BERANDA

Jumat, 26 Juli 2024

NILAI KEIKHLASAN DALAM KISAH SYAIKHONA KHOLIL KETIKA MENOLAK PEMBERIAN BUAH BANTUL

NILAI KEIKHLASAN DALAM KISAH SYAIKHONA KHOLIL 

KETIKA MENOLAK PEMBERIAN BUAH BANTUL

NILAI KEIKHLASAN DALAM KISAH SYAIKHONA KHOLIL  KETIKA MENOLAK PEMBERIAN BUAH BANTUL

rajasastra-us.blogspot.com  Nilai keikhlasan merupakan hal yang pokok dalam beribadah, baik beribadah yang langsung dengan Allah maupun melalui hubungan dengan sesame mahluk termasuk didalamnya dengan sesame manusia. khlas diartikan sebagai wujud ketulusan hati dalam beribadah kepada Allah SWT, tanpa mengharapkan pujian atau penghargaan dari manusia.  Keikhlasan adalah keabadian, pamer adalah keterasingan, dan tidak ada tempat untuk pamer dalam kebenaran. Ikhlas sering kali diartikan sebagai keikhlasan hati dalam beribadah kepada Allah SWT, tanpa mengharapkan pujian atau penghargaan dari manusia.

Nilai keikhlasan dalam kisah syaikhona kholil inilah  yang akan penulis sajikan dalam cerita ini. 

Sebelum penulis bercerita penulis perkenalkan dulu tokoh ulama besar yang menjadi menjadi kisah dalam cerita ini

Dzurriyah Mbah Kholil sekaligus pengasuh Ponpes Syaikhona Kholil, Kelurahan Demangan, Kota Bangkalan.

Mbah Kholil lahir pada 11 Jumadil Akhir 1235 H dan wafat pada 29 Ramadhan 1343 H atau di tahun 1925 Masehi. Mbah Kholil akrab dikenal sebagai guru dari para ulama Indonesia, seperti KH Hasyim Asy'ari (1871-1947), KH Abdul Wahab Hasbullah (1888-1971), KH Bisri Syamsuri, dan sejumlah besar lainnya di Jawa.

Para murid Mbah Kholil itu menjelma sebagai ulama besar di nusantara. Bersama Mbah Kholil, mereka berperan penting atas lahirnya Nahdlatul Ulama (NU). Energi spiritualitasnya hingga saat ini mampu menjadi magnet bagi sebagian besar umat Islam untuk datang berziarah di komplek wisata religi Pesarean Mbah Kholil, Desa Martajasah, Kota Bangkalan.

Berdasarkan silsilah yang disematkan pada tembok Bujuk Lagundih, Desa Ujung Piring, Kecamatan Kota Bangkalan disebutkan, Mbah Kholil merupakan cicit dari Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah.

Nilai keikhlasan dalam kisah Syaikhona Kholil  atau yang akrab dipanggil Mbah Kholil, ditekankan waktu menolak ketika menolak pemberian buah bentul berhias pamrih dari pasangan suami-isteri (pasutri). Penolakan atas pemberian buah bentul dalam jumlah banyak itu terjadi di kala kunjungan kedua pasutri itu ke Mbah Kholil.

Pasutri yang berasal dari pinggiran Kota Bangkalan itu awalnya, pada sowan pertama hanya membawa satu buah bentul saja. Buah bentul merupakan makanan sangat sederhana sejenis talas, tergolong ubi-ubian

“Tidak apa-apa, satu bentul itu saja yang kita bawa. Asalkan kita ikhlas, Insya Allah akan diterima,” ungkap suami berupaya menenangkan isterinya.

Pasutri itu pun berangkat sowan dengan bekal tawakal dan satu buah bentul sebagai oleh-oleh untuk Mbah Kholil. Ternyata kehadiran keduanya memang tengah ditunggu, pasutri itu diterima dengan baik.

“Kiai, saya tidak membawa apa-apa, hanya sebuah bentul ini yang bisa kami haturkan untuk kiai,” tutur suami di hadapan Mbah Kholil.

Mendengar itu, Mbah Kholil lantas memanggil beberapa santri dan meminta mereka untuk merebus satu buah bentul pemberian pasutri itu. Mbah Kholil sangat senang dan memang menyukai buah bentul.

“Kebetulan saya memang ingin makan bentul,” ucap Mbah Kholil.

Pasutri tersebut tampak senang karena pemberian satu buah bentul sangat diterima Mbah Kholil. Beberapa hari kemudian, pasutri itu sowan kembali ke Mbah Kholil karena mereka ingat betul kesukaan Mbah Kholil, yakni buah bentul.

Karena itu, mereka membawakan buah bentul dalam jumlah yang banyak dengan harapan Mbah Kholil akan sangat senang.

Ternyata, apa yang dibayangkan pasutri tersebut tidak seperti kesempatan sowan pertama.

Mbah Kholil tidak menerima oleh-oleh buah bentul sebanyak itu dan meminta pasutri itu membawa pulang kembali.

Dalam perjalan pulang, pasutri itu baru tersadar bahwa oleh-oleh satu buah bentul yang dibawa mereka pada kesempatan sowan pertama diniatkan semata-mata karena keikhlasan dan tawakal kepada Allah SWT.

Sementara sowan kedua, pasutri itu membawa buah bentul dalam jumlah yang banyak tetapi tidak dilandasi ikhlas, berhias pamrih. Mereka meyakini atas kekuatannya sendiri dan merasa dirinya mampu membawa oleh-oleh, dan itu sangat tidak disukai Mbah Kholil.

BACAAN LAINNYA:

Kisah tersebut dibukukan oleh Saifur Rahman dengan judul Surat kepada Anjing Hitam. Buku tentang Biografi dan Karomah Syaikhona Kholil Bangkalan itu diterima Tribun Madura dari Almarhum KH Fachrillah Aschal, salah seorang dzurriyah Mbah Kholil sekaligus pengasuh Ponpes Syaikhona Kholil, Kelurahan Demangan, Kota Bangkalan.

Dari kisah di atas menjadi pelajaran bagi kita bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan harus dilandasi dengan rasa ikhlas, baik perbuatan terhadap sesame manusia atau mahluk lainnya, apalagi terhadap Allah. Tanpa rasa ikhlas semua perbuatan yang kita lakukan tidak  ada nilainya di mata Allah.

Nilai keikhlasan dalam kisah Syaikhona Kholil   jadikan sebuah kisah sebagai cermin bagi kita. Ikhlas itu mudah diucapkan tetapi sulit dirasakan, tapi yang penting belajar setahap demi setahap untuk menata hati, sesuai dengan petunjuk Allah dengan banyak kepada para ulama. Ilmu ikhlas begitu mudah dipelajari, namun untuk diwujudkan dalam segala perbuatan tergantung masing-masing untuk menata hati KLIK DI SINI

Sumber Bacaan : TRIBUNMADURA.COM, BANGKALAN –

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

HABIB ALI ALHABSYI DENGAN KAROMAHNYA

KHARAMAH HABIB ALHABSYI:  BISA DENGAR SUARA TASBIH DAN BENDA MATI HABIB ALI ALHABSYI DENGAN KAROMAHNYA Habib Ali Alhabsyi nama lengkapnya H...