menjadi seorang tokoh yang amat mempengaruhi perkembangan pemikiran dan aksi-aksi sosial pada abad ke-19 dan ke-20.
Perjuangan Jamaluddin juga sampai ke Persia, penguasa Persia Shah Nasiruddin Qachar menawarkan posisi perdana menteri. Iapun menerima tawaran tersebut dan karena ide pembaruan Islamnya ia semakin populer di Persia. Jamaluddin secara terang-terangan mengkritik praktek kekuasaan penguasa di negara tersebut dan hal ini dikhawatirkan Nasiruddin atasnya. Akhirnya iapun ditangkap dan diusir dari Persia.Setelah itu ia akhirnya sampai pula ke Istambul, Turki. Dan inilah tempat akhir hayatnya, yaitu wafat di Istambul pada tanggal 9 Maret 1897 dalam usia 59 tahun.
Pokok Pokok Pemikiran Jamaludin Al-Afghani
Pokok-pokok pemikiran Jamaludin al-Afghani, yaitu:
1. Penyebab kemunduran Islam disebabkan beberapa hal:
- akhlak yang buruk dan acuh terhadap ilmu pengetahuan
- kelemahan umat Islam dalam segala sektor,
- kurangnya usaha dalam mencerdaskan umat, baik untuk menekuni dasar-dasar ilmu agama maupun upaya transformasi ilmu pengetahuan.
- Penyebab yang lain adalah adanya intepretasi tentang makna qadha dan qadar yang salah sehingga memalingkan dari usaha dan kerja keras.
- Ini membuat kekeliruan dalam memahami hadis Nabi Muhammad SAW bahwa umat Islam akan mengamalami kemunduran pada akhir zaman.
- Kesalahan ini menyebabkan umat Islam tidak mau berusaha untuk memperbaiki nasib dan lemahnya ukhuwah Islam
2. Menggagas ide pan-Islamisme, yaitu paham yang bertujuan mempersatukan seluruh umat Islam di dunia. Hal yang melatarbelakangi pemikiran tersebut adalah dominasi kolonial Barat di dunia Islam pada masa itu.
3. Antara laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama. Keduanya memiliki akal untuk berpikir. Ide pembaruannya tentang kesetaraan gender ini pun berdampak pada emansipasi wanita.
4. Berusaha mengubah sistem pemerintahan autokrasi menjadi demokrasi.
Berbicara tentang gerakan pemikiran Islam, ada beberapa tokoh yang tak bisa dikesampingkan begitu saja.
BACAAN LAINNYA:
- NILAI KEIKHLASAN SYAIKHONA KHOLIL MENOLAK PEMBERIAN BUAH BANTUL
- SEJARAH KEMULIAAN BULAN MUHARAM
MENGENAL PENYAIR SEKALIGUS ESSAYIST GENIUS SYAIFUL ANAM
Muhammad Abduh
(bahasa Arab: محمد عبده; lahir di Delta Nil (kini wilayah Mesir), 1849 – meninggal di Iskandariyah (kini wilayah Mesir), 11 Juli 1905 pada umur 55/56 tahun) adalah seorang pemikir muslim dari Mesir, dan salah satu penggagas gerakan modernisme Islam.
Ia belajar tentang filsafat dan logika di Universitas Al-Azhar, Kairo, dan juga murid dari Jamaluddin al-Afghani, seorang filsuf dan pembaru yang mengusung gerakan Pan Islamisme untuk menentang penjajahan Eropa di negara-negara Asia dan Afrika.
Muhammad Abduh diasingkan dari Mesir selama enam tahun sejak 1882, karena keterlibatannya dalam Pemberontakan Urabi. Di Lebanon, Abduh sempat giat dalam mengembangkan sistem pendidikan Islam. Pada tahun 1884, ia pindah ke Paris, dan bersalam al-Afghani menerbitkan jurnal Islam The Firmest Bond.
Salah satu karya Abduh yang terkenal adalah buku berjudul Risalah at-Tawhid yang diterbitkan pada tahun 1897.
Pemikirannya banyak terinspirasi dari Ibnu Taimiyah, dan pemikirannya banyak menginspirasi organisasi Islam, salah satunya Muhammadiyah, karena ia berpendapat, Islam akan maju bila umatnya mau belajar, tidak hanya ilmu agama, tetapi juga ilmu sains.
Lalu Muhammad Abduh, menurut beberapa sumber, dia masih keturunan Umar bin Khatab dari garis ibunya.
Abduh belajar agama kepada Syekh Ahmad pada tahun 1862.
Dia lalu melanjutkan ke Universitas Al-Azhar Kairo pada tahun 1866 dan mengajar di Al-Azhar setelahnya.
Pemikiran Muhammad Abduh Tentang Pembaharuan
Teologi
Teologi (ilmu tauhid) dalam pendapat Muhammad Abduh mempunyai dua objek kajian, yaitu tentang Allah dan tentang Rasul. Kajian tentang Allah tidak hanya membicarakan wujud Allah, tetapi juga tentang manusia sebagai ciptaan Tuhan. Dari itulah dalam sistem teologinya ditemukan pengkajian tentang perbuatan manusia (af’al al-‘ibad) di samping masalah-masalah ketuhanan lainnya. Kajian berikut ini akan difokuskan pada pemikirannya tentang tiga masalah teologi, yaitu perbuatan manusia, kadar-kadar, dan sifat-sifat Tuhan
Perbuatan manusia (Af’al al-‘Ibad)
Pandangan Muhammad Abduh tentang perbuatan manusia bertolak dari satu deduksi bahwa manusia adalah makhluk yang bebas dalam memilih perbuatannya. Menurutnya ada tiga unsur yang mendukung suatu perbuatan, yaitu akal, kemauan, dan daya. Ketiganya merupakan ciptaan Tuhan bagi manusia yang dapat dipergunakannya dengan bebas. Kelihatannya Muhammad Abduh sependapat dengan Mu’ammar tokoh Muktazilah, tentang kejadian manusia dan makhluk yang dibekali dengan natur dan tabiatnya masing-masing. Jika Mu’ammar memandang natur tersebut pada manusia adalah kebebasan memilih, Muhammad Abduh menambahnya dengan akal. Jadi, akal dan kebebasan memilih adalah natur manusia yang merupakan dua keistimewaan yang dimiliki manusia yang tidak terdapat pada makhluk lainnya. Jika salah satu di antara keduanya hilang, kata Muhammad Abduh, dia tidak lagi bernama manusia, tetapi mungkin malaikat dan mungkin pula binatang.
Pendapat yang demikian tampaknya dikemukakannya untuk menopang pendapatnya, bahwa manusia adalah makhluk yang bebas dalam memilih perbuatannya. Akan tetapi, kebebasan yang dimaksudkan Muhammad Abduh bukanlah kebebasan tenpa batas atau kebebasan yang bersifat absolut. Jika Abu al-Huzail membatasi kebebasan manusia dengan perbuatan-perbuatan yang tidak diketahui manusia cara melakukannya. Muhammad Abduh membatasinya dengan memberikan contoh yang menggambarkan dua hal, yaitu lalai (taqshir) dan karena sebab-sebab alami (al-asbab al-kauniyyat) yaitu peristiwa alam yang tidak terduga. Kelihatannya kedua hal itu terjadi karena ketidakmampuan manusia meramalkan semua yang akan terjadi. Ketidakmampuan itulah yang membatasi kebebasan manusia dalam memeilih perbuatannya. Dari itulah dia menggariskan dua ketentuan yang merupakan sendi perbuatan manusia:
• Manusia melakukan perbuatan dengan daya dan kemampuannya.
• Kekuasaan Allah adalah tempat Kembali semua yang terjadi.
Perbedaan Antara Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh.
Dua di antaranya adalah Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh.
Lalu apa persamaan dan perbedaan pemikiran Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh?
- Jamaluddin al-Afghani adalah pemimpin pembaharuan Islam yang tempat tinggal dan aktivitasnya berpindah-pindah dari satu negara ke negara yang lain.
- Sementara perbedaan pemikiran Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh adalah soal pemerintahan.
- Jamaluddin al-Afghani berusaha untuk mengubah sistem pemerintahan autokrasi menjadi demokrasi. KLIK DI SINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar